Powered by Blogger.
Latest Post

Daging Sapi Palsu Memicu Geger di Spanyol

Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, August 10, 2017 | 10:15 AM


Kontak Perkasa Futures - Tak hanya mi, beras, susu formula palsu yang banyak beredar di pasaran. Belakangan daging palsu juga tengah marak.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah daging palsu Spanyol. Negara itu diketahui sebagai produsen dan konsumen terbesar di Eropa.

Sebanyak 21 persen total industri makanan di Spanyol berbahan dasar daging. Dan industrinya saat ini tengah menghadapi skandal besar terkait penipuan.

"Saat Anda memberi label daging sapi pada sebuah produk, kemudian mengganti bahan-bahannya, itu berarti Anda menipu konsumen," kata ahli gizi, Aitor Sanchez seperti dalam video Zoomin.Tv Indonesia yang dikutip Selasa (1/8/2017).

"Konsumen mengira mereka membeli daging sapi," imbuh Aitor.

Kini salah satu produsen daging sapi di Spanyol pun tengah menghadapi investigasi terkait hal tersebut.

"Kami menerima informasi pada 2015 dari seorang pekerja perusahaan. Kami mengambil sampil produk dari perusahaan tersebut di berbagai titik penjualan di Spanyol," jelas Kapten Guardia Sipil, Jose Manuel Vivas Prada.

"Kami menemukan bahwa bahan-bahan yang tertera pada label tidak sesuai dengan isinya. Kami rasa perusahaan ini sudah melakukan kecurangan setidaknya sejak 5 tahun sebelumnya," papar Jose.

Aitor pun menambahkan, langkah tersebut kemungkinan terjadi untuk mengurangi biaya produksi perusahaan. Dengan menurunkan kualitas, tetap akan mendapat keuntungan.

Menurut CNN yang edisi 17 Juli 2017, polisi Spanyol sejauh ini telah menahan dan mendakwa 65 orang terkait peredaran daging kuda di seluruh benua -- dari binatang dalam kondisi buruk, terlalu tua atau diberi label tak sesuai untuk dikonsumsi. Demikian menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Europol.

Dalam siaran persnya, Guardia Sipil Spanyol yang berkoordinasi dengan Europol agen polisi Eropa, mendakwa orang-orang itu dengan kasus kejahatan termasuk penyiksaan hewan, pemalsuan dokumen, melanggar hukum, kejahatan terhadap kesehatan masyarakat, pencucian uang dan menjadi bagian dari organisasi kriminal - Kontak Perkasa Futures
Sumber:global.liputan6
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:15 AM

Tata Tertib Jadi Tamu Ratu Elizabeth II

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, August 8, 2017 | 2:56 PM

PT Kontak Perkasa - Bertemu dengan Ratu Elizabeth II dari Inggris adalah kesempatan langka buat kebanyakan orang dan hanya orang-orang tertentu yang bisa bertemu secara pribadi, seperti tamu negara atau undangan khusus. Langkanya kesempatan juga diikuti oleh etiket dan peraturan yang ribet bila bertemu sang ratu.

Tak sedikit orang yang masih bingung ketika berhadapan dengan Ratu Elizabeth II meski sebelumnya pasti sudah berlatih khusus. Contohnya apa yang harus dikatakan, bagaimana memanggilnya, dan apa yang tak boleh dilakukan?

Berikut penjelasan mengenai apa yang harus dan tak boleh dilakukan saat bertemu dengan nenek Pangeran William ini.

Menurut laman British Monarchy, tak ada peraturan atau perilaku khusus yang dituntut saat seseorang bertemu sang ratu. Namun orang tersebut harus mematuhi cara tradisional yang sudah ditetapkan.

Pertama, para wanita harus memberi hormat dengan cara sedikit menekuk kaki kanan sedangkan laki-laki cukup menundukkan kepala, dan dilakukan sebelum bersalaman dengan ratu. Saat bersalaman, sebutan pertama pada ratu adalah “Your Majesty” atau Yang Mulia dan berikutnya cukup menyebut “Ma’am”.

Aturan yang sama juga berlaku untuk keluarga kerajaan yang lain, misalnya para pangeran. Sebutan pertama adalah “Your Royal Highness” atau “Yang Mulia”, diikuti dengan “Sir” untuk laki-laki atau “Ma’am” untuk perempuan pada sebutan berikut.

Kedua, hanya berbicara bila diajak bicara oleh ratu serta jangan duduk atau makan sebelum Yang Mulia melakukannya. Bila diundang menjadi tamu, datanglah sebelum sang ratu tiba.

Ketiga, perihal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Salah satu yang tak boleh dilakukan adalah menyentuh ratu dan hanya menjabat tangannya bila ia mengajak bersalaman. Michelle Obama, istri mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, pernah melanggar protokoler itu pada 2009 dengan merangkul bahu sang ratu.

Keempat, bila diundang ke jamuan makan malam, sungguh penting untuk memahami di sisi sebelah mana ratu kita akan duduk. Tamu kehormatan biasanya ditempatkan di sebelah kanan dan dengan orang-orang di sisi itulah ratu akan pertama berbicara.

Setelah itu, baru ia mengalihkan perhatian pada orang-orang di sisi sebelah kiri. Pembalap F1 Lewis Hamilton pernah gagal memahami aturan ini dan dengan sopan diberi tahu gilirannya berbicara belum tiba.

Kelima, jangan pernah membelakangi ratu karena dianggap sangat tidak sopan. Jangan pernah pula mengambil foto saat berkunjung ke kediamannya. Para tamu juga tak boleh meninggalkan acara sebelum ratu pergi kecuali ada izin khusus. Berbicaralah dengan sopan dan dilarang mengajukan pertanyaan pribadi kepada Ratu Elizabeth II - PT kontak Perkasa
Sumber:cantik.tempo
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 2:56 PM

Gua Ini Simpan Bukti Tsunami Aceh 7.400 Tahun Silam

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, August 4, 2017 | 12:29 PM


PT Kontak Perkasa - Di Aceh ditemukan gua yang menyimpan jejak tsunami dahsyat pada masa lalu. Konon gua ini telah ada semenjak 7.400 tahun yang lalu.

Ternyata bencana tsunami yang melanda Aceh bukan hanya terjadi pada 26 Desember 2004. Jauh sebelum itu, sekitar 7400 tahun silam, provinsi Serambi Mekkah ini juga pernah diterjang gelombang dahsyat. Jejak-jejaknya tsunami masa lalu masih tersimpan di Gua Ek Leuntie di Aceh Besar, Aceh.

Peneliti Universitas Syiah Kuala, Nazli Ismail, mengatakan bahwa jejak tsunami di Gua Ek Leuntie diketahui berdasarkan hasil temuan Unsyiah dengan Nanyang Technological University (NTU) Singapore. Tim peneliti berhasil mengidentifikasi lapisan-lapisan pasir yang mengendap akibat tsunami ribuan tahun lalu.

"Misteri kedahsyatan tsunami tahun 2004 di Aceh mulai terpecahkan melalui temuan besar ini dan sudah dipublikasikan di Nature Communications," kata Nazli dalam keterangan tertulis yang diterima detikTravel, Rabu (2/8/2017).

Gua Ek Leuntie terletak di kawasan Meunasah Lhok, Kecamatan Lhong, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Gua ini perlu dilestarikan dan dijadikan sebagai museum alam.

"Gua Ek Leuntie merupakan situs yang dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran tentang kebencanaan dan Unsyiah berharap keberadaan gua tsunami tersebut dapat dilestarikan," ungkap Nazli.

Sementara itu, Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal, mengatakan, Unsyiah mendesak semua pihak untuk menyelamatkan situs Gua Ek Leuntie. Masyarakat desa setempat bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, Badan Penanggulangan Bencana Aceh, dan Kemristekdikti perlu menetapkan gua ini sebagai situs cagar tsunami purba yang perlu dilindungi dan dilestarikan.

Selain itu, situs gua ini dapat dijadikan sebagai fasilitas pendidikan dan penelitian lapangan mengenai tsunami purba dan sarana penyadaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana di Aceh.

"Gua Ek Leuntie sangat berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata dan Unsyiah siap membantu pemerintah untuk pelestarian gua tersebut," kata Rektor.

Prof Hermann M Fritz dari The Georgia Institute of Technology Amerika Serikat mengungkapkan, kejadian tsunami tahun 2004 di Aceh berdampak luas ke berbagai negara. Namun, semua negara yang terkena dampak tidak menggunakan peringatan dini sehingga banyak korban jiwa yang berjatuhan.

"Maka sudah seharusnya kita belajar dari sejarah dan pengalaman dengan meningkatkan infrastruktur peringatan dini dan perangkat komunikasi untuk mengurangi resiko bencana," paparnya - PT Kontak Perkasa
Sumber:travel.detik
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 12:29 PM

Pentingnya Imunisasi Campak dan Rubella

Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, August 2, 2017 | 10:31 AM

Kontak Perkasa Futures - Presiden Joko Widodo berpesan agar masyarakat tidak menganggap remeh penyakit campak dan rubella karena sudah terbukti sangat berbahaya jika dibiarkan menjangkiti anak-anak.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan Kampanye Imunisasi Measles-Rubella (MR) yang dilaksanakan di MTs Negeri 10 Sleman yang terletak di Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa.

"Pesan saya jangan remehkan MR ini karena kedua penyakit ini bisa berbahaya untuk anak-anak kita yang kita cintai," katanya. 

Ia mengatakan, dalam jangka panjang akibat tanpa imunisasi MR untuk bayi bisa lahir dengan cacat bawaan.

"Hati-hati sekali, kita harus hati-hati sekali karena itu kita mendukung penuh dilaksanakannya kampanye imunisasi nasional agar anak-anak bisa bebas dari Measles Rubella," katanya.

Presiden mengingatkan bahwa imunisasi sejatinya bukan barang baru dan Indonesia pernah berhasil dulu melakukan program tersebut misalnya untuk vaksinasi cacar, polio, dan tetanus.

Menurut dia, Indonesia telah berhasil melakukan program imunisasi sebelumnya, sehingga ia percaya sekarang pun keberhasilan imunisasi Measles Rubella optimistis bisa diraih.

"Dan untuk melindungi anak-untuk melindungi hak-hak anak Indonesia agar tetap sehat dan ceria, melindungi masa depan anak-anak kita," katanya.

Ia pun meminta kepada semua kementerian dan instansi terkait untuk turun langsung ke lingkungan masyarakat dan menjelaskan tentang imunisasi MR yang sangat diperlukan untuk kesehatan anak-anak.

"Gandeng seluruh sekolah, madrasah, pesantren, gandeng semua orang tua untuk turut menyukseskan imunisasi Measles Rubella. Buka lebar pintu posyandu, puskesmas, rumah sakit, dan semua yang ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan imunisasi Measles Rubella," kata Presiden Jokowi - Kontak Perkasa Futures
Sumber: cantik.tempo
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:31 AM

Aplikasi Kencan: Cari Jodoh / Teman Bobo

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, August 1, 2017 | 10:16 AM

PT Kontak Perkasa Futures - Kuning, 29 tahun, tidak menyangka pertemuan dengan Bob (34) di aplikasi kencan Tinder berakhir di pelaminan. Keduanya kenal di Tinder pada awal 2015. Bob sedang liburan dan Kuning sudah dua tahun tinggal di Bali.

Bob, turis asal Jerman, sedang mencari teman kencan selama liburan. Kuning mengisi waktu luang dengan mainan Tinder dan tak bermaksud mencari pasangan. “Cuma cari temen saja, iseng juga,” kata Kuning.

Saat melihat profil Kuning, Bob langsung swipe right. Kuning yang tertarik dengan profil Bob juga melakukan hal sama. Keduanya cocok. Bob menyapa. Kuning membalasnya. Keduanya bertemu. Keduanya bertemu lagi. Makin lama makin intens. Setelahnya adalah deklarasi: mereka resmi sepasang kekasih dan memutuskan menikah pada Mei 2017 usai dua tahun menjalani hubungan jarak Bali - Muenchen.

Semua itu terjadi tanpa rencana. Kalau ada pihak yang harus bertanggung jawab atas hubungan keduanya adalah Tinder. Pada akhirnya Tinder yang menjodohkan mereka.

Kuning sebenarnya masih sulit percaya ia menikahi orang yang ditemui lewat aplikasi kencan. Umumnya aplikasi kencan semacam Tinder lekat dipersepsikan sebagai semata mencari pasangan hookup atau seks.

“Beneran cuma iseng, itu juga awalnya kayak cuma cinta pas liburan, tapi malah jadi,” ujarnya.

Adni (27) juga punya pengalaman serupa. Ia bertemu Gilang (31) lewat Tinder pada awal 2016. Semula memakai Tinder cuma buat mencari teman baru, belakangan Adni menginginkan persona yang mau diajak hubungan serius. Pada momen itulah ia bertemu Gilang dan mereka lanjut ke jenjang pernikahan.

Leah LeFebvre, asisten profesor jurusan komunikasi dan jurnalisme dari Universitas Wyoming, pernah melakukan survei pada 2017 terhadap 395 responden berusia 18 sampai 34 pemakai aplikasi kencan Tinder. Survei ini menunjukkan motivasi beragam dari mereka yang memutuskan menggunakan Tinder.

Sebagian besar (48,3 persen) memakai Tinder karena popularitas di lingkaran pertemanan dan media. Sisanya desain aplikasi yang menarik (14,7 persen), menghasratkan suatu hubungan (8,9 persen), rasa ingin tahu (7,9 persen), hooking up (5,1 persen), kemudahan aplikasi (4,1 persen), serta motif mencari hiburan dan memperluas jaringan (3 persen). (Baca: Apakah Tinder Memang Aplikasi buat Cari Teman Mesra?)

Riset serupa dilakukan Jajak Pendapat Aplikasi (Jakpat) pada 2017 terhadap 512 pengguna Tinder di Indonesia. Motivasi responden beragam—tak cuma dominan buat kepentingan hooking up: ada semata buat cari teman (74 persen), mengisi waktu luang (50,29 persen), berjejaring (42,27 persen), senang-senang belaka (34,05 persen), mencari pasangan potensial (31,70 persen), mencari rekanan bisnis (25,64 persen), dan cuma buat mengamati orang (25,05 persen).

Riset itu setidaknya membantah stigma bahwa aplikasi kencan hanya untuk memuaskan hasrat seksual. Itu tak cuma Tinder. Aplikasi kencan lain seperti OKCupid, Setipe, dan Wavoo—yang banyak digunakan orang Indonesia tak melulu bertujuan buat urusan seks.

Lia (25), misalnya, menggunakan OKCupid lebih untuk mencari teman baru. Ia tak berniat untuk hookup atau mencari pacar atau bahkan calon suami. “Gue itu kerja hampir 12 jam, enggak punya waktu buat ketemu orang baru, jadi pakai aplikasi kencan,” katanya.


Aplikasi Kencan: Hookup atau Lanjut ke Hubungan Serius?

Dalam aplikasi OKCupid, pengguna diberi pilihan tujuannya apakah untuk kencan singkat, menjalin kencan jangka panjang, hookup, dan teman baru. Ada yang terang-terangan sekadar mencari hookup, meski ribet pada akhirnya.

Itu dialami Amel (26) yang memang berniat mencari teman hookup sejak menggunakan OKCupid. Namun, ia khawatir akan dicap sebagai "perempuan gampangan" karena pilihan itu. Ia akhirnya mengisi semua pilihan yang tersedia di OKCupid. “Kalau begitu (cuma memilih untuk hookup), biasanya pada enggak sopan,” keluh Amel.

Di OKCupid, pengguna direkomendasikan untuk menjawab sejumlah pertanyaan terkait agama hingga seks. Salah satu pertanyaannya: Apakah lebih membutuhkan cinta atau seks. Jawaban atas pertanyaan ini bisa dibuka untuk publik. Tujuannya memudahkan para pengguna saling memahami pilihan tersebut.

Memakai aplikasi kencan untuk hookup pernah dilakukan oleh Soren. Perempuan 27 tahun ini pernah hookup dengan lelaki asal Jepang yang tengah berbisnis di Indonesia. Soren berkenalan dengannya lewat aplikasi Tinder dan ia tak berharap menjalin hubungan serius setelah hookup.

“Memang butuhnya cuma seks sekarang,” ujarnya.

Memang kehadiran aplikasi kencan berperan dalam menumbuhkan hookup culture, tetapi tak sedikit penggunanya menemukan cinta dan gairah dari sana. Dari survei Jakpat, 19,37 persen pengguna Tinder melanjutkan hubungan lebih serius.

