Kontak Perkasa Futures - Tony Green tak menyangka pertemuan yang digelarnya setelah lockdown bersama 13 anggota keluarga lainnya berakhir jadi malapetaka. Mereka terkena virus Corona.
Seperti dikutip dari The Sun, Tony yang tinggal di Austin, Texas, mengadakan acara reuni bersama anggota keluarganya yang tinggal berjauhan darinya. Mereka bertemu lagi dalam rangka melepas rindu setelah sebelumnya tak bisa bertemu secara fisik karena aturan lockdown.
Tony Green yang mengaku sebagai pendukung Presiden AS Donald Trump juga menyebut dirinya pernah masuk dalam golongan orang-orang yang meyakini bahwa virus Corona hanya hoax semata. Dia meyakini teori konspirasi mengenai virus Corona.
Kini ketidakpercayaan itu membuahkan hal buruk padanya dan keluarganya. Tony pun mengisahkan pengalaman buruknya ini di blognya.
"Aku mengakui aku memilih Donald Trump pada 2016. Aku mengakui aku terlarut dalam jebakan teori konspirasi mengenai COVID-19," tulisnya.
Tony juga mengakui dia mengikuti berbagai tingkah buruk yang dilakukan Trump terkait Corona. Pada saat itu dia merasa dirinya tak akan terinfeksi Corona.
Dalam wawancara dengan KDFI, Tony mengatakan setelah lockdown akibat Corona berakhir, dia mengundang orangtuanya dan orangtua istrinya untuk berkunjung ke rumah mereka. Saudara-saudaranya yang lain pun diundangnya datang untuk makan di rumah mereka di Austin Texas. Totalnya ada 14 orang yang berkumpul di rumah tersebut setelah lockdown.
Dan setelah pertemuan itu, satu per satu dari mereka merasa sakit dengan gejala seperti terinfeksi virus Corona. Tony sendiri akhirnya menjalani perawatan tiga hari di Medical City Dallas karena terkena Corona.
Dan salah seorang anggota keluarga yang berusia 68 tahun meninggal dunia. Sementara ayah mertuanya, Rafael Ceja saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Ibu mertuanya, Marissa meneleponnya dan berkata-kata dengan histeris. Sang ibu mertua mengabarkan ayah mertuanya dirawat dengan kondisi memakai alat bantu pernapasan.
Tony pun benar-benar merasa bersalah. "Semua orang meyakinku bahwa itu bukan salahku, tapi itu terjadi di rumahku. Aku merasa aku lah penggagasnya dan walaupun kami tidak tahu siapa yang terkena, itu menyebar karena akulah yang memiliki ide untuk berkumpul bersama," sesal Tony. - Kontak Perkasa Futures
Seperti dikutip dari The Sun, Tony yang tinggal di Austin, Texas, mengadakan acara reuni bersama anggota keluarganya yang tinggal berjauhan darinya. Mereka bertemu lagi dalam rangka melepas rindu setelah sebelumnya tak bisa bertemu secara fisik karena aturan lockdown.
Tony Green yang mengaku sebagai pendukung Presiden AS Donald Trump juga menyebut dirinya pernah masuk dalam golongan orang-orang yang meyakini bahwa virus Corona hanya hoax semata. Dia meyakini teori konspirasi mengenai virus Corona.
Kini ketidakpercayaan itu membuahkan hal buruk padanya dan keluarganya. Tony pun mengisahkan pengalaman buruknya ini di blognya.
"Aku mengakui aku memilih Donald Trump pada 2016. Aku mengakui aku terlarut dalam jebakan teori konspirasi mengenai COVID-19," tulisnya.
Tony juga mengakui dia mengikuti berbagai tingkah buruk yang dilakukan Trump terkait Corona. Pada saat itu dia merasa dirinya tak akan terinfeksi Corona.
Dalam wawancara dengan KDFI, Tony mengatakan setelah lockdown akibat Corona berakhir, dia mengundang orangtuanya dan orangtua istrinya untuk berkunjung ke rumah mereka. Saudara-saudaranya yang lain pun diundangnya datang untuk makan di rumah mereka di Austin Texas. Totalnya ada 14 orang yang berkumpul di rumah tersebut setelah lockdown.
Dan setelah pertemuan itu, satu per satu dari mereka merasa sakit dengan gejala seperti terinfeksi virus Corona. Tony sendiri akhirnya menjalani perawatan tiga hari di Medical City Dallas karena terkena Corona.
Dan salah seorang anggota keluarga yang berusia 68 tahun meninggal dunia. Sementara ayah mertuanya, Rafael Ceja saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Ibu mertuanya, Marissa meneleponnya dan berkata-kata dengan histeris. Sang ibu mertua mengabarkan ayah mertuanya dirawat dengan kondisi memakai alat bantu pernapasan.
Tony pun benar-benar merasa bersalah. "Semua orang meyakinku bahwa itu bukan salahku, tapi itu terjadi di rumahku. Aku merasa aku lah penggagasnya dan walaupun kami tidak tahu siapa yang terkena, itu menyebar karena akulah yang memiliki ide untuk berkumpul bersama," sesal Tony. - Kontak Perkasa Futures
Sumber : detik.com
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:40 AM
Post a Comment