Powered by Blogger.
Latest Post

Serikat Buruh dan Partai Politik Sejak Era PKI

Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, May 10, 2017 | 9:38 AM

PT Kontak Perkasa - Sejak masa kolonial, Sarekat Islam dan ISDV (cikal-bakal PKI) sudah bersama kaum buruh melawan kapitalisme kolonial Belanda. Perjuangan organisasi-organisasi pergerakan nasional itu bagaimanapun tidak terlepas dari usaha memperbaiki nasib buruh. 

Sarekat Buruh Era Kolonial

Pada awal abad ke-20, Sarekat Islam (SI) dan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) mulia dan besar namanya di kalangan kaum kromo karena bergelut bersama kaum buruh.

Tokoh buruh muda yang bernama Semaoen setidaknya pernah aktif di kedua partai tersebut. Sebelum ikut SI atau ISDV, Semaoen sejak belia sudah pernah ikut serikat buruh kereta api Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP). Organ buruh ini sudah ada sejak 1908. Jauh sebelum ada SI dan ISDV.

Meski lebih banyak orang Indonesia memahami ISDV adalah penyusup SI, ada beberapa sejarawan yang mencatat kedua organisasi itu membentuk federasi buruh bersama. Menurut Takeshi Shiraishi dalam Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912—1926 (1997) dan Parakitri T. Simbolon dalam Menjadi Indonesia (1997), ISDV dan SI membentuk Persatoean Perserikatan Kaoem Boeroeh (PPKB).

Federasi buruh bersama antara SI dan ISDV ini terbentuk pada 22 Desember 1919 di Yogyakarta. Kerjasama itu bersifat jangka pendek dan tidak hendak menarik loyalitas para buruh untuk menjadi kekuatan dua partai tadi.

Selain Semaoen, ada Bergsma, Thomas Najoan, Haji Agus Salim, dan RM Soerjopranoto. Dua nama terakhir adalah tokoh SI. Mereka mengorganisir kaum pekerja dalam federasi buruh yang terdiri dari 22 serikat buruh, dengan buruh sebanyak 72.000. Di PPKB, Semaun ditunjuk sebagai ketua, Soerjopranoto wakil ketua, Bergsma bendahara, dan Agus Salim selaku sekretaris. Semula Thomas Najoan-lah yang ditunjuk menjadi sekretaris.

Adalah hal lumrah organisasi pergerakan macam SI dan ISDV menggandeng kaum buruh. HOS Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam, juga berpengaruh di kalangan buruh. Tokoh buruh Semaoen, yang menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) pertama, adalah anak didik Tjokro.

Penggarapan massa tak hanya berjalan di kalangan buruh kereta api VSTP. Pada 1915, ISDV mengeluarkan surat kabar Het Vrije Woord. HJM Sneevliet, Bergsma, dan Adolf Baars menjadi pengasuh surat kabar tersebut. Mereka tak hanya mempengaruhi kaum buruh, tetapi juga para pelaut militer dan tentara.

Pada Mei 1923, serikat buruh kereta api VSTP melakukan mogok besar di Jawa. Karena pemogokan itu, Semaoen harus diusir dari Hindia Belanda. Sepanjang masa pergerakan, PKI adalah partai yang paling dekat dengan buruh. Namun, gerakan buruh secara umum tak menjadi tulang punggung kekuatan politik di masa kolonial, baik oleh PKI maupun partai lain. 

Partai Hancur, Serikat Buruh pun Gugur

Di tahun 1950an, serikat buruh banyak yang berafiliasi dengan partai. Serikat Buruh Islam Indonesia yang berdiri pada 27 November 1948, menurut Iskandar Tedjasukmana dalam Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia (2008), bernaung di bawah partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Partai Nahdlatul Ulama dekat dengan Serikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi). Menurut MC Ricklefs dalam Mengislamkan Jawa (2013), Sarbumusi lahir untuk menyaingi organ buruh PKI tahun 1950an, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).

Berdasarkan penelusuran surat kabar Suluh Bangka yang ditulis Erwiza Erman dalam buku Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa (2013), partai-partai politik juga masuk ke dunia tambang.

“Para elitnya 'menyerbu' tambang, memasuki wilayah tempat tinggal dan tempat kerja mereka untuk mencari massa dengan membentuk serikat yang berafiliasi dengannya.” Anehnya Ketua Serikat Buruh Tambang Indonesia (SBTI) yang berafiliasi ke SOBSI, bukanlah seorang buruh tambang. Dia datang dari luar dan gigih mencari anggota baru.

Dalam sejarahnya, SOBSI yang berdiri di Jakarta pada 29 November 1946 dipimpin orang-orang macam orang-orang yang dicap PKI seperti Setiadjit, Njono, Munir maupun Harjono. Ketika Peristiwa Madiun terjadi pada 1948, serikat buruh ini kehilangan tokoh pentingnya seperti Setiadjid maupun Maruto Darusman.

Meski dekat dengan PKI di awal kemerdekaan, ternyata tak semua serikat-serikat buruh yang bernaung dibawah SOBSI setuju dengan kedekatan organisasi mereka dengan partai politik. Harry Poeze dalam bukunya Madiun 1948: PKI Bergerak (2011), mencatat: “Begitu SOBSI akan menjadi partai, atau dengan jelas mengikuti sesuatu partai, maka Sarekat Buruh Postel akan keluar dari SOBSI.”

Ketika SOBSI menguat di tahun 1950an, PKI juga mulai menguat lagi. Partai komunis ini bahkan tampil dalam empat besar pemenang Pemilu 1955. Wakil-wakil PKI yang belakangan duduk di parlemen sudah seharusnya bisa menjadi pembawa suara buruh yang disuarakan SOBSI.

Meski dicap sekuler bahkan anti-agama, SOBSI memperjuangkan Tunjangan Hari Raya (THR). “Sebagai organisasi buruh terbesar masa itu, SOBSI teguh dalam memimpin perjuangan gerakan buruh demi terpenuhinya tuntuan akan THR,” tulis Jafar Suryomenggolo dalam bukunya Politik Perburuhan Era Demokrasi Liberal 1950an (2015).

Sejak Maret 1953, SOBSI sudah berteriak paling keras agar ada “Pemberian tundjangan hari raya bagi semua buruh sebesar satu bulan gadji kotor.” Partai Islam, yang notabene juga punya onderbouw serikat buruh, sepi-sepi saja soal tuntutan THR itu.

Meski belasan tahun jaya bersama PKI, SOBSI juga harus menanggung naas yang tak kalah berat ketika PKI dihabisi setelah 1966. Menjadi anggota sarekat buruh di SOBSI disamakan dengan anggota PKI. Ditambah cap ateis dan anti-Pancasila pula.

Menurut buku Neraka Rezim Soeharto: Tempat-tempat Penyiksaan Orde Baru (2016) yang disusun Margiyono, Kurniawan Tri Yunanto, dan Yulianti, bekas kantor Dewan Nasional SOBSI di Jalan Kramat V No. 14, 16, dan 18, belakangan tanahnya 'diamankan.'

“Rumah nomor 16 dan 18 dipakai oleh tentara sebagai markas unit Pelaksana Khusus Kopkamtib.”

Kisah Pengusaha cum Pemimpin Serikat Buruh


Dalam sejarah organisasi buruh tanah air, ada juga hal ironis terjadi. Salah satunya adalah fenomena pemimpin buruh yang juga pengusaha. Bukan hanya pengusaha, tapi juga pelaku penggelapan uang.

Tahun 1950an, tersebutlah seseorang bernama Ritonga. Ia adalah bekas pegawai Bea Cukai di Pelabuhan Semarang zaman Belanda yang diberhentikan karena penggelapan uang. Begitu menurut penelusuran Agustinus Supriyono yang ditulisnya dalam "Konflik Perburuhan Endemis di Pelabuhan Semarang pada Masa Revolusi dan Masa Republik" di buku Antara Daerah dan Negara (2011).

Setelah Ritonga tak bekerja di Bea Cukai, Ritonga menjadi satu-satunya pemilik perusahaan bongkar muat dan pergudangan pribumi di pelabuhan Semarang. Nama perusahaannya: Perkavi Veem. Perusahaan itu beroperasi sejak 1951.

Sebelum terkena kasus, pada 1948, ia sudah menjadi pemimpin Gabungan Buruh Pelabuhan (GBP). GBP berbeda haluan dengan Serikat Buruh Pelabuhan dan Pelayaran (SBPP) yang bernaung di bawah Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berhaluan komunis. Di GBP, Ritonga pernah kena tuduh penggelapan uang milik Sarekat Buruh juga. Dia sempat ditahan polisi, tapi tak lama kemudian dibebaskan.

Ketika “terjadi aksi pemogokan pada akhir tahun 1950 dan awal 1951, Ritonga memberikan kenaikan upah kepada para buruh harian yang bekerja di perusahaannya, dari Rp3 per hari menjadi Rp5 per hari, dengan catatan kenaikan upah itu akan tetap dipertahankan apabila aksi (tuntutan kenaikan upah semua buruh pelabuhan Semarang) mereka berhasil." Demikian yang ditulis Agustinus. “Jika tidak, tentu saja kenaikan itu akan dibatalkan lagi.”

Posisi rangkap Ritonga itu tentu kontradiktif

“Sebagai pemimpin serikat buruh ia telah memimpin aksi-aksi pemogokan, tetapi sebagai majikan ia tidak mau menderita kerugian oleh aksi-aksi mogok yang dipimpinnya sendiri. Ketika Perkavi Veem perlu menyelesaikan pekerjaan bongkar-muat dari sebuah kapal yang ditanganinya, Ritonga menyerukan penghentian sementara aksi mogok.”

Sebuah rapat anggota GBP akhirnya berhasil menyingkirkan dia pada 1953. GBP pun akhirnya bubar karena masalah internal mereka sendiri - PT Kontak Perkasa
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:38 AM

Memotret Makanan Bisa Jadi Kunci Mencapai Berat Badan Ideal

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, May 9, 2017 | 8:47 AM



 Kontak Perkasa Futures - Anda pasti pernah menertawakan seseorang yang Anda lihat sibuk memotret makanan sebelum akhinya benar-benar dikonsumsi.

Namun, tahukah Anda bahwa memotret makanan bisa membantu Anda mencapai berat badan ideal. Tidak percaya? Berikut uraiannya.

Menurut hasil studi dari University of Washington memotret makanan untuk diunggah ke media sosial bisa menjadi kunci penting dalam proses penurunan berat badan.

Para peneliti melakukan wawancara kepada 16 wanita yang secara konsisten menggunakan media sosial untuk mendokumentasikan makanan mereka sehari-hari.

Ternyata, kesadaran memiliki audiens di media sosial membuat para responden lebih teliti dalam memilih jenis makanan. Kebanyakan akhirnya memilih makanan sehat.

Ketua penelitian, Christina Chung, mengatakan, memotret makanan dan mengunggah foto di media sosial lebih menyenangkan ketimbang menuliskannya dalam sebuah jurnal.

Memotret dan mengunggah makanan dipercaya lebih interaktif sehingga menciptakan kesadaran pada orang-orang untuk memilih makanan yang lebih bermanfaat pada tubuh.

“Hal paling membosankan adalah terus menerus menuliskan makanan apa yang Anda konsumsi setiap hari,” jelas penulis studi, Sean Munson.

Hobi dan tren baru memotret makanan menjadi seangat menarik dan lebih meninggalkan kesan mendalam.

“Setelah mereka meraih berat badan impian, mereka bisa langsung memperlihatkan hasilnya pada teman-teman di media sosial. Responnya lebih nyata,” pungkasnya - Kontak Perkasa Futures

Sumber:nationalgeographic
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:47 AM

Foto Bareng Mumi di China, Berani ?

Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, May 8, 2017 | 10:06 AM



PT Kontak Perkasa Futures - Xinjiang Museum di Urumqi, China punya koleksi mumi asli yang usianya lebih dari ratusan tahun. Turis yang datang bisa foto bareng display mumi ini di sana.

Anak muda itu merendahkan tubuhnya untuk membaca keterangan yang tertera pada benda bersejarah yang tengah menarik perhatiannya. Ada dua versi tulisan, yakni huruf Mandarin dan Arab.

Ia memilih membaca yang versi huruf Arab, dan mengejanya perlahan dengan suara lirih. Setelah selesai membacanya, ia menegakkan kembali tubuhnya dan mengamati benda dalam kotak kaca itu. Sesosok mumi!

Lalu, ia berpose di sisi mumi itu, dan meminta temannya untuk memotret dirinya dengan kamera di HP-nya. Anak muda itu tersenyum puas. Lalu, beranjak ke benda-benda bersejarah lainnya yang dipajang di ruangan itu.

Xinjiang Museum di Urumqi, sore akhir pekan lalu itu ramai pengunjung. Termasuk, dua anak muda yang terlihat berwajah khas, berbeda dari umumnya anak muda warga Republik Rakyat China.

"Saya asli Urumqi," katanya ketika detikTRavel menyinggung soal kemampuannya membaca huruf Arab tadi. Urumqi adalah ibukota Propinsi Xinjiang Uyghur yang dikenal berpenduduk muslim. Xinjiang sendiri merupakan daerah otonomi di China yang dihuni berbagai suku dan agama. Muslim merupakan warga mayoritas, termasuk di Urumqi.

Mumi adalah salah satu artefak bersejarah yang tersimpan dan terdokumentasikan dengan baik di Xinjiang Museum. Mumi tertua yang tersimpan di museum tersebut berasal dari 1.800 tahun sebelum Masehi, berupa sosok perempuan dewasa berambut panjang dan berwarna, serta memiliki mata yang cekung dan tulang hidung panjang dan bibir mungil. Gambaran tersebut diyakini merujuk pada manusia Europoid kuno.

Ada pula mumi perempuan yang lebih muda yakni, dari 800 tahun sebelum masehi. Mumi setinggi 160 cm tersebut merupakan sosok berdarah campuran antara Europoid dan Mongoloid.

Selain itu, masih ada lagi mumi bayi, yang menarik perhatian pengunjung museum. Mumi bayi tersebut berasal dari 3.800 tahun lalu, namun baru diambil dari Kuburan Gumogou pada 1979. Sosok bayi tersebut terbungkus semacam kain wool tebal di sekujur tubuhnya, dan hanya tampak tengkorak kepalanya. Mumi-mumi yang terbaring di dalam kotak kaca itu memberikan nuansa mistis ruangan museum.

Selain menyimpan benda-benda bersejarah, Xinjiang Museum juga diperkaya dan diperindah dengan diorama-diorama yang menggambarkan kehidupan suku setempat di masa lalu. Ada juga peninggalan kain-kain kuno yang terbuat dari sutra, dengan hiasan dan pola-pola tertentu, dari zaman Dinasti Qing (1644-1911 sesudah Masehi).

Xinjiang Museum di Urumqi menempati areal yang luas dan berlantai dua, dengan beberapa ruangan yang terpisah-pisah. Benda-benda peninggalan bersejarah yang diberi nama 'Memory on the History of the Western Regions' dipisahkan dengan bagian yang bertema 'Identitas Nasional'. Bagian yang disebut terakhir ini berisi display suku-suku yang ada di Xinjiang, dari sosok orang-orangnya, busana hingga arsitektur rumah mereka.

Pemerintah Beijing sangat memperhatikan benda-benda warisan budaya sebagai pijakan bagi kebijakan ekonomi mereka. Sejak 2013, China meluncurkan sebuah inisiatif kerja sama ekonomi untuk menghidupkan kembali jalur perdagangan dengan negara-negara tetangga, yang di masa lalu disebut sebagai Jalan Sutra.

Inisiatif itu 'The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road' atau sering disingkat menjadi 'Ona Belt One Road' atau 'The Belt and Road Initiative' tersebut merupakan ambisi China untuk memberi manfaat bagi negara-negara yang berbatasan dengannya di Jalan Sutra.

"Perlindungan terhadap warisan-warisan budaya kuno di Xinjiang telah menjadi konsensus pemerintah pusat, juga tentu saja pemerintah setempat dan juga masyarakat dari seluruh etnis yang ada," ujar May Yingsheng, Deputi Direktur pada Departemen Kebudayaan Xinjiang, yang juga deputi direktur pada Komiter Ahli Perlindungan Warisan Budaya Xinjiang kepada 22 pemimpin dan awak media dari 15 negara yang diundang oleh Kantor Informasi Pemerintah Otonomi Xinjiang, China.

Dengan penduduk 23 juta jiwa yang terdiri atas 47 etnik, Xinjiang menjadi model bagi pemerintah China dalam kebijakan dan strategi perlindungan warisan budaya. "Peran dan fungsi penting Xinjiang sebagai garis depan The Silk Road Economic Belt yang diiniaisi pemerintah China semakin nyata dan terbuka," tutur Huang Ping Chou dari Xinjiang Commerce Departement - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:travel.detik
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:06 AM

Semakin Aktif, Anak Lebih Mudah Belajar Membaca

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, May 5, 2017 | 9:53 AM

PT Kontak Perkasa - Ketika melihat anak laki-laki beraktivitas seolah ia tak pernah kehabisan energi. Ia bergerak tak ada hentinya. Di sekolah, mereka bermain, berlari, dan keluar-masuk kelas. Aktif bergerak ternyata membantu anak dalam proses belajar membaca.

Menurut sebuah studi baru di Finlandia, anak laki-laki yang aktif bergerak membuat mereka dapat membaca dengan lebih baik. Penelitian, yang dirilis dalam Journal of Medicine and Sport, menemukan semakin lama anak kelas 1 duduk dan semakin sedikit aktivitas fisiknya, semakin kecil kemampuan membaca mereka dalam 2 tahun berikutnya. Di kelas satu, banyak duduk juga mempunyai dampak negatif pada kemampuan matematika.

Sedangkan untuk anak perempuan, duduk lama tanpa banyak bergerak tidak berdampak terhadap kemampuan belajar.

Periset di Universitas Finlandia Timur menganalisis aktivitas fisik dan durasi duduk 153 anak berusia 6-8 tahun. Penelitian menganalisis denyut jantung dan sensor gerakan. Penelitian juga dilakukan dengan memberi tes standar matematika dan membaca. Hasilnya, sedikit aktivitas fisik dan durasi duduk yang lama membuat kemampuan membaca anak laki-laki berkurang.

Meningkatnya tekanan di sekolah menunjukkan banyak sistem pendidikan yang lebih mengutamakan nilai akademis. Sedangkan pendidikan jasmani sering dianggap sebagai kemampuan tambahan yang harus dikuasai siswa.

Dana pendidikan lebih banyak untuk perpustakaan serta laboratorium sains dan teknologi. Semua ini adalah alat pengajaran yang layak, tapi sistem belajar tidak banyak berkembang.

Hubungan antara aktivitas fisik dan pembelajaran bukanlah hal baru, tapi penelitian di Finlandia membuktikan aktivitas akademis tidak ada hasilnya jika tidak diikuti aktivitas fisik. Anak laki-laki, terutama yang duduk di kelas 1, jika tidak banyak melakukan aktivitas fisik akan mempengaruhi kemampuan membaca di kelas 2 dan 3. Tidak ada hubungan antara perbedaan otak laki-laki dan perempuan. Bagi anak perempuan, prestasi akademik lebih dipengaruhi faktor dukungan orang tua, perlakuan teman sebaya, sikap guru, dan motivasi mereka sendiri - PT Kontak Perkasa
Sumber:cantik.tempo
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:53 AM

Ketika Perempuan Lebih Religius daripada Pria

Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, May 4, 2017 | 8:46 AM

Kontak Perkasa Futures - Kehadiran perempuan sering digambarkan hanya sebagai sosok di sekitar para tokoh utama agama-agama besar dunia. Dari Siti Hajar, Maria Magdalena, sampai Siti Khadijah. Pengecualian barangkali muncul melalui sosok Mary atau Maryam, ibunda Yesus, yang mendapat tempat yang luhung dalam teologi Kristen. Selain itu terdapat juga sosok Dewi Kwan Im dalam kepercayaan orang-orang Cina.

Namun dalam sejarah agama-agama besar dunia, sosok paling berpengaruh dalam agama adalah para pria. Ibrahim, Musa, Isa, Siddhartha Gautama, Konfusius sampai Muhammad. Penerus-penerusnya, baik pastur, pendeta, rahib, biksu, sampai dengan ulama rata-rata adalah pria.

Kendati demikian, dalam soal kesetiaan pada ajaran agama, perempuan dipercaya lebih religius. Dugaan mengenai perempuan cenderung lebih religius telah muncul sekitar 1930-an sampai dengan 1940-an. Alasannya, pada periode tersebut, karena perang baik Perang Dunia Kedua maupun perang kemerdekaan di berbagai negara dunia ketiga membuat lebih banyak perempuan berangkat ke tempat ibadat untuk mendoakan suami, ayah, atau anak laki-lakinya yang berangkat ke medan perang.

Akan tetapi, penelitian saat itu masih belum cukup kuat karena memang para pria tidak berada di negara masing-masing untuk paling tidak mengimbangi jumlah perempuan yang berangkat ke tempat ibadat untuk berdoa. Apalagi survei tersebut memang menggunakan Amerika Serikat (AS) sebagai sampelnya.

Masalahnya, beberapa dekade kemudian, di negara yang sama, hasil survei yang dilakukan PEW Research Center pada 2014 masih menunjukkan gejala persis sama dengan asumsi pada periode 1930-1940-an. Saat ini, perempuan Amerika lebih banyak menganggap agama “sangat penting” dalam kehidupan. Sekitar 60% perempuan Kristen AS merupakan umat Kristen yang taat. Coba bandingkan dengan 47% pria Kristen AS yang taat, dan sisa 53%-nya hanya pria "Kristen KTP".

Hasil ini semakin ditegaskan pada survei global. Perkembangan jumlah ateis dan agnostik di masa depan yang akan semakin meningkat rata-rata disumbang oleh para pria daripada perempuan. Pada penelitian di 192 negara menunjukkan bahwa 55% dari ateis atau agnostik adalah pria dan sisanya adalah perempuan. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata perempuan masih enggan untuk tidak berafiliasi dengan agama apapun dibandingkan pria (baca: Siasat Menjadi Ateis di Lingkungan (Imigran) Muslim).

Yang perlu disorot lebih lanjut adalah, dalam agama Kristen, kategori seorang penganut yang taat salah satu indikatornya adalah tingkat kehadiran di gereja dalam ibadat mingguan. Jika mengacu pada hal yang sama, hal ini tidak berlaku bagi penganut agama Islam dan Yahudi. Dua agama ini punya tingkat kehadiran pada ibadat bersifat publik lebih tinggi bagi pria dibandingkan perempuan.

Kewajiban pria Muslim untuk salat Jumat dan tradisi Yahudi Ortodoks yang tidak menghitung kehadiran perempuan dalam upacara Bar Mitzvah, membuat standar yang digunakan jadi sedikit berbeda. Ini belum lagi dengan keutamaan seorang pria Muslim untuk salat lima waktu di masjid dan tidak terlalu mengutamakannya bagi perempuan. Artinya perempuan Muslim bisa memenuhi kewajiban ini secara privat, baik di dalam masjid dengan keadaan yang terpisah dari jamaah pria maupun tidak di masjid. Bahkan dalam beberapa hadis, kehadiran perempuan Muslim bisa menjadi makruh untuk salat jumat.

Secara global tingkat kehadiran mingguan ini pun punya tingkat penilaian yang beragam. Dari 81 negara yang disurvei Pew Research Center pada periode 2008-2015, 30 negara menyatakan bahwa tingkat kehadiran perempuan di tempat ibadah memang lebih banyak. Di 28 negara berikutnya, pria menghadiri tempat ibadah lebih sering, dan di 23 negara yang tersisa, antara perempuan dan pria tidak memiliki perbedaan cukup signifikan.

Data di atas memungkinkan anggapan bahwa (setidaknya di) 30 negara dengan perempuan lebih banyak hadir di tempat ibadat adalah negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Kristen, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Amerika Latin. Sedangkan 28 negara dengan pria yang menghadiri tempat ibadat lebih sering merupakan negara-negara dengan mayoritas Muslim seperti Libya, Turki, Maroko, atau Irak. Sedangkan 23 negara yang tersisa merupakan negara yang tidak memiliki jumlah penganut agama dengan tingkat mayoritas mutlak, seperti Australia, Cina, Jepang, dan Perancis.

Problemnya, tingkat religiusitas tidak bisa melulu mendasarkan pada tingkat kehadiran ke tempat ibadah. Subordinasi perempuan dalam tata kehidupan yang kuat dipengaruhi patriarki jelas membatasi kehadiran perempuan di tempat-tempat terbuka di luar rumah. Kecenderungan untuk memandang negatif perempuan yang beraktifitas di luar rumah kian menyulitkan menilai religiusitas perempuan jika diukur dari kehadiran mereka di tempat-tempat ibadat.

Tidak mungkin menafikan, misalnya, intensitas doa harian sampai tingkat keimanan pada hal-hal sakral dari ajaran pada agama yang dianut. Dari sisi ini, tingkat religiusitas perempuan kemudian dipercaya lebih besar dari sekadar hasil survei kehadiran di tempat ibadat.

Hal ini bisa dibaca dari tingkat kehadiran perempuan Kristen dunia yang mencapai 53% ke gereja, bersinergi dengan doa harian mereka yang dipanjatkan oleh 61% perempuan Kristen dunia. Berikut juga dengan tingkat kepercayaan kepada surga (91%), neraka (78%), sampai degan kepercayaan kepada malaikat (88%). Sebaliknya, hal yang berbeda terjadi dengan umat Muslim.

Sekalipun 70% pria Muslim dunia selalu menghadiri salat Jumat, sedangkan salat wajib dan sunah mereka lakukan di tempat privat sebanyak 71% dari total populasi. Sedangkan angka perempuan Muslim yang melakukan salat wajib dan sunah mencapai 72% atau selisih 1% lebih banyak dibandingkan pria.

Sekilas, selisihnya memang tidak terlihat banyak, Akan tetapi, karena tingkat kehadiran mereka di masjid hanya 42% dari total populasi perempuan muslim. Maka selisih ini menunjukkan bahwa di ruang privat, perempuan Muslim lebih intens melakukan aktifitas keagamaan, bahkan jika dibandingkan dengan ketaatan pria Muslim di ruang publik - Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:46 AM

Manfaat Bercinta untuk Pria

Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, May 3, 2017 | 9:24 AM


PT Kontak Perkasa Futures, Yogyakarta - Para ahli percaya mereka yang sering bercinta secara signifikan memiliki tingkat imunoglobulin (IgA) lebih tinggi. Sistem kekebalan IgA ini merupakan garda pertama pertahanan tubuh dalam menangkal penyakit. Sebab itu, Anda perlu memastikan melakukan kegiatan seksual setidaknya dua kali dalam seminggu.

Manfaat bercinta ternyata cukup banyak. Bercinta baik untuk kesehatan -terutama untuk pria, karena dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membuat panjang umur, juga memancarkan aura. Adapun bagi wanita, bercinta membantu memperlancar siklus haid dan membuat perasaan bahagia. Berikut ini beberapa manfaat bercinta untuk kesehatan pria, seperti dikutip dari Boldsky:

1. Mengurangi risiko kanker

Ejakulasi dapat membersihkan racun dalam prostat yang akan melindungi Anda dari kanker prostat.

2. Tidur berkualitas
Bercinta membantu mengendurkan otot-otot dalam tubuh. Setelah bercinta, Anda akan merasa lebih tenang dan nyaman kemudian tertidur. Bercinta juga membantu mengatasi gangguan tidur.

3. Bikin subur
Bercinta secara teratur baik untuk pria karena membantu kesuburan. Penelitian menunjukkan lebih dari seminggu tanpa bercinta akan berdampak negatif terhadap bentuk dan gerakan sperma.

4. Penangkal sakit jantung
Pria yang bercinta secara teratur berpeluang 45 persen lebih sedikit terkena risiko penyakit jantung, dibandingkan dengan pria yang tidak teratur bercinta.

5. Melatih otot
Bercinta membantu meningkatkan denyut jantung dan membuat kalori terbakar, serta memperkuat otot.

6. Ikatan cinta kian kuat
Rutin bercinta meningkatkan kemesraan dengan pasangan.

7. Menghilangkan stres
Bercinta membantu tubuh Anda melepaskan stres secara alami, sehingga lebih rileksdan meningkatkan perasaan senang.

8. Baik untuk otak
Bercinta membantu meningkatkan kemampuan otak pada pria. Hal ini juga meningkatkan produksi neuron di hippocampus pada otak.

9. Menghilangkan rasa sakit

Bercinta bermanfaat bagi pria karena membantu menghilangkan rasa sakit. Jika Anda seorang atlet, pastikan bercinta setidaknya dua kali dalam seminggu untuk menjaga tubuh tetap bugar.

10. Menurunkan tensi darah
Kebanyakan pria menderita tekanan darah tinggi. Namun, bercinta secara teratur baik untuk kesehatan karena dapat membantu menjaga tekanan darah tetap terkendali - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:cantik.tempo
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:24 AM

Kartini dan Kesetaraan Gender dalam Sawit Indonesia

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, May 2, 2017 | 9:42 AM


PT Kontak Perkasa - Perjuangan Raden Ajeng Kartini di masa lalu sukses menghasilkan pemimpin perempuan Indonesia yang telah membuktikan kiprahnya dalam berkarya di negeri tercinta maupun di tingkat internasional, salah satunya dalam sektor atau komoditas sawit.

Dalam rangka menyambut Hari Kartini, empat perempuan hebat Indonesia yang aktif terlibat dalam komoditas sawit berbagi buah pikiran dan berdiskusi mengenai tantangan dan peluang mewujudkan sawit yang berkelanjutan di Indonesia pada kesempatan jumpa pers dan diskusi sawit berkelanjutan yang diadakan oleh IDH-The Sustainable Trade Initiative bersama Thamrin School of Climate Change and Sustainability.

Seperti yang kita ketahui, komoditas sawit merupakan primadona bagi Indonesia sekaligus dalam perdagangan global. Dengan tingkat produktivitas global yang relatif tinggi serta pangsa pasar dan kontribusi sawit di perdagangan minyak nabati dunia meningkat dari 26 ke 42 persen sejak tahun 1980 ke 2014 – komoditas sawit tetap tidak dapat lepas dari sorotan dunia, terutama yang terkait dengan aspek keberlanjutan (sustainability) dengan dampaknya terhadap hutan dan gambut, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), dan kesejahteraan petani kecil.

Selain dampak-dampak tersebut, membicarakan sawit berkelanjutan/lestari akan timpang jika analisa gender belum digunakan dalam proses penerapannya. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dalam perkebunan sawit merupakan salah satu aspek penting yang belum cukup mendapatkan perhatian berbagai pihak. Berbagai isu yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai masih sedikitnya informasi tentang bagaimana dampak tata kelola sawit pada perempuan, bagaimana pemenuhan hak atas petani sawit/pekerja sawit perempuan saat terjadi transfer lahan untuk sawit, serta perlakukan terhadap pekerja perempuan di perkebunan sawit.

Diskusi panel yang digelar hari ini mengangkat tema “Percepatan Penerapan Sawit Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang di Indonesia”, dan menggarisbawahi bahwa penerapan sawit berkelanjutan di Indonesia telah dan akan terus membantu mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan, mencegah deforestasi dan konversi gambut, sekaligus memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (ST2013) mengungkap fakta menarik, sekitar 23 persen atau 7,4 juta petani di Indonesia adalah perempuan. Dalam target Sustainable Development Goals (SDGs) juga berfokus pada pencapaian kesetaraan gender yang memberdayakan seluruh perempuan, menghentikan diskriminasi terhadap perempuan di mana pun, mengeliminasi segala bentuk kekerasan pada perempuan dalam lingkup publik maupun pribadi, termasuk perdagangan, kekerasan seksual dan segala macam bentuk eksploitasi lainnya.

“Kritikan global terhadap Indonesia bisa dilihat dari kacamata positif perempuan Indonesia yang ingin membangun generasi selalu baik, dan bahwa Indonesia yang bisa memberikan banyak dampat terhadap perdagangan global selalu berbenah diri untuk perbaikan di berbagai aspek produksi minyak sawit dan komoditas unggulan lainnya”, ujar Tiur Rumondang dari Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

Sedangkan Diah Suradiredja dari Kehati/ISPO menuturkan, “Masih banyak tantangan untuk membangun aspek berkelanjutan dalam ISPO, apalagi ada indikasi 3,5 juta hektar kebun kelapa sawit di kawasan hutan. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui memadukan pendekatan lanskap dan peninjauan lapangan secara serius yang merangkum penilaian keanekaragaman hayati sekaligus mekanisme penyelesaian legalitas lahan dan penegakan hukum”.

Nurdiana Darus dari Rainforest Alliance menyampaikan bahwa usaha untuk mencapai kelapa sawit keberlanjutan tidak mungkin dapat tercapai tanpa peran pemerintah, terutama pemerintah daerah. Kolaborasi antara para pengusaha kelapa sawit dengan donor dan organisasi masyarakat sipil hanya bisa mencapai kesuksesan bilamana program-program tersebut dikomandani oleh pemerintah.

"Pemerintah daerah mempunyai peran utama dalam tercapainya target pembangunan yang berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dan kami melihat pergerakan yang sangat positif dengan adanya delapan kabupaten dari Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi yang telah mempelopori terbentuknya Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dimana target utama platform tersebut adalah tercapainya pembangunan berimbang antara aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan,” katanya.

Sementara itu, Desi Kusumadewi dari IDH-The Sustainable Trade Initiative mengungkapkan, “Pendekatan yuridiksi yang dipimpin pemerintah dan didukung oleh seluruh aktor di sepanjang rantai pasok, termasuk pasar, institusi keuangan dan LSM, menciptakan kekuatan yang luar biasa untuk menjadikan yuridiksi tersebut sebagai Verified Sourcing Area minyak sawit berkelanjutan di dunia, sekaligus meraih kesempatan untuk peningkatan perekonomian, kesejatheraan petani dan perlindungan lingkungan."

Melihat sudut pandang yang disampaikan oleh keempat tokoh perempuan pada diskusi ini, masih banyak tantangan kedepan yang harus dibenahi oleh seluruh pihak yang terlibat dalam sektor sawit khususnya dalam upaya penerapan sawit berkelanjutan yang pada akhirnya dapat mengusung kesetaraan dan keadilan gender. Diskusi ini diharapkan juga dapat dijadikan sebagai wadah  ‘call for action’ bagi multistakeholders sawit, baik perusahaan, NGO dan pemerintah untuk memaksimalkan upaya membiasakan kesetaraan dan keadilan perempuan dalam percepatan penerapan sawit berkelanjutan.

Langkah-langkah yang sudah dan sedang dilakukan oleh Kartini-Kartini Indonesia di sektor sawit ini sedikit banyak telah mampu memperlihatkan opsi solusi bagi pengembangan sawit yang ramah lingkungan dan sosial di Indonesia serta sebagai bentuk nyata upaya apresiasi bagi petani dan pekerja perempuan di sektor sawit Indonesia.

Pada akhirnya, upaya-upaya ini diharapkan dapat membantu komoditas tersebut menjadi sangat produktif dan membawa nilai tambah, tetapi juga berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat - PT Kontak Perkasa
Sumber:nationalgeographic
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:42 AM
 
Copyright © 2011. PT.Kontak perkasa Futures Yogyakarta All Rights Reserved
Disclaimer : Semua Market Reviews atau News di blog ini hanya sebagai pendukung analisa,
keputusan transaksi atau pengambilan harga sepenuhnya ditentukan oleh nasabah sendiri.
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger