PT Kontak Perkasa Futures - Batu bara sudah menjadi sumber energi bagi manusia setidaknya sejak tahun 3490 sebelum Masehi. Pada tahun itu, batu bara sudah digunakan untuk kebutuhan rumah tangga di Cina. Ilmuwan Yunani, Theophrastus menemukan sebuah risalah batu yang menceritakan penggunaan batu bara oleh pandai besi.
Ribuan tahun kemudian, batu bara tak lagi ditambang hanya untuk kebutuhan rumah tangga atau para pandai besi. Batu bara menjadi komoditas primadona dan sumber energi utama, mulai dari kereta api, hingga pembangkit listrik.
Perusahaan-perusahaan penambang batu bara tumbuh dan semakin besar di berbagai negara. Cina, India, Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia menjadi lima negara dengan produksi batu bara terbesar di dunia. Cina juga tercatat sebagai negara dengan konsumsi batu bara paling besar di dunia, dengan India, Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia berada setelahnya.
Di Amerika, batu bara menjadi sumber energi terbesar ke tiga. Sekitar 90 persen penggunaan batu bara di negara itu adalah untuk pembangkit listrik. Di India, batu bara juga menjadi sumber energi utama untuk pembangkit listrik. Penggunaannya terus bertambah tahun demi tahun guna memenuhi kebutuhan akan listrik yang semakin tinggi.
Memasuki tahun 1990-an, konsumsi batu bara di negara-negara Eropa dan Amerika Utara relatif stagnan. Pada tahun 2000, trennya cenderung menurun perlahan. Sementara di Asia, konsumsi batu bara terus naik dan baru menunjukkan penurunan pada 2015.
Meningkatnya kesadaran akan bahaya pemanasan global dan emisi karbon yang dihasilkan batu bara, membuat para ilmuwan mencari sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Tahun 2016, penggunaan panel surya dan kincir angin sebagai sumber energi semakin masif.
Tahun lau, Dubai mengumumkan akan membangun pembangkit listrik tenaga surya sebesar 800 megawatt pada 27 Juni lalu. Ini menjadi salah satu langkah dalam Strategi Energi Bersih Dubai 2050 yang menargetkan 75 persen penggunaan energi terbarukan pada 2050.
Lokasi panel surya akan terpusat pada satu titik. Ia akan menghasilkan listrik dengan biaya rata-rata 2,99 sen per kilowatt jam. Bloomberg menyebutkan biaya rata-rata untuk tenaga surya sepertiga kali lebih murah dibandingkan dengan pembangkit listrik batu bara yang juga sedang dibangun di kota terbesar di Uni Emirat Arab itu.
Tahun lalu, negara-negara di dunia menandatangani Kesepakatan Paris. Sampai saat ini, ada sekitar 155 negara yang telah meratifikasi kesepakatan tersebut. Berbagai upaya dilakukan demi bisa mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca. Berhenti menjadikan batu bara sebagai sumber energi adalah salah satunya.
Di antara negara-negara G20, ada tiga negara yang sudah berkomitmen menghentikan penggunaan batu bara, yakni Kanada, Inggris, dan Perancis. Kanada berjanji akan bersih dari batu bara pada 2030. Saat ini, sekitar 20 persen pembangkit listrik di Kanada masih menggunakan batu bara sementara sisanya sudah dialihkan ke energi terbarukan. Dari sepuluh provinsi di Kanada, ada empat provinsi yang masih menggunakan batu bara.
Penggunaan listrik tenaga air di Kanada tercatat sebagai yang terbesar ke dua di dunia. Sekitar 59,3 persen pasokan listrik di Kanada berasal dari tenaga air. Sisanya, Kanada menggunakan uranium, gas, petroleum, dan tenaga surya.
"Mendepak batu bara dari sumber energi kami dan menggantinya dengan teknologi yang lebih bersih secara signifikan akan mengurangi emisi gas rumah kaca, memperbaiki kesehatan orang-orang Kanada, dan memberi manfaat bagi generasi yang akan datang," ujar Menteri Lingkungan Hidup Kanada Kathlen McKenna seperti dikutip The Guardian .
Empat dari 10 provinsi di Kanada masih menggunakan listrik berbasis batu bara. Alberta telah bekerja untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2030.
Inggris juga menargetkan hal serupa, dalam waktu yang lebih singkat pula. Negara itu berjanji bahwa batu bara hanya akan digunakan sebagai sumber energi di Inggris sampai 2025 saja. Delapan tahun dari sekarang, batu bara di Inggris akan lenyap, digantikan gas dan sumber energi yang lebih bersih.
Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris memaksa delapan pembangkit listrik tenaga batu bara di Inggris untuk ditutup dan dihentikan paling lama pada 2025. Tahun lalu, penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik di Inggris menurun tajam, hingga 60 persen dibandingkan dengan tahun 2015.
Tak ada pabrik batu bara yang tersisa di Skotlandia. Pabrik terakhir di Longannet, ditutup pada musim semi tahun lalu. Sebagian besar porsi pembangkit batu bara di Inggris akan dialihkan ke gas.
ClientEarth, sebuah LSM lingkungan sedikit keberatan dengan langkah Inggris mencari sumber energi pengganti batu bara. Para aktivis lingkungan di organisasi itu mengapresiasi langkah pemerintah untuk mendepak batu bara, tetapi menyarankan untuk menggunakan energi yang lebih bersih dari gas.
Dibandingkan dengan Kanada dan Inggris, Perancis mematok target yang lebih ambisius. Negara itu berencana menghentikan penggunaan batu bara pada 2023. Francois Hollande sendiri yang mengumumkan rencana tersebut di Konferensi Perubahan Iklim PBB di Maroko, November tahun lalu.
Saat ini, Perancis sudah berinvestasi pada pembangkit listrik tenaga nuklir. Sekitar 75 persen listrik di negara itu berasa dari nuklir. Pada 2015, Perancis menghentikan tujuh unit pembangkit listrik batu bara. Lima tahun sebelumnya, lebih dari 50 persen pembangkit batu bara sudah ditutup.
Selain tiga negara itu, beberapa negara di Eropa berencana melakukan hal serupa, hanya saja belum ada target yang pasti. Finlandia juga menyatakan akan berhenti membakar batubara pada tahun 2020-an. Dua pembangkit listrik batu bara yang tersisa di Portugal diperkirakan akan ditutup pada akhir 2020-an juga. Austria pun menyatakan akan bebas batubara paling lambat pada tahun 2025.
Namun, tak semua negara berani berkomitmen menghentikan konsumsi dan produksi batu bara. Indonesia adalah salah satu yang belum berani mengambil langkah tegas ini. Kementerian ESDM bahkan belum bisa memastikan kapan konsumsi batu bara di Indonesia mencapai puncaknya untuk kemudian bisa diturunkan. Alasannya, karena Indonesia masih membangun dan masih banyak daerah yang membutuhkan listrik.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform mengatakan batu bara adalah "penjahat" yang membuat emisi gas rumah kaca dari sektor energi sulit untuk turun. Menurutnya, pemerintah harus memiliki solusi dan strategi jangka panjang untuk bisa lepas dari batu bara. "Misalnya, early retirement, pembangkit listrik batu-bara yang tak efisien, bisa dipensiunkan dini. Beberapa negara punya ketentuan strict environmental standard untuk batu bara," katanya pekan lalu. "Indonesia sebaiknya tidak usah membangun pembangkit batu bara yang baru," imbuhnya.
India bahkan sudah mulai menggaungkan itu. Konsumsi batu bara di negara itu masih tergolong tinggi, memang. Tetapi ia sudah memiliki pembangunan energi terbarukan. "Baru-baru ini, ada pembangkit batu-bara di India yang pembangunannya dibatalkan," kata Fabby. Indonesia, seharusnya tak tertinggal dari India. Fabby menilai, Pemerintah Indonesia bahkan tak punya sikap jelas atas batu bara - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto.id
Ribuan tahun kemudian, batu bara tak lagi ditambang hanya untuk kebutuhan rumah tangga atau para pandai besi. Batu bara menjadi komoditas primadona dan sumber energi utama, mulai dari kereta api, hingga pembangkit listrik.
Perusahaan-perusahaan penambang batu bara tumbuh dan semakin besar di berbagai negara. Cina, India, Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia menjadi lima negara dengan produksi batu bara terbesar di dunia. Cina juga tercatat sebagai negara dengan konsumsi batu bara paling besar di dunia, dengan India, Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia berada setelahnya.
Di Amerika, batu bara menjadi sumber energi terbesar ke tiga. Sekitar 90 persen penggunaan batu bara di negara itu adalah untuk pembangkit listrik. Di India, batu bara juga menjadi sumber energi utama untuk pembangkit listrik. Penggunaannya terus bertambah tahun demi tahun guna memenuhi kebutuhan akan listrik yang semakin tinggi.
Memasuki tahun 1990-an, konsumsi batu bara di negara-negara Eropa dan Amerika Utara relatif stagnan. Pada tahun 2000, trennya cenderung menurun perlahan. Sementara di Asia, konsumsi batu bara terus naik dan baru menunjukkan penurunan pada 2015.
Meningkatnya kesadaran akan bahaya pemanasan global dan emisi karbon yang dihasilkan batu bara, membuat para ilmuwan mencari sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Tahun 2016, penggunaan panel surya dan kincir angin sebagai sumber energi semakin masif.
Tahun lau, Dubai mengumumkan akan membangun pembangkit listrik tenaga surya sebesar 800 megawatt pada 27 Juni lalu. Ini menjadi salah satu langkah dalam Strategi Energi Bersih Dubai 2050 yang menargetkan 75 persen penggunaan energi terbarukan pada 2050.
Lokasi panel surya akan terpusat pada satu titik. Ia akan menghasilkan listrik dengan biaya rata-rata 2,99 sen per kilowatt jam. Bloomberg menyebutkan biaya rata-rata untuk tenaga surya sepertiga kali lebih murah dibandingkan dengan pembangkit listrik batu bara yang juga sedang dibangun di kota terbesar di Uni Emirat Arab itu.
Tahun lalu, negara-negara di dunia menandatangani Kesepakatan Paris. Sampai saat ini, ada sekitar 155 negara yang telah meratifikasi kesepakatan tersebut. Berbagai upaya dilakukan demi bisa mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca. Berhenti menjadikan batu bara sebagai sumber energi adalah salah satunya.
Di antara negara-negara G20, ada tiga negara yang sudah berkomitmen menghentikan penggunaan batu bara, yakni Kanada, Inggris, dan Perancis. Kanada berjanji akan bersih dari batu bara pada 2030. Saat ini, sekitar 20 persen pembangkit listrik di Kanada masih menggunakan batu bara sementara sisanya sudah dialihkan ke energi terbarukan. Dari sepuluh provinsi di Kanada, ada empat provinsi yang masih menggunakan batu bara.
Penggunaan listrik tenaga air di Kanada tercatat sebagai yang terbesar ke dua di dunia. Sekitar 59,3 persen pasokan listrik di Kanada berasal dari tenaga air. Sisanya, Kanada menggunakan uranium, gas, petroleum, dan tenaga surya.
"Mendepak batu bara dari sumber energi kami dan menggantinya dengan teknologi yang lebih bersih secara signifikan akan mengurangi emisi gas rumah kaca, memperbaiki kesehatan orang-orang Kanada, dan memberi manfaat bagi generasi yang akan datang," ujar Menteri Lingkungan Hidup Kanada Kathlen McKenna seperti dikutip The Guardian .
Empat dari 10 provinsi di Kanada masih menggunakan listrik berbasis batu bara. Alberta telah bekerja untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2030.
Inggris juga menargetkan hal serupa, dalam waktu yang lebih singkat pula. Negara itu berjanji bahwa batu bara hanya akan digunakan sebagai sumber energi di Inggris sampai 2025 saja. Delapan tahun dari sekarang, batu bara di Inggris akan lenyap, digantikan gas dan sumber energi yang lebih bersih.
Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris memaksa delapan pembangkit listrik tenaga batu bara di Inggris untuk ditutup dan dihentikan paling lama pada 2025. Tahun lalu, penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik di Inggris menurun tajam, hingga 60 persen dibandingkan dengan tahun 2015.
Tak ada pabrik batu bara yang tersisa di Skotlandia. Pabrik terakhir di Longannet, ditutup pada musim semi tahun lalu. Sebagian besar porsi pembangkit batu bara di Inggris akan dialihkan ke gas.
ClientEarth, sebuah LSM lingkungan sedikit keberatan dengan langkah Inggris mencari sumber energi pengganti batu bara. Para aktivis lingkungan di organisasi itu mengapresiasi langkah pemerintah untuk mendepak batu bara, tetapi menyarankan untuk menggunakan energi yang lebih bersih dari gas.
Dibandingkan dengan Kanada dan Inggris, Perancis mematok target yang lebih ambisius. Negara itu berencana menghentikan penggunaan batu bara pada 2023. Francois Hollande sendiri yang mengumumkan rencana tersebut di Konferensi Perubahan Iklim PBB di Maroko, November tahun lalu.
Saat ini, Perancis sudah berinvestasi pada pembangkit listrik tenaga nuklir. Sekitar 75 persen listrik di negara itu berasa dari nuklir. Pada 2015, Perancis menghentikan tujuh unit pembangkit listrik batu bara. Lima tahun sebelumnya, lebih dari 50 persen pembangkit batu bara sudah ditutup.
Selain tiga negara itu, beberapa negara di Eropa berencana melakukan hal serupa, hanya saja belum ada target yang pasti. Finlandia juga menyatakan akan berhenti membakar batubara pada tahun 2020-an. Dua pembangkit listrik batu bara yang tersisa di Portugal diperkirakan akan ditutup pada akhir 2020-an juga. Austria pun menyatakan akan bebas batubara paling lambat pada tahun 2025.
Namun, tak semua negara berani berkomitmen menghentikan konsumsi dan produksi batu bara. Indonesia adalah salah satu yang belum berani mengambil langkah tegas ini. Kementerian ESDM bahkan belum bisa memastikan kapan konsumsi batu bara di Indonesia mencapai puncaknya untuk kemudian bisa diturunkan. Alasannya, karena Indonesia masih membangun dan masih banyak daerah yang membutuhkan listrik.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform mengatakan batu bara adalah "penjahat" yang membuat emisi gas rumah kaca dari sektor energi sulit untuk turun. Menurutnya, pemerintah harus memiliki solusi dan strategi jangka panjang untuk bisa lepas dari batu bara. "Misalnya, early retirement, pembangkit listrik batu-bara yang tak efisien, bisa dipensiunkan dini. Beberapa negara punya ketentuan strict environmental standard untuk batu bara," katanya pekan lalu. "Indonesia sebaiknya tidak usah membangun pembangkit batu bara yang baru," imbuhnya.
India bahkan sudah mulai menggaungkan itu. Konsumsi batu bara di negara itu masih tergolong tinggi, memang. Tetapi ia sudah memiliki pembangunan energi terbarukan. "Baru-baru ini, ada pembangkit batu-bara di India yang pembangunannya dibatalkan," kata Fabby. Indonesia, seharusnya tak tertinggal dari India. Fabby menilai, Pemerintah Indonesia bahkan tak punya sikap jelas atas batu bara - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:39 AM
Post a Comment