PT Kontak Perkasa Futures - Bola dunia atau globe yang kita kenal saat ini melalui proses penciptaan yang panjang. Globe lahir dari pemikiran, eksperimen, dan penjelajahan para ilmuwan. Sosok kunci kelahiran globe adalah ilmuwan Muslim bernama Al Idrisi.
Nama lengkapnya Abu Abd Allah Muhammad Al Idrisi Al Qurtubi Al Hasani Al Sabti. Orang-orang Eropa menyebutnya Dresses. Ia lahir di Ceuta, Spanyol pada 1100.
John Block Friedman and Kristen Mossler Figg menyebut bahwa Al Idrisi salah satu keturunan Nabi Muhammad. Itu tercantum dalam buku “Trade, Travel, and Exploration in the Middle Ages an Encyclopedia” (2010: 14). Dalam Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia (379) karya Josef W. Meri juga menyebutkan hal yang sama.
Karya besarnya itu tak terpisahkan dari pandangannya bahwa Bumi itu bundar dan jadi bagian kecil dari jagat raya. “Seperti kuning telur dalam telur. Udara mengitarinya di semua sisi,” katanya.
S. Maqbul Ahmad, dalam buku berjudul, "Cartography of al-Sharif al-Idrisi," menuturkan bahwa Al Idrisi menempuh pendidikan di Kordoba. Saat usaianya masih 16 tahun, ia berkunjung ke Asia Kecil. Setelahnya, Al Idrisi melakukan perjalanan di sepanjang pantai selatan Perancis, mengunjungi Inggris, dan melakukan perjalanan secara luas di Spanyol dan Moroko.
Selain menghimpun pengalaman pribadi, ia tekun mengumpulkan data geografis seluruh dunia dengan berbagai cara. Mulai dari bertanya pada para pedagang dan wisatawan, hingga memunculkan antitesis yang mengkritik para ahli geografi sebelumnya.
Anwar Ul Haque, dari Department of Pathology AJK Medical College, AJK University dalam tulisannya berjudul, “Muhammad al-Idrisi Father of Modern Geography and Maps,” menjelaskan petualangan Al Idrisi ke berbagai belahan dunia membuat namanya makin populer. Para navigator laut dan perencana militer Eropa pun tak asing dengan namanya. Hingga akhirnya Raja Roger II, seorang raja di Sicilia keturunan Normandia mengundangnya.
Raja Roger memintanya membentuk sebuah peta dunia yang komprehensif. Namun ia tak langsung menerima tawaran itu, Al Idrisi memberikan satu syarat kepada sang raja. Ia meminta agar dokumen sejarah sebelum pemerintahan beralih ke Raja Roger di Sicilia saat di bawah kendali kaum Muslim agar tak dihapus. Raja Roger II mengabulkan syarat itu. Al Idrisi juga berusaha meyakinkan bahwa karyanya tak bisa diganggu gugat sebagai peta Bumi yang berbentuk bulat.
Bukan Sekadar Bola Dunia
Membuat globe saat itu bukan perkara mudah. Butuh pengumpulan data selama 15 tahun hingga lahir sebuah peta globe lengkap. Al Idrisi membongkar berbagai catatan para ilmuwan sebelumnya. Ia mencoba membuat pendapat yang berbeda dengan menggunakan data yang lebih ketat.
Dari 70 lembaran peta datar yang dia buat, lalu disambungkan dalam simpul melingkar koordinat astronomi. Kemudian dituangkan dalam bola perak yang beratnya kira-kira 400 kilogram dengan diameter sekitar 80 inci. Di dalamnya terdapat tujuh benua. Selain itu, Al Idrisi melengkapinya dengan rute perdagangan, danau, sungai, dataran tinggi, dan pegunungan. Bola perak itu menjadi peta bumi bulat berbahan perak yang tahan lama. Peta dunia tersebut menjadi bagian dari kemajuan sains tertua di era pra-modern.
Peta bumi bulat Al Idrisi dianggap paling akurat sepanjang 300 tahun. Globe tersebut dapat diputar 180 derajat. Namun bagian utara berada di bawah. Anwar Ul Haque, mencatat bahwa Al Idrisi melengkapi peta Bumi bulat tersebut dengan kitab megah Nuzhat Al Mushtaq Fikhtiraq Al Afaq atau Buku Perjalanan yang Menyenangkan ke Negeri-negeri yang Jauh. Di dalamnya berisi semacam catatan kaki dari globe. Ensiklopedia itu memuat bagian-bagian dari peta secara detil dan lengkap.
Kitab itu lebih dikenal dengan sebutan The Book of Roger atau Tabula Rogeriana. Di buku tersebut, Al Idrisi juga menggambarkan panjangnya Sungai Nil. Menurutnya sungai ini gabungan Sungai Senegal dan Sungai Niger yang mengalir dari Afrika Tengah bermuara arah barat di Atlantik. Di aliran sungai itu menjadi rute perdagangan garam. Dia juga menggambarkan Ghana sempat menjadi pusat perdagangan yang besar.
Ia juga mengkisahkan soal Spanyol, salah satu bagian yang dia puji ialah Toledo, sebuah daerah yang memiliki situs-situs dan bangunan lampau tetap dipelihara. Kawasan itu terhubung dengan kanal-kanal yang dipasangi roda air. Itu sebabnya buah-buahan yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus. Kekokohan bangunan dan tanah yang subur memberi sumbangan terbesar bagi keindahannya.
S. Maqbul Ahmad juga menjelaskan bahwa temuan geografis Al Idrisi telah membagi Bumi ke dalam tujuh musim. Setiap iklim dibagi lagi menjadi sepuluh bagian. Kontennya komprehensif mulai dari aspek fisik, budaya, politik, dan ekonomi. Kompilasi karya Al Idrisi dianggap titik penting dari perkembangan sejarah sains. Beberapa abad setelahnya, para ahli geografi masih mengacu pada karya-karya Al Idrisi meski sudah meninggal pada 1165.
Pada 1160, peta bumi bulat karya Al Idrisi jatuh ke tangan para gerombolan dan penghancur. Hasilnya globe pecah menjadi lempengan logam. Jauh setelah berabad-abad, pada 1517 ada upaya mengumpulkan kembali mozaik temuan Al Idrisi dan terus dikembangkan hingga saat ini menjadi globe yang dikenal di bangku-bangku sekolah saat ini. Kini nama Al Idrisi diabadikan menjadi salah satu nama pegunungan di Pluto oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Selain tokoh penting kartografi abad pertengahan, Al Idrisi juga memberikan kontribusi besar dalam ilmu tanaman obat. Bukunya yang berjudul “Kitab Al Jami li Sifat Ashtat Al Nabatat” berisi tentang tinjauan dan sintesis semua literatur tentang obat-obatan dari pengalamannya keliling dunia. Buku itu berisi tanaman obat yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto.id
Nama lengkapnya Abu Abd Allah Muhammad Al Idrisi Al Qurtubi Al Hasani Al Sabti. Orang-orang Eropa menyebutnya Dresses. Ia lahir di Ceuta, Spanyol pada 1100.
John Block Friedman and Kristen Mossler Figg menyebut bahwa Al Idrisi salah satu keturunan Nabi Muhammad. Itu tercantum dalam buku “Trade, Travel, and Exploration in the Middle Ages an Encyclopedia” (2010: 14). Dalam Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia (379) karya Josef W. Meri juga menyebutkan hal yang sama.
Karya besarnya itu tak terpisahkan dari pandangannya bahwa Bumi itu bundar dan jadi bagian kecil dari jagat raya. “Seperti kuning telur dalam telur. Udara mengitarinya di semua sisi,” katanya.
S. Maqbul Ahmad, dalam buku berjudul, "Cartography of al-Sharif al-Idrisi," menuturkan bahwa Al Idrisi menempuh pendidikan di Kordoba. Saat usaianya masih 16 tahun, ia berkunjung ke Asia Kecil. Setelahnya, Al Idrisi melakukan perjalanan di sepanjang pantai selatan Perancis, mengunjungi Inggris, dan melakukan perjalanan secara luas di Spanyol dan Moroko.
Selain menghimpun pengalaman pribadi, ia tekun mengumpulkan data geografis seluruh dunia dengan berbagai cara. Mulai dari bertanya pada para pedagang dan wisatawan, hingga memunculkan antitesis yang mengkritik para ahli geografi sebelumnya.
Anwar Ul Haque, dari Department of Pathology AJK Medical College, AJK University dalam tulisannya berjudul, “Muhammad al-Idrisi Father of Modern Geography and Maps,” menjelaskan petualangan Al Idrisi ke berbagai belahan dunia membuat namanya makin populer. Para navigator laut dan perencana militer Eropa pun tak asing dengan namanya. Hingga akhirnya Raja Roger II, seorang raja di Sicilia keturunan Normandia mengundangnya.
Raja Roger memintanya membentuk sebuah peta dunia yang komprehensif. Namun ia tak langsung menerima tawaran itu, Al Idrisi memberikan satu syarat kepada sang raja. Ia meminta agar dokumen sejarah sebelum pemerintahan beralih ke Raja Roger di Sicilia saat di bawah kendali kaum Muslim agar tak dihapus. Raja Roger II mengabulkan syarat itu. Al Idrisi juga berusaha meyakinkan bahwa karyanya tak bisa diganggu gugat sebagai peta Bumi yang berbentuk bulat.
Bukan Sekadar Bola Dunia
Membuat globe saat itu bukan perkara mudah. Butuh pengumpulan data selama 15 tahun hingga lahir sebuah peta globe lengkap. Al Idrisi membongkar berbagai catatan para ilmuwan sebelumnya. Ia mencoba membuat pendapat yang berbeda dengan menggunakan data yang lebih ketat.
Dari 70 lembaran peta datar yang dia buat, lalu disambungkan dalam simpul melingkar koordinat astronomi. Kemudian dituangkan dalam bola perak yang beratnya kira-kira 400 kilogram dengan diameter sekitar 80 inci. Di dalamnya terdapat tujuh benua. Selain itu, Al Idrisi melengkapinya dengan rute perdagangan, danau, sungai, dataran tinggi, dan pegunungan. Bola perak itu menjadi peta bumi bulat berbahan perak yang tahan lama. Peta dunia tersebut menjadi bagian dari kemajuan sains tertua di era pra-modern.
Peta bumi bulat Al Idrisi dianggap paling akurat sepanjang 300 tahun. Globe tersebut dapat diputar 180 derajat. Namun bagian utara berada di bawah. Anwar Ul Haque, mencatat bahwa Al Idrisi melengkapi peta Bumi bulat tersebut dengan kitab megah Nuzhat Al Mushtaq Fikhtiraq Al Afaq atau Buku Perjalanan yang Menyenangkan ke Negeri-negeri yang Jauh. Di dalamnya berisi semacam catatan kaki dari globe. Ensiklopedia itu memuat bagian-bagian dari peta secara detil dan lengkap.
Kitab itu lebih dikenal dengan sebutan The Book of Roger atau Tabula Rogeriana. Di buku tersebut, Al Idrisi juga menggambarkan panjangnya Sungai Nil. Menurutnya sungai ini gabungan Sungai Senegal dan Sungai Niger yang mengalir dari Afrika Tengah bermuara arah barat di Atlantik. Di aliran sungai itu menjadi rute perdagangan garam. Dia juga menggambarkan Ghana sempat menjadi pusat perdagangan yang besar.
Ia juga mengkisahkan soal Spanyol, salah satu bagian yang dia puji ialah Toledo, sebuah daerah yang memiliki situs-situs dan bangunan lampau tetap dipelihara. Kawasan itu terhubung dengan kanal-kanal yang dipasangi roda air. Itu sebabnya buah-buahan yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus. Kekokohan bangunan dan tanah yang subur memberi sumbangan terbesar bagi keindahannya.
S. Maqbul Ahmad juga menjelaskan bahwa temuan geografis Al Idrisi telah membagi Bumi ke dalam tujuh musim. Setiap iklim dibagi lagi menjadi sepuluh bagian. Kontennya komprehensif mulai dari aspek fisik, budaya, politik, dan ekonomi. Kompilasi karya Al Idrisi dianggap titik penting dari perkembangan sejarah sains. Beberapa abad setelahnya, para ahli geografi masih mengacu pada karya-karya Al Idrisi meski sudah meninggal pada 1165.
Pada 1160, peta bumi bulat karya Al Idrisi jatuh ke tangan para gerombolan dan penghancur. Hasilnya globe pecah menjadi lempengan logam. Jauh setelah berabad-abad, pada 1517 ada upaya mengumpulkan kembali mozaik temuan Al Idrisi dan terus dikembangkan hingga saat ini menjadi globe yang dikenal di bangku-bangku sekolah saat ini. Kini nama Al Idrisi diabadikan menjadi salah satu nama pegunungan di Pluto oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Selain tokoh penting kartografi abad pertengahan, Al Idrisi juga memberikan kontribusi besar dalam ilmu tanaman obat. Bukunya yang berjudul “Kitab Al Jami li Sifat Ashtat Al Nabatat” berisi tentang tinjauan dan sintesis semua literatur tentang obat-obatan dari pengalamannya keliling dunia. Buku itu berisi tanaman obat yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:32 AM
Post a Comment