Powered by Blogger.
Latest Post

Pentingnya Imunisasi Campak dan Rubella

Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, August 2, 2017 | 10:31 AM

Kontak Perkasa Futures - Presiden Joko Widodo berpesan agar masyarakat tidak menganggap remeh penyakit campak dan rubella karena sudah terbukti sangat berbahaya jika dibiarkan menjangkiti anak-anak.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan Kampanye Imunisasi Measles-Rubella (MR) yang dilaksanakan di MTs Negeri 10 Sleman yang terletak di Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa.

"Pesan saya jangan remehkan MR ini karena kedua penyakit ini bisa berbahaya untuk anak-anak kita yang kita cintai," katanya. 

Ia mengatakan, dalam jangka panjang akibat tanpa imunisasi MR untuk bayi bisa lahir dengan cacat bawaan.

"Hati-hati sekali, kita harus hati-hati sekali karena itu kita mendukung penuh dilaksanakannya kampanye imunisasi nasional agar anak-anak bisa bebas dari Measles Rubella," katanya.

Presiden mengingatkan bahwa imunisasi sejatinya bukan barang baru dan Indonesia pernah berhasil dulu melakukan program tersebut misalnya untuk vaksinasi cacar, polio, dan tetanus.

Menurut dia, Indonesia telah berhasil melakukan program imunisasi sebelumnya, sehingga ia percaya sekarang pun keberhasilan imunisasi Measles Rubella optimistis bisa diraih.

"Dan untuk melindungi anak-untuk melindungi hak-hak anak Indonesia agar tetap sehat dan ceria, melindungi masa depan anak-anak kita," katanya.

Ia pun meminta kepada semua kementerian dan instansi terkait untuk turun langsung ke lingkungan masyarakat dan menjelaskan tentang imunisasi MR yang sangat diperlukan untuk kesehatan anak-anak.

"Gandeng seluruh sekolah, madrasah, pesantren, gandeng semua orang tua untuk turut menyukseskan imunisasi Measles Rubella. Buka lebar pintu posyandu, puskesmas, rumah sakit, dan semua yang ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan imunisasi Measles Rubella," kata Presiden Jokowi - Kontak Perkasa Futures
Sumber: cantik.tempo
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:31 AM

Aplikasi Kencan: Cari Jodoh / Teman Bobo

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, August 1, 2017 | 10:16 AM

PT Kontak Perkasa Futures - Kuning, 29 tahun, tidak menyangka pertemuan dengan Bob (34) di aplikasi kencan Tinder berakhir di pelaminan. Keduanya kenal di Tinder pada awal 2015. Bob sedang liburan dan Kuning sudah dua tahun tinggal di Bali.

Bob, turis asal Jerman, sedang mencari teman kencan selama liburan. Kuning mengisi waktu luang dengan mainan Tinder dan tak bermaksud mencari pasangan. “Cuma cari temen saja, iseng juga,” kata Kuning.

Saat melihat profil Kuning, Bob langsung swipe right. Kuning yang tertarik dengan profil Bob juga melakukan hal sama. Keduanya cocok. Bob menyapa. Kuning membalasnya. Keduanya bertemu. Keduanya bertemu lagi. Makin lama makin intens. Setelahnya adalah deklarasi: mereka resmi sepasang kekasih dan memutuskan menikah pada Mei 2017 usai dua tahun menjalani hubungan jarak Bali - Muenchen.

Semua itu terjadi tanpa rencana. Kalau ada pihak yang harus bertanggung jawab atas hubungan keduanya adalah Tinder. Pada akhirnya Tinder yang menjodohkan mereka.

Kuning sebenarnya masih sulit percaya ia menikahi orang yang ditemui lewat aplikasi kencan. Umumnya aplikasi kencan semacam Tinder lekat dipersepsikan sebagai semata mencari pasangan hookup atau seks.

“Beneran cuma iseng, itu juga awalnya kayak cuma cinta pas liburan, tapi malah jadi,” ujarnya.

Adni (27) juga punya pengalaman serupa. Ia bertemu Gilang (31) lewat Tinder pada awal 2016. Semula memakai Tinder cuma buat mencari teman baru, belakangan Adni menginginkan persona yang mau diajak hubungan serius. Pada momen itulah ia bertemu Gilang dan mereka lanjut ke jenjang pernikahan.

Leah LeFebvre, asisten profesor jurusan komunikasi dan jurnalisme dari Universitas Wyoming, pernah melakukan survei pada 2017 terhadap 395 responden berusia 18 sampai 34 pemakai aplikasi kencan Tinder. Survei ini menunjukkan motivasi beragam dari mereka yang memutuskan menggunakan Tinder.

Sebagian besar (48,3 persen) memakai Tinder karena popularitas di lingkaran pertemanan dan media. Sisanya desain aplikasi yang menarik (14,7 persen), menghasratkan suatu hubungan (8,9 persen), rasa ingin tahu (7,9 persen), hooking up (5,1 persen), kemudahan aplikasi (4,1 persen), serta motif mencari hiburan dan memperluas jaringan (3 persen). (Baca: Apakah Tinder Memang Aplikasi buat Cari Teman Mesra?)

Riset serupa dilakukan Jajak Pendapat Aplikasi (Jakpat) pada 2017 terhadap 512 pengguna Tinder di Indonesia. Motivasi responden beragam—tak cuma dominan buat kepentingan hooking up: ada semata buat cari teman (74 persen), mengisi waktu luang (50,29 persen), berjejaring (42,27 persen), senang-senang belaka (34,05 persen), mencari pasangan potensial (31,70 persen), mencari rekanan bisnis (25,64 persen), dan cuma buat mengamati orang (25,05 persen).

Riset itu setidaknya membantah stigma bahwa aplikasi kencan hanya untuk memuaskan hasrat seksual. Itu tak cuma Tinder. Aplikasi kencan lain seperti OKCupid, Setipe, dan Wavoo—yang banyak digunakan orang Indonesia tak melulu bertujuan buat urusan seks.

Lia (25), misalnya, menggunakan OKCupid lebih untuk mencari teman baru. Ia tak berniat untuk hookup atau mencari pacar atau bahkan calon suami. “Gue itu kerja hampir 12 jam, enggak punya waktu buat ketemu orang baru, jadi pakai aplikasi kencan,” katanya.


Aplikasi Kencan: Hookup atau Lanjut ke Hubungan Serius?

Dalam aplikasi OKCupid, pengguna diberi pilihan tujuannya apakah untuk kencan singkat, menjalin kencan jangka panjang, hookup, dan teman baru. Ada yang terang-terangan sekadar mencari hookup, meski ribet pada akhirnya.

Itu dialami Amel (26) yang memang berniat mencari teman hookup sejak menggunakan OKCupid. Namun, ia khawatir akan dicap sebagai "perempuan gampangan" karena pilihan itu. Ia akhirnya mengisi semua pilihan yang tersedia di OKCupid. “Kalau begitu (cuma memilih untuk hookup), biasanya pada enggak sopan,” keluh Amel.

Di OKCupid, pengguna direkomendasikan untuk menjawab sejumlah pertanyaan terkait agama hingga seks. Salah satu pertanyaannya: Apakah lebih membutuhkan cinta atau seks. Jawaban atas pertanyaan ini bisa dibuka untuk publik. Tujuannya memudahkan para pengguna saling memahami pilihan tersebut.

Memakai aplikasi kencan untuk hookup pernah dilakukan oleh Soren. Perempuan 27 tahun ini pernah hookup dengan lelaki asal Jepang yang tengah berbisnis di Indonesia. Soren berkenalan dengannya lewat aplikasi Tinder dan ia tak berharap menjalin hubungan serius setelah hookup.

“Memang butuhnya cuma seks sekarang,” ujarnya.

Memang kehadiran aplikasi kencan berperan dalam menumbuhkan hookup culture, tetapi tak sedikit penggunanya menemukan cinta dan gairah dari sana. Dari survei Jakpat, 19,37 persen pengguna Tinder melanjutkan hubungan lebih serius.

Meski ada survei macam itu, aplikasi kencan kerapkali dianggap melulu sebagai saran online untuk menjalin hubungan seksual singkat (hookup), mencari pasangan untuk diajak bercinta satu malam, atau kegiatan seksual lain.

Kita tak pernah tahu motivasi orang per orang saat memakai aplikasi kencan. Pilihan itu entah untuk mencari jodoh atau sekadar teman tidur sepenuhnya otonom pengguna - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber : tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:16 AM

Siasat Kesultanan Siak Menandingi Belanda

Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, July 31, 2017 | 2:04 PM

PT Kontak Perkasa - Tahun 1864, Kesultanan Siak Sri Inderapura yang berpusat di Riau punya pemimpin baru, Sultan Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifuddin atau Sultan Syarif Kasim I. Namun, sang sultan harus menerima kenyataan bahwa kerajaan yang dipimpinnya tidak bisa lagi bergerak leluasa karena kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Keterjepitan itu setidaknya sudah muncul sejak era Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syarifuddin atau Sultan Said Ismail (1827-1864). Pada 1 Februari 1858, ayahanda Sultan Syarif Kasim I terpaksa menandatangani Traktat Siak yang isinya sangat menguntungkan Belanda (Sapardi Djoko Damono & Marco Kusumawijaya, Siak Sri Indrapura, 2005:71).

Traktat Siak, Siasat Belanda

Traktat Siak adalah konsekuensi keputusan Sultan Said Ismail yang meminta bantuan Belanda untuk mengusir Inggris dari wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Inderapura. Belanda menyanggupi permintaan tersebut, tapi tentunya tidak gratis. Dan ternyata, Inggris berhasil diusir.

Tibalah saatnya Belanda menagih balas jasa kepada Sultan Said Ismail. Diwakili oleh Residen Riau, J.F. Niewenhuyzen, ada dua poin besar yang dituntut Belanda dalam kontrak politik bertajuk Traktat Siak itu (Yuli S. Setyowati, Sejarah Riau, 2004: 217).

Pertama, Belanda mengakui hak otonomi Siak secara terbatas, yakni hanya wilayah asli milik Kesultanan Siak Sri Inderapura (di luar daerah taklukan). Kedua, Belanda meminta 12 daerah taklukan Siak, meliputi Kota Pinang, Pagarawan, Batu Bara, Badagai, Kualiluh, Panai, Bilah, Asahan, Serdang, Langkat, Temiang, serta Deli.

Belanda benar-benar menggunakan pengaruhnya untuk membatasi gerak Kesultanan Siak Sri Inderapura. Dengan ditandatanganinya Traktat Siak berarti kekuasaan kolonial di Siak telah dimulai karena Kesultanan Siak Sri Inderapura dinyatakan bernaung di bawah Kerajaan Belanda (Adila Suwarno, dkk., Siak Sri Indrapura, 2007:71).

Alhasil, penerusnya, Sultan Syarif Kasim I, dihadapkan kepada situasi yang sama karena masih terikat Traktat Siak dengan Belanda. Namun, sultan muda ini punya cara jitu untuk setidaknya menunjukkan Kesultanan Siak Sri Inderapura masih punya cara untuk menjaga kehormatan meski ruang geraknya dibatasi.
Sultan Peletak Modernisasi Siak

Sultan Syarif Kasim I sadar betul ada risiko dan pertaruhan besar jika ia menggerakkan Kesultanan Siak Sri Inderapura untuk melawan Belanda secara frontal. Selain kalah dari sisi yuridis lantaran masih berlakunya Traktat Siak, Belanda juga jauh lebih unggul dari segi kekuatan militer dan modal. Maka dari itu, dicarilah siasat lain agar marwah Kesultanan Siak Sri Inderapura tidak semakin melemah.

Kerap berinteraksi dengan orang-orang Belanda justru menghasilkan berkah tersendiri bagi Sultan Syarif Kasim I. Ia menyadari Belanda bisa menjadi kuat lantaran punya visi yang jelas dan mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Ketimbang memikirkan strategi berperang melawan Belanda, Sultan Syarif Kasim I lebih fokus untuk menuntun Kesultanan Siak menuju era modern. Pembangunan digalakkan dalam pelbagai sektor kehidupan, dari pemerintahan, ekonomi, pendidikan, seni dan budaya, hingga pembangunan secara fisik.

Salah satu bangunan megah yang berdiri pada era pemerintahan Sultan Syarif Kasim I adalah Masjid Raya Syahabuddin (Abdul Baqir Zein, Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, 1999:80). Masjid ini menjadi salah satu simbol kemajuan Kesultanan Siak Sri Inderapura di tengah pengawasan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Madrasah Pesaing Sekolah Belanda


Pondasi kehidupan modern yang ditanamkan oleh Sultan Syarif Kasim I kemudian dilanjutkan oleh sultan-sultan Siak Sri Inderapura setelahnya, terutama pada masa kepemimpinan Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin atau Sultan Syarif Kasim II (1908-1946), cucu Sultan Syarif Kasim I.

Selain pembangunan fisik, kualitas sumber daya manusia tentu juga sangat penting. Dan itu amat disadari oleh Sultan Syarif Kasim II yang berpandangan bahwa orang Belanda mampu melangkah lebih jauh salah satunya berkat faktor kecerdasan. Hal macam ini bisa diperoleh melalui pendidikan yang baik.

Sultan Syarif Kasim II tentu saja ingin masyarakat Siak nantinya memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. Langkah awal yang dilakukannya dengan mendirikan sekolah dasar untuk menandingi Belanda yang sudah jauh-jauh hari mempunyai Hollandsche Inlandsche School (HIS).

Sultan Syarif Kasim II punya alasan kuat sebelum mendirikan sekolah sendiri. Ia kecewa terhadap kebijakan Belanda mengenai HIS. Tak sembarang kalangan bisa mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Selain anak-anak Eropa dan peranakan Tionghoa, hanya anak bangsawan, orang kaya atau terkemuka dari golongan pribumi saja yang boleh masuk HIS. Ini membuat segelintir putra Siak memperoleh kesempatan pendidikan terbaik.

Selain itu, kurikulum HIS tak sesuai dua unsur utama yang sangat dipegang teguh oleh sultan: agama (Islam) dan nasionalisme. Karena itu sultan memprakarsai pendirian Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah (Suwardi Mohammad Samin, Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau, 2002:66).

Akhirnya, sekolah dasar ala Kesultanan Siak Sri Inderapura berdiri pada 1917, diperuntukkan bagi anak laki-laki dengan masa pendidikan selama 7 tahun. Selain untuk memperdalam ajaran Islam, Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum.

Para Permaisuri pun Beraksi

Jika Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah adalah sekolah untuk anak-anak laki-laki, ada pula sekolah untuk anak perempuan. Sebagai pelopornya adalah permaisuri Sultan Syarif Kasim II, yakni Tengku Agong (Tengku Agung) atau yang bergelar Syarifah Latifah. Sekolah ini kemudian dinamakan Latifah School.

Syarifah Latifah tergerak mendirikan sekolah bukan hanya ia adalah permaisuri Sultan Syarif Kasim II. Ia sendiri yang punya gagasan tersebut setelah mendampingi sultan mengunjungi daerah di luar Siak, seperti saat menghadap Residen Sumatera Timur di Medan, juga ke Langkat atau Tanjungpura (Ahmad Yusuf, Sultan Syarif Kasim II: Raja Terakhir Kerajaan Siak Sri Indrapura, 1992:169).

Sang permaisuri melihat masyarakat di dua kota itu lebih modern ketimbang Siak, termasuk dalam hal emansipasi wanita. Tidak sedikit perempuan pribumi yang menjalani profesi selayaknya kaum pria, juga memakai pakaian ala Barat. Hal seperti ini masih sangat sulit diterima oleh masyarakat Siak.

Sepulang dari kunjungan tersebut, Syarifah Latifah berinisiatif menggagas sekolah untuk perempuan pertama di Siak, bahkan di Riau. Berdirilah sekolah kepandaian putri Latifah School, antara 1926 atau 1928 (Wilaela, Sultanah Latifah School di Kerajaan Siak, 2014:130). Sayang, Syarifah Latifah tidak lama mengurusi sekolah yang digagasnya itu. Belum genap setahun Latifah School berdiri, sang permaisuri meninggal dunia.

Perjuangan belum usai. Permaisuri kedua Sultan Syarif Kasim II, yakni Tengku Maharatu, melanjutkan kiprah Syarifah Latifah dengan mengurusi Latifah School. Ia juga berinisiatif membangun asrama putri bernama Istana Limas untuk menampung anak-anak yatim piatu yang disekolahkan di Latifah School.

Tengku Maharatu menggagas pula pendirian sekolah untuk perempuan yang tak cuma mempelajari seputar keterampilan seperti yang diajarkan di Latifah School, melainkan sekolah untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum.

Maka, berdirilah Madrasyahtul Nisak, sekolah khusus untuk perempuan yang setara sekolah dasar macam HIS atau Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah. Selain itu, Tengku Maharatu menggagas sekolah taman kanak-kanak (Adila Suwarno, dkk., 2005:73).

Siasat cerdas melalui jalan pendidikan oleh keluarga Kesultanan Siak Sri Inderapura itu terbukti ampuh dan bertahan lama. Sultan Syarif Kasim II pun sanggup mempertahankan statusnya sebagai Sultan Siak bahkan hingga Indonesia merdeka pada 1945.

Jauh sebelum meninggal dunia pada 1968, Sultan Syarif Kasim II telah menyerahkan wilayah Kesultanan Siak Sri Inderapura kepada pemerintah Republik Indonesia. Wilayah Siak Sri Inderapura pun meleburkan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia dan kini termasuk wilayah administratif Provinsi Riau - PT Kontak Perkasa
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 2:04 PM

Ramai-ramai Menerbitkan Obligasi

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, July 28, 2017 | 9:51 AM

Kontak Perkasa Futures - Penerbitan obligasi korporasi diperkirakan akan marak pada semester kedua tahun ini. Sebagian penerbitan obligasi itu untuk refinancing atau pembiayaan kembali obligasi yang sudah jatuh tempo, sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan keuangan korporasi.

Dilihat dari tenor penerbitan, memang sebagian besar obligasi yang diterbitkan bertenor jangka pendek, 3 dan 5 tahun. Untuk obligasi bertenor 5 tahun, tahun 2017 ini sudah jatuh tempo. Pada tahun 2012 lalu, jumlah obligasi korporasi yang diterbitkan mencapai Rp68,6 triliun dengan outstanding ketika itu sebesar Rp187,5 triliun.

Presiden Direktur Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra memperkirakan, pada tahun ini ada sekitar Rp87,2 triliun obligasi yang akan jatuh tempo. Sebagian dari obligasi yang jatuh tempo itu akan dibayar dengan penerbitan obligasi lain (refinancing).

“Hingga semester pertama sudah ada Rp57,3 obligasi korporasi yang diterbitkan. Mudah-mudahan hingga akhir tahun bertambah dan lebih banyak dari tahun lalu,” kata Salyadi di Jakarta beberapa saat lalu.

Tahun lalu, penerbitan obligasi tercatat sebanyak Rp 114 triliun. Hingga akhir tahun nanti, Pefindo menerima mandat penerbitan obligasi yang belum terealisasi sebesar Rp 37,7 triliun lagi.

Salah satu perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk refinancing adalah PT Global Mediacom Tbk (BMTR). BMTR menerbitkan obligasi senilai Rp1,1 triliun yang akan digunakan untuk refinancing. Demikian pula dengan PT Indosat Tbk, emiten dengan kode saham ISAT ini menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp2,7 triliun dan sukuk ijarah berkelanjutan senilai Rp300 miliar. Obligasi ini digunakan untuk refinancing utang ISAT yang jatuh tempo.

Salyadi mencermati, memang emiten obligasi sebagian besar adalah perbankan dan perusahaan pembiayaan. Akan tetapi pada tahun ini porsi industri non finansial yang menerbitkan obligasi pun semakin besar. Menurut Salyadi, semakin banyak perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi untuk membiayai proyek infrastruktur. Adapun dominasi perusahaan sektor keuangan yang menerbitkan obligasi juga memandakan bahwa peran pasar modal sebagai institusi intermediary belum terlalu signifikan sebagai alternatif pembiayaan untuk sektor riil.

Tahun ini bank juga banyak menerbitkan obligasi. Misalnya saja BNI yang juga menerbitkan obligasi sebesar Rp3 triliun. Obligasi berjangka waktu lima tahun ini digunakan untuk penyaluran kredit.

Tidak mau ketinggalan, Maybank Indonesia yang menerbitkan obligasi subordinasi berkelanjutan II tahap II senilai Rp800 miliar. Selain itu, Maybank juga menerbitkan sukuk senilai mudharabah berkelanjutan I tahap II senilai Rp700 miliar.  Emisi obligasi itu digunakan  untuk menambah likuiditas untuk penyaluran kredit.

Serupa, Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap) juga menerbitkan obligasi sebesar Rp2 triliun. Penerbitan obligasi oleh perbankan sebagian besar digunakan untuk mendanai penyaluran kredit. Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Triprakoso mengatakan, ketika menerbitkan obligasi tersebut, Bank Mantap mengalami kelebihan permintaan.

Seiring dengan bertambahnya proyek infrastruktur yang didanai dengan penerbitan obligasi, penerbitan obligasi bertenor jangka panjang pun semakin banyak. Pada tahun lalu, obligasi bertenor 7 tahun hanya ada 7 persen sementara hingga pertengahan tahun ini meningkat menjadi 17%. Sementara obligasi dengan tenor lebih panjang, 10 tahun naik dari 8% menjadi 13%. Porsi obligasi bertenor 3 tahun masih mendominasi walaupun sudah menurun dari 34,5% pada tahun lalu menjadi 26,4% tahun ini. Obligasi bertenor 5 tahun turun dari 31% menjadi 24% tahun ini.

“Diharapkan lama kelamaan tenor obligasi semakin panjang, terutama untuk obligasi yang terkait dengan infrastruktur. Pembiayaan infrastruktur memang memerlukan obligasi yang berjangka lebih panjang. Jika didanai dengan obligasi minimal bertenor 10 tahun,” kata Salyadi lagi.

Obligasi Infrastruktur

Dia memberikan ilustrasi. Sebuah proyek jalan tol baru yang belum tersambung dengan ruas tol lain, setidaknya memerlukan waktu hingga 5 tahun untuk mencapai titik impasnya. “Jika dibiayai dengan obligasi bertenor 5 tahun tentu berat,” kata dia.

Salah satu BUMN yang menerbitkan obligasi untuk pembangunan infrastruktur adalah Hutama Karya yang menerbitkan Rp1,968 triliun obligasi untuk mendanai proyek tol di Sumatera.

Khusus untuk pendanaan infrastruktur, Otoritas Jasa Keuangan sedang mengkaji aturan-aturan pendukung pendanaan infrastruktur seperti  obligasi berbasis proyek dan obligasi infrastruktur. “Untuk infrastruktur bond sudah kami buat aturannya,  mudah-mudahan cepat selesai,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida. OJK juga sedang membahas aturan perpetual bond yaitu obligasi yang tidak memiliki jatuh tempo. PT Pembangunan Perumahan (PTPP) sudah tertarik menerbitkan perpetual bond, tetapi masih menunggu aturan-aturan dari otoritas.

Walaupun perusahaan tertarik mencari pendanaan melalui emisi obligasi, tantangan terbesar adalah penyerapan. Beberapa penerbitan obligasi tidak mencapai target karena minat investor yang lebih rendah. “Daya serap investor terbilang rendah. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Di tengah penurunan tingkat suku bunga deposito, kupon bunga obligasi korporasi relatif lebih atraktif bagi investor institusi,” kata Salyadi lagi.

Menurut dia, rendahnya investasi perusahaan asuransi terhadap obligasi korporasi disebabkan karena kewajiban mengalokasikan investasi sebesar 30% pada surat utang pemerintah. “Memang ada fenomena daya serap investor lokal yang terbatas. Beberapa klien kami mengurangi jumlah penerbitan, salah satunya karena hal itu,” kata dia.

Penurunan emisi obligasi korporasi dapat juga dipengaruhi oleh faktor rendahnya kupon yang ditawarkan kepada investor, sementara investor meminta kupon tinggi dan momentum penawaran obligasi yang berbarengan dengan emisi obigasi dari korporasi lainnya - Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:51 AM

Penampakan Orang Terkasih Menjelang Ajal

Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, July 27, 2017 | 9:11 AM

PT Kontak Perkasa Futures - Menjelang ajal, ada beberapa fenomena menarik yang terjadi berulang pada orang-orang yang berbeda dari berbagai latar belakang budaya yang berlainan.

Misalnya, seperti kisah yang dikutip dari Washington Post pada Selasa (25/7/2017) berikut. Seorang penulis bernama Steven Petrow menceritakan apa yang dialami ibunya yang berusia lanjut menjalani hari-hari terakhirnya.

Pada musim panas tahun lalu, sekitar 6 bulan sebelum meninggal, Petrow memasuki kamar tidur ibunya dan disambut dengan ucapan pelan disertai senyuman yang lebar.

Perempuan sepuh itu kemudian melanjutkan 'obrolannya' dengan sosok ibunya yang meninggal dunia pada 1973.

"Kamu di mana," ucapnya pada sosok tak kasat mata itu.

Petrow terhenyak dan hanya bisa diam, sementara ibunya meneruskan obrolan selama beberapa menit dengan menggunakan suara seperti remaja putri.

Pertanyaan terbesit di benak pria tersebut. Mungkinkah sang ibu menunjukkan reaksi terhadap obat-obatan atau demensia yang semakin parah? Atau ia sedang dalam "transisi" menuju alam lain?

Ternyata, perbincangan si ibu dengan "hantu" adalah suatu pertanda bahwa ajalnya telah mendekat.

Orang-orang yang menangani pasien penyakit parah, misalnya pekerja sosial dan perawat rumah jompo, menyebut episode atau penampakan sejenis itu sebagai manifestasi hal yang disebut 'kesadaran menjelang ajal' (Near Death Awareness).

"Mereka yang sedang menjelang ajal dan seperti datang-pergi dalam dunia ini dan yang 'berikut' terkadang mendapati kehadiran orang-orang tercinta yang telah meninggal dan berkomunikasi dengan mereka," kata Rebecca Valla, seorang ahli psikiatri di Winston-Salem, North Carolina,

"Dalam banyak kasus, orang-orang tercinta yang sudah meninggal itu seakan membantu 'transisi' ke dunia yang akan datang."

Anggota keluarga seringkali tidak mengerti tentang fenomena itu.

Namun demikian, suatu penelitian kecil pada 2014 terhadap sejumlah warga panti jompo menyimpulkan bahwa "kebanyakan peserta" melaporkan adanya penampakan dan bahwa ketika orang-orang itu "menyongsong kematian.

Mimpi atau penampakan menyenangkan oleh mereka yang telah meninggal menjadi semakin sering."

Jim May, seorang pekerja sosial berlisensi di Durham, North Carolina, mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga --dan si pasien itu sendiri-- seringkali dikejutkan oleh apa yang terlihat seperti kunjungan para tamu di sisi ranjang, dan seringkali meminta bantuan untuk mengerti apa yang sedang terjadi.

May menjelaskan kepada Petrow, "Saya mencoba sebisa mungkin untuk menguatkan orang, entah yang terkait pengalaman nyaris meninggal atau halusinasi, agar mengalir saja."

"Apapun yang mereka alami memang nyata bagi mereka."

Valla sepakat dengan pandangan itu dan mengajukan sejumlah hal yang harus dihindari, "Mengecilkan, membantah, atau bahkan mencurigai cerita-cerita itu dapat berbahaya dan bisa berdampak traumatis bagi orang yang sedang menanti ajal."

May mengatakan bahwa, "bagi kebanyakan pasien, obrolan itu membuat nyaman."

Setidaknya itulah yang dialami oleh ibu si penulis yang berbahagia berbincang dengan beberapa teman lama yang sudah meninggal.

Dalam suatu perbincangan TEDtalk pada 2015, Christopher Kerr, yang waktu itu menjadi kepala medis di Center for Hospice and Palliative Care di Buffalo, New York, mempertontonkan kisah salah satu pasien penyakit maut yang membicarakan penampakan-penampakan di seputar ranjang.

Menurut pasien dalam tayangan itu, "Ibu dan ayah saya, paman saya, semua kenalan saya yang telah meninggal dunia, ada di sana (di samping saya). Saya ingat melihat setiap bagian wajah mereka."

Ibu penulis itu memang telah mendapat diagnosis demensia parah, sehingga awalnya obrolan itu dikira sebagai pertanda semakin parahnya penyakit si ibu.

Kenyataannya, sejumlah temuan dari beberapa penelitian teranyar menengarai adanya kombinasi penjelasan fisiologis, farmakologis, dan psikologis.

Pengalaman Jim May selama 14 tahun juga mengungkapkan hal serupa.

Menurutnya, dapat dimaklumi jika 'sulit mendapatkan bukti empiris' untuk episode demikian pada para pasien, tapi yang penting adalah agar anggota-anggota keluarga dan pekerja kesehatan mengetahui cara memberi tanggapan.

Pada musim gugur lalu, penampakan kunjungan kepada ibu Petrow memasuki tahap baru.

Seperti sebelumnya, si ibu menyambut dengan memanggil nama, tapi kemudian kembali menengok ke rak buku dekat ranjang dan mulai menenangkan 'bayi' yang olehnya disebut sebagai 'miliknya'.

Setahun sebelumnya, si ibu bercerita tentang Anna, keponakan Petrow, yang disebutkan telah membuat makan malam yang nikmat kemarin dan sedang berberes-beres.

Padahal, Anna sedang berada di kampus yang jauh dan belum pernah terlihat memasak dan bahkan belum punya SIM.

Ketika ditanyai tentang hal itu, Jim May mengusulkan begini, "Jangan berbantah karena ia tidak memerlukan bantahan." Dengan demikian, si penulis ikut serta dalam kisah 'bayi' tersebut dan pura-pura membawanya di dapur untuk memberinya susu.

Lebih jauh memasuki musim gugur, penampakan bayi itu semakin sering dan si ibu semakin merasa tertekan karena merasa bayi itu sedang sakit.

Penelitian  tentang fenomena itu menyebutkan bahwa kedatangan tamu-tamu tak kasat mata meningkatkan kecemasan dan ketakutan akan kematian.

Suatu malam, si penulis membuatkan makan malam sederhana, pasta dan salad dedaunan hijau. "Bagaimana kamu tahu?," kata sang ibu.

Petrow balik bertanya,"Apa yang saya ketahui?"

"Menu itu yang saya inginkan pada saat pemakaman. Undangllah semua orang yang saya sukai dan makannya seperti tadi."

Enam minggu kemudian, si ibu Petrow meninggal dunia. Menu untuk para tamu saat ibadah penghiburan termasuk pasta dan salad - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:global.liputan6
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:11 AM

Jika Nol Dalam Rupiah Dipotong

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, July 25, 2017 | 8:35 AM



Kontak Perkasa Futures - Adanya wacana pemotongan nilai rupiah atau redenominasi sejak 6 tahun yang lalu, tampaknya sudah menemukan sedikit titik terang. Seperti dikatakan anggota Komisi XI DPR RI, Muhammad Misbakhun, ada kemungkinan bagi Rancangan Undang-Undang (RUU) Redenominasi untuk masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2017. Jika sudah masuk daftar Prolegnas, komisi akan membahasnya bersama pemerintah.

Redenominasi sendiri adalah upaya untuk menyederhanakan nilai uang rupiah dengan menghilangkan 3 digit terakhir, tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misalnya jika sebelumnya Rp10.000 menjadi hanya Rp10 saja. Seperti dilansir Finance Twitter, Indonesia menjadi negara dengan denominasi tertinggi di Asia kedua setelah Vietnam. Pecahan uang kertas rupiah tertinggi adalah Rp100.000 dan terendah Rp1.000. Sedangkan mata uang Vietnam, dong, pecahan terbesarnya 500.000. Tak heran jika mata uang negara kita dicap sebagai ‘garbage money‘ atau ‘uang sampah’ oleh negara lain karena dinilai membuang-buang angka nol.

Adanya redenominasi tentu akan berdampak pada beberapa hal. Meski kalaupun jadi dilakukan, pemerintah perlu waktu setidaknya 7-8 tahun untuk mempersiapkannya, namun tak ada salahnya mengetahui kondisi-kondisi yang mungkin terjadi saat nilai rupiah benar-benar dipotong Guys. Yuk simak ulasan Hipwee News & Feature berikut ini!

1. Tidak menutup kemungkinan para pedagang akan menaikkan harga barang atau jasa mereka karena adanya uang baru

Pernyataan tersebut bisa diperjelas dengan contoh kasus, misalnya saja harga beras semula adalah Rp9.700. Setelah terjadinya redenominasi harganya bisa saja dibulatkan ke atas menjadi Rp10.000 atau Rp10. Jadi jangan kaget jika nanti saat benar-benar diimplementasikan, banyak harga ikut naik karena pembulatan ke atas tadi. Tapi risiko ini dapat diminimalisir kalau pemerintah juga mengeluarkan uang sen, seperti halnya pernah diberlakukan di AS.

2. Miliuner atau miliarder “turun tahta” jadi jutawan. Terus jutawan sendiri jadi apa ya?

Nah, redenominasi juga akan berdampak pada gelar jutawan, miliuner, atau triliuner nih karena aset rupiah mereka secara otomatis juga akan terpangkas tiga digit di belakangnya. Misalnya saja miliuner A memiliki kekayaan sebesar Rp5 miliar. Dengan adanya redenominasi, kekayaannya juga berubah menjadi Rp5 juta saja. Memang sih nilai uang tidak berubah, dengan kata lain kekayaannya tidak berkurang. Tapi dengan penyebutan yang berbeda itu jelas akan berpengaruh pada gelarnya juga ya. Lah kalau jutawan berubah jadi apa dong? Ribuwan?

3. Adanya redenominasi akan turut memudahkan sistem informasi teknologi perbankan. Mencatat uang di komputer akan lebih mudah

Tidak bisa dipungkiri bahwa rencana redenominasi akan membawa angin segar bagi industri perbankan. Selama ini penulisan dan penghitungan uang dalam perbankan dinilai tidak efektif lantaran setiap nominal harus terkomputerisasi dengan tepat yang tentu akan memakan memori penyimpanan. Bayangkan saja berapa ruang yang dibutuhkan untuk mencatat anggaran negara yang jumlahnya sudah memasuki kuadriliun? Jadi dengan adanya redenominasi, kemungkinan salah dalam pencatatan nilai uang dapat diperkecil.

4. Tak hanya sistem yang terkomputerisasi, tapi kamu juga harus terbiasa dengan label harga di toko-toko yang menghilangkan tiga nol di belakangnya

Meski sekarang sudah banyak restoran atau cafe yang menghapus tiga nol terakhir di belakang harga menu mereka, misalnya Rp10.000 jadi IDR 10k, tapi saat redenominasi kamu harus lebih beradaptasi lagi karena tidak hanya restoran saja yang akan menerapkan penulisan seperti itu melainkan di semua tempat jual beli. Contohnya seperti toko elektronik. Tentu mereka akan mengubah label harga mereka. Jangan kaget kalau harga TV yang semula Rp10 juta, jadi cuma Rp10 ribu. Ingat ya, nilai uang tidak berubah, yang berubah hanya jumlah nolnya.

5. Redenominasi merupakan langkah yang tidak mudah, butuh setidaknya 7-8 tahun untuk mempersiapkan. Saat adaptasi, bersiaplah beredar dua jenis uang

Pemerintah memprediksi bahwa redenominasi akan dilaksanakan secara penuh pada 2022. Persiapannya sendiri akan dilakukan secara bertahap, termasuk sosialisasinya, untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi nominal uang baru. Ketika masa transisi, kamu juga harus bersiap kalau akan ada dua jenis uang beredar di pasaran. Uang lama dengan digit banyak tidak sepenuhnya ditarik. Jadi kamu bisa memilih akan melakukan transaksi dengan menggunakan uang lama atau uang baru yang pecahannya sudah disederhanakan. Hayo loh, siap-siap bingung..

Itulah 5 hal yang mungkin terjadi ketika nilai rupiah benar-benar dipotong. Meskipun belum pasti kapan akan diberlakukan karena kebijakannya masih digodok, nggak ada salahnya kalau kamu mulai cari tahu lebih lanjut mengenai redenominasi dan bagaimana dampaknya ke kehidupan kita selanjutnya - Kontak Perkasa Futures
Sumber:hipwee


Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:35 AM

Maestro Legendaris Di Balik Tarian Populer Bali

Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, July 24, 2017 | 4:25 PM


PT Kontak Perkasa Futures - Berbagai tarian populer di Bali seperti tari Kecak, tari Pendet, tari Puspanjali, dan lain-lain tentunya sudah tak asing lagi di telinga. Namun, siapa sajakah sosok dibalik beragam tarian sohor tersebut?

Yuk, simak ulasan mengenai para maestro tarian Bali tersebut.

Wayan Limbak
Wayan Limbak adalah pencipta dibalik tarian indah tari Kecak. Sekitar tahun 1930an, ia bersama Walter Spies, seorang pelukis Jerman, memodifikasi tarian Sanghyang menjadi tari Kecak yang saat ini kita kenal.

Dalam modifikasi tarian tersebut, Limbak dan Spies menyisipkan sebuah cerita yang diambil dari epos Ramayana. Cerita itu menuturkan peristiwa ketika Jatayu dan Hanuman bertempur untuk melawan pasukan Rahwana yang menculik Dewi Sinta.

Selain cerita pertempuran Rahwana, Limbak juga memberikan sentuhan kisah Subali ketika bertempur dengan adiknya, Sugriwa.

Dalam mempopulerkan tariannya di kancah nasional maupun internasional, Wayan Limbak membawa grup tarinya ke berbagai festival internasional.

Tarian yang dijuluki “The Monkey Dance” tersebut nyatanya tidak mengkhianati kreatornya. Tari Kecak telah berhasil menjadi tarian terpopuler di Indonesia dan dunia.

Pada 31 Agustus 2003, Wayan Limbak tutup usia di desa Bedulu, Gianyar, Bali. Ia meninggal di usia 160 tahun, meninggalkan karya yang tak terpisahkan dari Indonesia, khususnya Bali.

I Wayan Rindi
Siapa yang tak kenal tari Pendet. Tari tradisional Bali ini telah melambung di kancah dunia dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang patut diacungi jempol. I Wayan Rindi menjadi pencipta mahakarya yang sempat diklaim Malaysia pada 2009 silam ini.

I Wayan Rindi adalah seorang gadis Bali yang sudah memiliki darah seni sejak kecil. Perempuan yang lahir pada 1917 ini gemar mempelajari beragam jenis tarian tradisional.

Ia berguru kepada beberapa seniman sohor tari Bali, seperti I Nyoman Kaler (pencipta tari Panji Semirang, Margapati, Prembon), I Wayan Lotering, dan I Regog.

Mulanya, tari Pendet hanyalah tarian pemujaan yang dilakukan di berbagai pura di Bali. Namun, berkat gubahan Rindi, tarian ini berhasil dikenal oleh berbagai kalangan hingga taraf internasional, tanpa meninggalkan nilai-nilai sakral dan keindahan budaya bali.

Dengan seorang teman bernama I Ketut Reneng, Rindi mengeksplorasi dan menginovasi tarian Pendet Wali yang sebelumnya ada. Hal tersebut tak lepas dari kehebatannya dalam menciptakan gerakan yang indah dan citranya sebagai penari yang termashyur.

Kini, tarian tersebut dikenal dengan tari Pendet, yang dilakukan sebagai tari penyambutan selamat datang.

I Wayan Rindi wafat pada tahun 1976. Ia meninggalkan ilmu mengenai warisan Indonesia tersebut dan menularkannya kepada ratusan orang yang berguru kepadanya. Ia juga tidak pernah mematenkan tari ciptaannya itu hingga akhir hayatnya.

N.L.N. Swasthi Wijaya
N.L.N Swasthi Wijaya Bandem atau N.L.N Swasthi Wijaya merupakan tokoh dibalik kemashyuran tari Puspanjali. Selain sebagai pencipta, ia juga merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan tari Puspanjali pada masyarakat Bali.

Berkat tangan dingin perempuan kelahiran Mei 1946 ini, terciptalah mahakarya yang bermakna “tarian penghormatan bagi para tamu” tersebut.

Dalam penggarapannya, Swasthi Wijaya tidak hanya menyajikan koreografi semata, tetapi juga berkolaborasi dengan I Nyoman Windha sebagai penata musiknya.

Kolaborasi kedua seniman profesional itu pun menghasilkan karya tari yang indah dipandang mata. Tersaji keelokan dan kelembutan gerakan wanita Bali ketika menari tari Puspanjali. Pertunjukan yang diperankan oleh 5 hingga 7 penari ini menunjukkan kekompakan yang harmonis.

Pada tahun 1977 sampai 1980, Swasthi Wjaya pernah menjadi pengajar tari Bali di Wesleyan University, Connecticut, USA. Kini, ia menjadi pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

I Nyoman Kaler
I Nyoman Kaler menjadi salah satu tokoh seni yang melegenda. Perempuan asal Denpasar ini lahir dari keluarga seniman. Ayahnya, I Gde Bakta merupakan seniman terkemuka pada masanya.

Begitu pula dengan ibu Kaler. Ia merupakan anak dari seorang guru tari dan tabuh bernama I Gde Salin. Tak heran, sejak kecil Kaler berguru tentang seni kepada ayah dan kakeknya.

Kaler tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Namun, kemampuannya dalam baca tulis aksara Bali dan huruf Latin patut diacungi jempol. Kemampuannya tersebut tak lepas dari seni tari dan tabuh yang ia pelajari.
I Made Sariada, I Gusti Gede Candu, dan I Made Nyankan merupakan tokoh-tokoh yang pernah mengajarkan seni kepadanya.

Ketika berusia 26 tahun, I Nyoman memperdalam tari Legong Kraton pada Ida Bagus Boda. Ia juga semakin mengeksplorasi kemampuan tari dan tabuhnya pada Anak Agung Rai Pahang dari Sukawati, Gianyar.

Teknik-teknik mengagumkan yang diajarkan Pahang kepada Kaler pun mampu menjadikan anak didiknya tersebut sebagai pencipta beberapa tarian populer di Bali, seperti tari Margapati, tari Panji Semirang, dan tari Prembon. Ia juga menguasai hampir seluruh alat gamelan di Bali.

Atas dedikasinya terhadap seni, ia menerima penghargaan tertinggi di bidang seni, yaitu Wijaya Kusuma, dari pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1968 dan Dharma Kusuma dari Pemerintah Daerah Bali tahun 1980. I Nyoman Kaler telah membesarkan nama Bali di kancah dunia karena beragam mahakarya yang ia ciptakan.

I Gede Manik
Pesohor seni lainnya yang turut melegenda adalah I Gede Manik. Manik menjadi penabuh dan penari pertama tari Kebyar Legong.

Suatu saat, ia menginovasi gerakan tari Kebyar Legong versi lain dengan durasi yang lebih pendek, tetapi tetap memiliki gerakan yang dinamis. Gerakan ini menggambarkan pemuda yang enerjik, penuh emosi, dan berusaha memikat seorang gadis.

Awalnya, tarian ini tidak memiliki nama, hanya disebut sebagai tari Kebyar Dangin Enjung. Namun, ketika dipertunjukkan di depan Bung Karno dan rekan-rekannya pada 1950 silam di Denpasar, presiden pertama Indonesia itu menamai tarian tersebut dengan tari Trunajaya. Trunajaya bermakna “teruna yang digdaya”, atau “pemuda yang tak terkalahkan”.

Sebelum sohornya Trunajaya, Manik sempat menelurkan tarian lain bernama tari Palawakya pada tahun 1925. Ia juga menciptakan Tabuh Singa Ambara Raja dan berbagai tabuh lainnya di Buleleng.

Tak heran, ia telah meraih beberapa penghargaan, seperti Anugerah Seni dari Mendikbud RI, Mashuri (1969); Wija Kusuma dari Bupati Buleleng, I Nyoman Tastra (1981); Dharma Kusuma dari Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra (1981), dan Satya Lencana (2003) dari Presiden RI, Megawati Soekarno Putri - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:nationalgeographic
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 4:25 PM
 
Copyright © 2011. PT.Kontak perkasa Futures Yogyakarta All Rights Reserved
Disclaimer : Semua Market Reviews atau News di blog ini hanya sebagai pendukung analisa,
keputusan transaksi atau pengambilan harga sepenuhnya ditentukan oleh nasabah sendiri.
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger