Bloomberg, (29/4) - Indeks Dollar jatuh sebelum
rilis data AS yang bisa menunjukkan bahwa tingkat belanja konsumen cenderung
stagnan selama bulan lalu, meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve akan
memperbaharui komitmennya untuk program pembelian obligasi pada pertemuan
kebijakan pekan ini.
Laporan pemerintah pada tanggal 26 April lalu menunjukan bahwa ekonomi AS tumbuh kurang dari perkiraan pada kuartal pertama, membantu imbal hasil obligasi Treasury memperpanjang penurunan bulanan mereka yang tertajam sejak Mei. Yen mempertahankan gain versus mata uang Australia dan Selandia Baru setelah dari laporan China menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan industri di negara Tirai Bambu tersebut melambat bulan lalu. Indeks Dollar, yang mana IntercontinentalExchange Inc menggunakannya untuk melacak greenback terhadap mata uang dari enam mitra dagang AS, turun 0,1 persen menjadi 82,436 pada pukul 08:23 a.m. di Singapura. Mata uang AS turun 0,2 persen menjadi 97,89 yen dan sedikit berubah pada posisi $ 1,3035 per euro. Mata uang dari 17 negara Eropa turun 0,1 persen menjadi 127,57 yen. Pasar finansial Jepang ditutup hari ini untuk liburan. Dolar menguat 2,9 persen selama tiga bulan terakhir terhadap sembilan rekan-rekan negara berkembang yang dilacak oleh Bloomberg Correlation Weighted Index. Euro telah melemah 1 persen selama periode tersebut, sementara yen turun 5,5 persen, menjadi the biggest loser. Mata uang Jepang naik 0,2 persen menjadi 100,62 per dolar Australia hari ini setelah naik 1,4 persen pada tanggal 26 April. Mata uang itu sedikit berubah terhadap dollar Selandia Baru di 83,11 menyusul gain 1.4 persen pada akhir pekan lalu. (brc) |
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:11 AM
Post a Comment