Meski ada survei macam itu, aplikasi kencan kerapkali dianggap melulu sebagai saran online untuk menjalin hubungan seksual singkat (hookup), mencari pasangan untuk diajak bercinta satu malam, atau kegiatan seksual lain.

Kita tak pernah tahu motivasi orang per orang saat memakai aplikasi kencan. Pilihan itu entah untuk mencari jodoh atau sekadar teman tidur sepenuhnya otonom pengguna - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber : tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:16 AM

Siasat Kesultanan Siak Menandingi Belanda

Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, July 31, 2017 | 2:04 PM

PT Kontak Perkasa - Tahun 1864, Kesultanan Siak Sri Inderapura yang berpusat di Riau punya pemimpin baru, Sultan Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifuddin atau Sultan Syarif Kasim I. Namun, sang sultan harus menerima kenyataan bahwa kerajaan yang dipimpinnya tidak bisa lagi bergerak leluasa karena kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Keterjepitan itu setidaknya sudah muncul sejak era Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syarifuddin atau Sultan Said Ismail (1827-1864). Pada 1 Februari 1858, ayahanda Sultan Syarif Kasim I terpaksa menandatangani Traktat Siak yang isinya sangat menguntungkan Belanda (Sapardi Djoko Damono & Marco Kusumawijaya, Siak Sri Indrapura, 2005:71).

Traktat Siak, Siasat Belanda

Traktat Siak adalah konsekuensi keputusan Sultan Said Ismail yang meminta bantuan Belanda untuk mengusir Inggris dari wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Inderapura. Belanda menyanggupi permintaan tersebut, tapi tentunya tidak gratis. Dan ternyata, Inggris berhasil diusir.

Tibalah saatnya Belanda menagih balas jasa kepada Sultan Said Ismail. Diwakili oleh Residen Riau, J.F. Niewenhuyzen, ada dua poin besar yang dituntut Belanda dalam kontrak politik bertajuk Traktat Siak itu (Yuli S. Setyowati, Sejarah Riau, 2004: 217).

Pertama, Belanda mengakui hak otonomi Siak secara terbatas, yakni hanya wilayah asli milik Kesultanan Siak Sri Inderapura (di luar daerah taklukan). Kedua, Belanda meminta 12 daerah taklukan Siak, meliputi Kota Pinang, Pagarawan, Batu Bara, Badagai, Kualiluh, Panai, Bilah, Asahan, Serdang, Langkat, Temiang, serta Deli.

Belanda benar-benar menggunakan pengaruhnya untuk membatasi gerak Kesultanan Siak Sri Inderapura. Dengan ditandatanganinya Traktat Siak berarti kekuasaan kolonial di Siak telah dimulai karena Kesultanan Siak Sri Inderapura dinyatakan bernaung di bawah Kerajaan Belanda (Adila Suwarno, dkk., Siak Sri Indrapura, 2007:71).

Alhasil, penerusnya, Sultan Syarif Kasim I, dihadapkan kepada situasi yang sama karena masih terikat Traktat Siak dengan Belanda. Namun, sultan muda ini punya cara jitu untuk setidaknya menunjukkan Kesultanan Siak Sri Inderapura masih punya cara untuk menjaga kehormatan meski ruang geraknya dibatasi.
Sultan Peletak Modernisasi Siak

Sultan Syarif Kasim I sadar betul ada risiko dan pertaruhan besar jika ia menggerakkan Kesultanan Siak Sri Inderapura untuk melawan Belanda secara frontal. Selain kalah dari sisi yuridis lantaran masih berlakunya Traktat Siak, Belanda juga jauh lebih unggul dari segi kekuatan militer dan modal. Maka dari itu, dicarilah siasat lain agar marwah Kesultanan Siak Sri Inderapura tidak semakin melemah.

Kerap berinteraksi dengan orang-orang Belanda justru menghasilkan berkah tersendiri bagi Sultan Syarif Kasim I. Ia menyadari Belanda bisa menjadi kuat lantaran punya visi yang jelas dan mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Ketimbang memikirkan strategi berperang melawan Belanda, Sultan Syarif Kasim I lebih fokus untuk menuntun Kesultanan Siak menuju era modern. Pembangunan digalakkan dalam pelbagai sektor kehidupan, dari pemerintahan, ekonomi, pendidikan, seni dan budaya, hingga pembangunan secara fisik.

Salah satu bangunan megah yang berdiri pada era pemerintahan Sultan Syarif Kasim I adalah Masjid Raya Syahabuddin (Abdul Baqir Zein, Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, 1999:80). Masjid ini menjadi salah satu simbol kemajuan Kesultanan Siak Sri Inderapura di tengah pengawasan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Madrasah Pesaing Sekolah Belanda


Pondasi kehidupan modern yang ditanamkan oleh Sultan Syarif Kasim I kemudian dilanjutkan oleh sultan-sultan Siak Sri Inderapura setelahnya, terutama pada masa kepemimpinan Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin atau Sultan Syarif Kasim II (1908-1946), cucu Sultan Syarif Kasim I.

Selain pembangunan fisik, kualitas sumber daya manusia tentu juga sangat penting. Dan itu amat disadari oleh Sultan Syarif Kasim II yang berpandangan bahwa orang Belanda mampu melangkah lebih jauh salah satunya berkat faktor kecerdasan. Hal macam ini bisa diperoleh melalui pendidikan yang baik.

Sultan Syarif Kasim II tentu saja ingin masyarakat Siak nantinya memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. Langkah awal yang dilakukannya dengan mendirikan sekolah dasar untuk menandingi Belanda yang sudah jauh-jauh hari mempunyai Hollandsche Inlandsche School (HIS).

Sultan Syarif Kasim II punya alasan kuat sebelum mendirikan sekolah sendiri. Ia kecewa terhadap kebijakan Belanda mengenai HIS. Tak sembarang kalangan bisa mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Selain anak-anak Eropa dan peranakan Tionghoa, hanya anak bangsawan, orang kaya atau terkemuka dari golongan pribumi saja yang boleh masuk HIS. Ini membuat segelintir putra Siak memperoleh kesempatan pendidikan terbaik.

Selain itu, kurikulum HIS tak sesuai dua unsur utama yang sangat dipegang teguh oleh sultan: agama (Islam) dan nasionalisme. Karena itu sultan memprakarsai pendirian Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah (Suwardi Mohammad Samin, Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau, 2002:66).

Akhirnya, sekolah dasar ala Kesultanan Siak Sri Inderapura berdiri pada 1917, diperuntukkan bagi anak laki-laki dengan masa pendidikan selama 7 tahun. Selain untuk memperdalam ajaran Islam, Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum.

Para Permaisuri pun Beraksi

Jika Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah adalah sekolah untuk anak-anak laki-laki, ada pula sekolah untuk anak perempuan. Sebagai pelopornya adalah permaisuri Sultan Syarif Kasim II, yakni Tengku Agong (Tengku Agung) atau yang bergelar Syarifah Latifah. Sekolah ini kemudian dinamakan Latifah School.

Syarifah Latifah tergerak mendirikan sekolah bukan hanya ia adalah permaisuri Sultan Syarif Kasim II. Ia sendiri yang punya gagasan tersebut setelah mendampingi sultan mengunjungi daerah di luar Siak, seperti saat menghadap Residen Sumatera Timur di Medan, juga ke Langkat atau Tanjungpura (Ahmad Yusuf, Sultan Syarif Kasim II: Raja Terakhir Kerajaan Siak Sri Indrapura, 1992:169).

Sang permaisuri melihat masyarakat di dua kota itu lebih modern ketimbang Siak, termasuk dalam hal emansipasi wanita. Tidak sedikit perempuan pribumi yang menjalani profesi selayaknya kaum pria, juga memakai pakaian ala Barat. Hal seperti ini masih sangat sulit diterima oleh masyarakat Siak.

Sepulang dari kunjungan tersebut, Syarifah Latifah berinisiatif menggagas sekolah untuk perempuan pertama di Siak, bahkan di Riau. Berdirilah sekolah kepandaian putri Latifah School, antara 1926 atau 1928 (Wilaela, Sultanah Latifah School di Kerajaan Siak, 2014:130). Sayang, Syarifah Latifah tidak lama mengurusi sekolah yang digagasnya itu. Belum genap setahun Latifah School berdiri, sang permaisuri meninggal dunia.

Perjuangan belum usai. Permaisuri kedua Sultan Syarif Kasim II, yakni Tengku Maharatu, melanjutkan kiprah Syarifah Latifah dengan mengurusi Latifah School. Ia juga berinisiatif membangun asrama putri bernama Istana Limas untuk menampung anak-anak yatim piatu yang disekolahkan di Latifah School.

Tengku Maharatu menggagas pula pendirian sekolah untuk perempuan yang tak cuma mempelajari seputar keterampilan seperti yang diajarkan di Latifah School, melainkan sekolah untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum.

Maka, berdirilah Madrasyahtul Nisak, sekolah khusus untuk perempuan yang setara sekolah dasar macam HIS atau Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah. Selain itu, Tengku Maharatu menggagas sekolah taman kanak-kanak (Adila Suwarno, dkk., 2005:73).

Siasat cerdas melalui jalan pendidikan oleh keluarga Kesultanan Siak Sri Inderapura itu terbukti ampuh dan bertahan lama. Sultan Syarif Kasim II pun sanggup mempertahankan statusnya sebagai Sultan Siak bahkan hingga Indonesia merdeka pada 1945.

Jauh sebelum meninggal dunia pada 1968, Sultan Syarif Kasim II telah menyerahkan wilayah Kesultanan Siak Sri Inderapura kepada pemerintah Republik Indonesia. Wilayah Siak Sri Inderapura pun meleburkan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia dan kini termasuk wilayah administratif Provinsi Riau - PT Kontak Perkasa
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 2:04 PM

Ramai-ramai Menerbitkan Obligasi

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, July 28, 2017 | 9:51 AM

Kontak Perkasa Futures - Penerbitan obligasi korporasi diperkirakan akan marak pada semester kedua tahun ini. Sebagian penerbitan obligasi itu untuk refinancing atau pembiayaan kembali obligasi yang sudah jatuh tempo, sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan keuangan korporasi.

Dilihat dari tenor penerbitan, memang sebagian besar obligasi yang diterbitkan bertenor jangka pendek, 3 dan 5 tahun. Untuk obligasi bertenor 5 tahun, tahun 2017 ini sudah jatuh tempo. Pada tahun 2012 lalu, jumlah obligasi korporasi yang diterbitkan mencapai Rp68,6 triliun dengan outstanding ketika itu sebesar Rp187,5 triliun.

Presiden Direktur Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra memperkirakan, pada tahun ini ada sekitar Rp87,2 triliun obligasi yang akan jatuh tempo. Sebagian dari obligasi yang jatuh tempo itu akan dibayar dengan penerbitan obligasi lain (refinancing).

“Hingga semester pertama sudah ada Rp57,3 obligasi korporasi yang diterbitkan. Mudah-mudahan hingga akhir tahun bertambah dan lebih banyak dari tahun lalu,” kata Salyadi di Jakarta beberapa saat lalu.

Tahun lalu, penerbitan obligasi tercatat sebanyak Rp 114 triliun. Hingga akhir tahun nanti, Pefindo menerima mandat penerbitan obligasi yang belum terealisasi sebesar Rp 37,7 triliun lagi.

Salah satu perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk refinancing adalah PT Global Mediacom Tbk (BMTR). BMTR menerbitkan obligasi senilai Rp1,1 triliun yang akan digunakan untuk refinancing. Demikian pula dengan PT Indosat Tbk, emiten dengan kode saham ISAT ini menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp2,7 triliun dan sukuk ijarah berkelanjutan senilai Rp300 miliar. Obligasi ini digunakan untuk refinancing utang ISAT yang jatuh tempo.

Salyadi mencermati, memang emiten obligasi sebagian besar adalah perbankan dan perusahaan pembiayaan. Akan tetapi pada tahun ini porsi industri non finansial yang menerbitkan obligasi pun semakin besar. Menurut Salyadi, semakin banyak perusahaan non keuangan yang menerbitkan obligasi untuk membiayai proyek infrastruktur. Adapun dominasi perusahaan sektor keuangan yang menerbitkan obligasi juga memandakan bahwa peran pasar modal sebagai institusi intermediary belum terlalu signifikan sebagai alternatif pembiayaan untuk sektor riil.

Tahun ini bank juga banyak menerbitkan obligasi. Misalnya saja BNI yang juga menerbitkan obligasi sebesar Rp3 triliun. Obligasi berjangka waktu lima tahun ini digunakan untuk penyaluran kredit.

Tidak mau ketinggalan, Maybank Indonesia yang menerbitkan obligasi subordinasi berkelanjutan II tahap II senilai Rp800 miliar. Selain itu, Maybank juga menerbitkan sukuk senilai mudharabah berkelanjutan I tahap II senilai Rp700 miliar.  Emisi obligasi itu digunakan  untuk menambah likuiditas untuk penyaluran kredit.

Serupa, Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap) juga menerbitkan obligasi sebesar Rp2 triliun. Penerbitan obligasi oleh perbankan sebagian besar digunakan untuk mendanai penyaluran kredit. Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Triprakoso mengatakan, ketika menerbitkan obligasi tersebut, Bank Mantap mengalami kelebihan permintaan.

Seiring dengan bertambahnya proyek infrastruktur yang didanai dengan penerbitan obligasi, penerbitan obligasi bertenor jangka panjang pun semakin banyak. Pada tahun lalu, obligasi bertenor 7 tahun hanya ada 7 persen sementara hingga pertengahan tahun ini meningkat menjadi 17%. Sementara obligasi dengan tenor lebih panjang, 10 tahun naik dari 8% menjadi 13%. Porsi obligasi bertenor 3 tahun masih mendominasi walaupun sudah menurun dari 34,5% pada tahun lalu menjadi 26,4% tahun ini. Obligasi bertenor 5 tahun turun dari 31% menjadi 24% tahun ini.

“Diharapkan lama kelamaan tenor obligasi semakin panjang, terutama untuk obligasi yang terkait dengan infrastruktur. Pembiayaan infrastruktur memang memerlukan obligasi yang berjangka lebih panjang. Jika didanai dengan obligasi minimal bertenor 10 tahun,” kata Salyadi lagi.

Obligasi Infrastruktur

Dia memberikan ilustrasi. Sebuah proyek jalan tol baru yang belum tersambung dengan ruas tol lain, setidaknya memerlukan waktu hingga 5 tahun untuk mencapai titik impasnya. “Jika dibiayai dengan obligasi bertenor 5 tahun tentu berat,” kata dia.

Salah satu BUMN yang menerbitkan obligasi untuk pembangunan infrastruktur adalah Hutama Karya yang menerbitkan Rp1,968 triliun obligasi untuk mendanai proyek tol di Sumatera.

Khusus untuk pendanaan infrastruktur, Otoritas Jasa Keuangan sedang mengkaji aturan-aturan pendukung pendanaan infrastruktur seperti  obligasi berbasis proyek dan obligasi infrastruktur. “Untuk infrastruktur bond sudah kami buat aturannya,  mudah-mudahan cepat selesai,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida. OJK juga sedang membahas aturan perpetual bond yaitu obligasi yang tidak memiliki jatuh tempo. PT Pembangunan Perumahan (PTPP) sudah tertarik menerbitkan perpetual bond, tetapi masih menunggu aturan-aturan dari otoritas.

Walaupun perusahaan tertarik mencari pendanaan melalui emisi obligasi, tantangan terbesar adalah penyerapan. Beberapa penerbitan obligasi tidak mencapai target karena minat investor yang lebih rendah. “Daya serap investor terbilang rendah. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Di tengah penurunan tingkat suku bunga deposito, kupon bunga obligasi korporasi relatif lebih atraktif bagi investor institusi,” kata Salyadi lagi.

Menurut dia, rendahnya investasi perusahaan asuransi terhadap obligasi korporasi disebabkan karena kewajiban mengalokasikan investasi sebesar 30% pada surat utang pemerintah. “Memang ada fenomena daya serap investor lokal yang terbatas. Beberapa klien kami mengurangi jumlah penerbitan, salah satunya karena hal itu,” kata dia.

Penurunan emisi obligasi korporasi dapat juga dipengaruhi oleh faktor rendahnya kupon yang ditawarkan kepada investor, sementara investor meminta kupon tinggi dan momentum penawaran obligasi yang berbarengan dengan emisi obigasi dari korporasi lainnya - Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:51 AM
 
Copyright © 2011. PT.Kontak perkasa Futures Yogyakarta All Rights Reserved
Disclaimer : Semua Market Reviews atau News di blog ini hanya sebagai pendukung analisa,
keputusan transaksi atau pengambilan harga sepenuhnya ditentukan oleh nasabah sendiri.
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger