PT Kontak Perkasa Futures - Indonesia diberkahi dengan banyak objek wisata yang sarat nilai religius dan sejarah. Apabila dikemas jadi wisata spiritual, bisa mendatangkan wisman ke Indonesia.
Hal itu dibahas dalam Seminar Menggembangkan Pariwisata Berbasis Budaya & Spiritual di President Lounge, Menara Batavia, Jakarta. Seminar yang terselenggara oleh Tidar Heritage Foundation dan Kemenpar ini dihadiri tokoh budaya seperti Prof Komaruddin Hidayat, Prof Dr. Budi Susilo Supandji, Ahmad Sobari, Romo Mudji Sutrisno dan S.D. Darmono (Chairman of PATA Indonesia Chapter) selaku moderator.
"Rencana daripada acara ini untuk promosi dan mensoasialiskan pentingnya pariwisata spiritual, karena pangsa paling besar adalah wisata spiritual, Indonesia punya banyak kekayaan tentang ini, di mana orang bisa datang ke Indonesia untuk wisata religi dan bisa memberikan dampak bagi pariwisata Indonesia " ujar SD Dharmono dalam sambutan pembukanya.
Indonesia memiliki banyak objek wisata spiritual yang sangat menarik secara pariwisata. Contohnya seperti Candi Borobudur hingga Sungai Elo dan Progo di Magelang yang penting bagi umat Buddha. Bahwa sejatinya ikon dalam negeri itu dapat dikemas dalam bentuk wisata spiritual yang menarik.
Apabila disandingkan, keindahannya tidak kalah dengan komplek Angkor Wat di Kamboja atau Makkah bagi umat Muslim. Sama-sama memiliki nilai spiritual yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung, tidak hanya sebatas atraksi wisata yang cukup sekali dikunjungi.
Ditambahkan oleh SD Dharmono, bahwa narasi juga menjadi komponen penting untuk mengemas sebuah objek wisata spiritual menjadi lebih menarik. Misalnya saja kisah Pangeran Saudara yang diceritakan sebagai roh dari Buddha Gautama sebelum mencapai kesempurnaan bisa menjadi nilai tambah.
"Candi Borobudur punya cerita tentang Pangeran Saudara, roh dari Buddha Gautama sebelum jadi Buddha. Itu relief 1400 lukisan dalam bentuk batu, ada copynya di Shanxi dalam bentuk lukisan," cerita SD Dharmono.
Sementara oleh Romo Mudji Sutrisno, bahwa narasi budaya menjadi akar penting dalam mengemas wisata spiritual. Tanpa cerita spiritual, wisatawan tidak akan tertarik datang ke sebuah objek wisata religi.
"Pada mulanya adalah narasi, kisah, bagaimana wisata Spiritual bermula dari kisah, khusus Borobudur terutama dalam lingkup payung yayasan tidar, saya mendukung sekali," ujar Romo Mudji.
Dari pihak Kemenpar, Hari Untoro Dradjat dari Staf Ahli Menteri Bidang Multikultura, Tim Percepatan Kawasan Borobudur turut mendukung rencana Tidar Heritage Foundation yang ingin mengusung wisata spiritual di Borobudur dan Gunung Tidar untuk menarik wisatawan. Dijelaskan, bahwa ide itu baik untuk perkembangan pariwisata di kawasan Joglosemar.
"Borobudur merupakan Mandala, konsep universe alam semesta, Borobudur sebagai pencapaian, wisata spiritual bisa jadi atraksi," tutup Hari - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:travel.detik
Hal itu dibahas dalam Seminar Menggembangkan Pariwisata Berbasis Budaya & Spiritual di President Lounge, Menara Batavia, Jakarta. Seminar yang terselenggara oleh Tidar Heritage Foundation dan Kemenpar ini dihadiri tokoh budaya seperti Prof Komaruddin Hidayat, Prof Dr. Budi Susilo Supandji, Ahmad Sobari, Romo Mudji Sutrisno dan S.D. Darmono (Chairman of PATA Indonesia Chapter) selaku moderator.
"Rencana daripada acara ini untuk promosi dan mensoasialiskan pentingnya pariwisata spiritual, karena pangsa paling besar adalah wisata spiritual, Indonesia punya banyak kekayaan tentang ini, di mana orang bisa datang ke Indonesia untuk wisata religi dan bisa memberikan dampak bagi pariwisata Indonesia " ujar SD Dharmono dalam sambutan pembukanya.
Indonesia memiliki banyak objek wisata spiritual yang sangat menarik secara pariwisata. Contohnya seperti Candi Borobudur hingga Sungai Elo dan Progo di Magelang yang penting bagi umat Buddha. Bahwa sejatinya ikon dalam negeri itu dapat dikemas dalam bentuk wisata spiritual yang menarik.
Apabila disandingkan, keindahannya tidak kalah dengan komplek Angkor Wat di Kamboja atau Makkah bagi umat Muslim. Sama-sama memiliki nilai spiritual yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung, tidak hanya sebatas atraksi wisata yang cukup sekali dikunjungi.
Ditambahkan oleh SD Dharmono, bahwa narasi juga menjadi komponen penting untuk mengemas sebuah objek wisata spiritual menjadi lebih menarik. Misalnya saja kisah Pangeran Saudara yang diceritakan sebagai roh dari Buddha Gautama sebelum mencapai kesempurnaan bisa menjadi nilai tambah.
"Candi Borobudur punya cerita tentang Pangeran Saudara, roh dari Buddha Gautama sebelum jadi Buddha. Itu relief 1400 lukisan dalam bentuk batu, ada copynya di Shanxi dalam bentuk lukisan," cerita SD Dharmono.
Sementara oleh Romo Mudji Sutrisno, bahwa narasi budaya menjadi akar penting dalam mengemas wisata spiritual. Tanpa cerita spiritual, wisatawan tidak akan tertarik datang ke sebuah objek wisata religi.
"Pada mulanya adalah narasi, kisah, bagaimana wisata Spiritual bermula dari kisah, khusus Borobudur terutama dalam lingkup payung yayasan tidar, saya mendukung sekali," ujar Romo Mudji.
Dari pihak Kemenpar, Hari Untoro Dradjat dari Staf Ahli Menteri Bidang Multikultura, Tim Percepatan Kawasan Borobudur turut mendukung rencana Tidar Heritage Foundation yang ingin mengusung wisata spiritual di Borobudur dan Gunung Tidar untuk menarik wisatawan. Dijelaskan, bahwa ide itu baik untuk perkembangan pariwisata di kawasan Joglosemar.
"Borobudur merupakan Mandala, konsep universe alam semesta, Borobudur sebagai pencapaian, wisata spiritual bisa jadi atraksi," tutup Hari - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:travel.detik
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:11 AM
Post a Comment