Sempat Terbang, Emas Hancur Bersama Mundurnya Biden: Harga Jeblok 3%

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, July 23, 2024 | 9:49 AM

 


Kontakperkasa Futures - Harga emas ditutup melemah pada perdagangan Senin (22/7/2024) kemarin, di mana investor sedang berada dalam mode wait and see dan memantau peristiwa politik di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini serta menjelang beberapa data penting ekonomi AS pada akhir pekan ini.
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan kemarin, harga emas global ditutup melemah 0,19% di posisi US$ 2.396,2 per troy ons. Harga emas sudah ambruk selama tiga hari beruntun dengan pelemahan 2,87%.

Pelemahan kemarin berbanding terbalik dengan reaksi awal dunia. Pada Senin pagi kemarin atau beberapa jam setelah Joe Biden mundur dari pemilihan presiden (Pilpres) AS, harga emas sempat terbang 0,5%.

Sedangkan pada perdagangan Selasa pagi hari ini (23/7/2024) sekitar pukul 06:20 WIB, harga emas dunia cenderung melanjutkan koreksinya, yakni turun tipis 0,96% ke US$ 2.395,44 per troy ons.

Reaksi pasar sebagian besar tenang terhadap kabar bahwa Presiden AS Joe Biden mundur dari pencalonan presiden AS berikutnya. Pengunduran diri Biden bukanlah sebuah kejutan besar mengingat semakin banyaknya suara dari Partai Demokrat yang menyerukan agar dia mewariskannya ke calon lain.

"Kami melihat pasar emas saat ini sepi, karena mereka menunggu untuk melihat apa sebenarnya arti perubahan pencalonan dari Partai Demokrat AS bagi Pemilu di AS dan bagi negara serta dunia secara keseluruhan," kata Jeffrey Christian, Managing Partner dari Grup BPS, dikutip dari Reuters.

Biden menyerah pada tekanan tanpa henti dari sekutu terdekatnya di Partai Demokrat yang terus mendesak sosok berumur 81 tahun tersebut untuk mundur dari pencalonan di tengah kekhawatiran mendalam bahwa ia terlalu tua dan lemah untuk mengalahkan mantan Presiden Donald J. Trump.

Dalam unggahan di media sosial, Biden juga menyebut Wakil Presiden Kamala Harris sebagai "mitra yang luar biasa," dan dirinya mendukung Harris untuk menggantikan posisinya.

Wakil Presiden Kamala Harris dipandang sebagai yang terdepan untuk melanjutkan kampanye kepresidenan Partai Demokrat. Partai itu sendiri akan mengumumkan calon baru pada konvensi mereka di Chicago pada 19-22 Agustus.

Sebelumnya pada Minggu pekan lalu, Biden memutuskan untuk mundur dari kampanye pencalonannya untuk periode kedua. Hal ini diungkapkannya dalam sebuah surat yang diunggal di akun Instagram dan X pribadinya.

Dalam suratnya, Biden menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Harris dan semua pendukung yang telah bekerja keras untuk kampanye pemilihannya.

Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa Amerika akan terus maju dan menghadapi tantangan dengan persatuan dan kerja sama.

"Meskipun merupakan niat saya untuk mencalonkan kembali, saya percaya adalah yang terbaik bagi partai saya dan negara ini jika saya mundur dan fokus sepenuhnya pada menjalankan tugas saya sebagai Presiden untuk sisa masa jabatan saya," tulis Biden dalam suratnya pada Minggu (21/7/2024) waktu setempat.

Di lain sisi, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) secara tak terduga memangkas suku bunganya di tengah kekecewaan atas kurangnya stimulus jangka pendek dari pertemuan Pleno Ketiga yang diadakan para pejabat China pekan lalu.

Suku bunga repo tujuh hari diturunkan menjadi 1,7%, yang merupakan pemotongan pertama dalam hampir satu tahun. Suku bunga pinjaman lainnya juga diturunkan oleh PBoC.

Untuk suku bunga acuan tenor satu tahun dipangkas menjadi 3,35%. Sedangkan untuk suku bunga acuan tenor lima tahun juga dipangkas menjadi 3,85%.

Dengan adanya penurunan ini, kedua tingkat suku bunga tersebut berada pada titik terendah dalam sejarah. Pemotongan ini juga dilakukan beberapa hari setelah pertemuan penting Partai Komunis di Beijing.

Beijing sedang berjuang melawan krisis di sektor real estate, lemahnya konsumsi dan tingginya tingkat pengangguran kaum muda. Perdagangan internasional Beijing juga saat ini terganggu dengan adanya ketegangan geopolitik antara negara itu dengan Washington dan Uni Eropa.

Perekonomian melambat tajam pada kuartal kedua, dengan data pada Senin lalu menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,7%. Ini jauh bawah ekspektasi dan turun tajam dari 5,3% pada tiga bulan sebelumnya.

Angka tersebut juga merupakan titik terlemah sejak awal tahun 2023. Padahal China sepenuhnya mencabut pembatasan ketat Covid-19.

Selain itu, penjualan ritel hanya meningkat 2% dibandingkan tahun lalu di bulan Juni. Hal ini menyoroti tantangan berat yang dihadapi para pemimpin dunia kerja untuk meningkatkan konsumsi.

Di sisi lain, pemerintah daerah di China juga menghadapi beban utang yang membengkak sebesar US$ 5,6 triliun (Rp 90 ribu triliun), menurut pemerintah pusat. Kondisi ini pun meningkatkan kekhawatiran mengenai stabilitas yang lebih luas.

Sementara itu, pemangkasan ini terjadi setelah pertemuan Pleno Ketiga para pemimpin Partai Komunis pekan lalu. Para pejabat berjanji pada hari Jumat untuk membantu meringankan tekanan utang pada pemerintah daerah melalui reformasi sistem perpajakan.

"Selain pajak, mereka juga menyerukan 'sebuah sistem untuk memantau dan mengatur semua utang pemerintah daerah serta mekanisme jangka panjang untuk mencegah dan meredakan risiko utang yang tersembunyi," tulis media Xinhua melaporkan hasil pertemuan itu. - Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com

Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:49 AM
Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2011. PT.Kontak perkasa Futures Yogyakarta All Rights Reserved
Disclaimer : Semua Market Reviews atau News di blog ini hanya sebagai pendukung analisa,
keputusan transaksi atau pengambilan harga sepenuhnya ditentukan oleh nasabah sendiri.
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger