PT Kontak Perkasa Futures - Kubu pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin membeberkan foto yang akan dimuat dalam surat suara pada hari pemilihan capres dan cawapres 17 April 2019. Pakaian yang dipilih Jokowi seolah ingin mengikis citra anti-Islam.
Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Pramono Anung mempublikasi foto itu melalui akun Twitter resminya @pramonoanung pada Kamis (3/1).
Dalam foto tersebut, Jokowi dan Ma'ruf kompak mengenakan baju koko putih dan kopiah hitam. Senyum merekah hingga tampak gigi mereka.
"Alhamdulillah foto ini yang akan digunakan pasangan nomor 01 di kertas suara," cuit Pramono disertai foto Jokowi-Ma'ruf.
Pakar semiotika Institut Teknologi Bandung Acep Iwan Saidi melihat ada citra yang ingin dibangun dari foto tersebut, khususnya Jokowi. Menurutnya, capres petahana itu seakan sedang melakukan pencitraan.
"Seolah-olah Pak Jokowi sedang berkamuflase. Jadi foto ini dengan begitu menjadi sangat citra banget. Bukan naturalnya. ini sangat eksplisit citranya itu," ucap Acep saat dihubungi.
Menurut Acep, Jokowi berkamuflase agar tidak dianggap sebagai musuh kelompok Islam, khususnya Alumni 212 dan kawan-kawan. Diketahui, Alumni 212 merupakan kelompok yang kerap mengkritik pemerintah dan menggaungkan isu pergantian presiden pada 2019.
Acep menilai warna putih kini juga seolah melekat dengan kelompok Alumni 212. Menurutnya, putih bukan lagi bermakna bersih semata. Dia berasumsi demikian karena Alumni 212 kerap menggaungkan frasa 'Putihkan Monas' hampir setiap saat menggelar aksi.
Foto Jokowi di Surat Suara, Kamuflase Dekat Kubu 212Umat Muslim yang mengikuti Reuni Aksi 212 mayoritas mengenakan pakaian serba putih. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Ketika memilih warna putih, lanjutnya, maka Jokowi tidak ingin dianggap sebagai musuh Alumni 212. Selain itu agar dicitrakan sebagai bagian dari kelompok pimpinan Rizieq Shihab itu, meski sebenarnya Jokowi sama sekali tidak mesra dengan Alumni 212.
Acep pun menjelaskan dalam semiotika, foto adalah ikon yang sebatas mirip dengan realita. Hanya mirip, sehingga bukan jati diri seseorang yang sebenarnya.
"Tidak sedang masuk ke wilayah itu, tapi mencitrakan dirinya sedang di situ," ucap Acep.
Beda persoalan jika baju koko yang dipakai Jokowi berwarna selain putih. Menurut Acep, baju koko berwarna cenderung identik dengan Nahdlatul Ulama atau Islam Nusantara.
Jokowi tidak memilih jalan itu. Alasannya, karena pasangan nomor urut 01 ini merasa sudah aman lantaran NU telah memberikan dukungan kepadanya. Justru Jokowi akan lebih berjarak dengan kelompok Alumni 212 apabila mengenakan pakaian koko berwarna selain putih.
Acep menganggap Jokowi juga sudah merasa aman dengan masyarakat non-Muslim, intelektual, dan budayawan. Menurutnya, kalangan tersebut memahami Jokowi tengah merengkuh dukungan dari kalangan lain.
"Bukan menganggap Jokowi mengalah terhadap kelompok lain, tapi memahami Jokowi sedang berusaha mencari ceruk yang lain," kata Acep.
Ada perbedaan dari foto Jokowi dibanding pada Pilpres 2014 silam. Kala itu, dalam kolom surat suara, Jokowi mengenakan kemeja kotak-kotak tanpa peci atau kopiah.
Acep menilai hal itu tidak terlalu menarik untuk dibahas. Alasannya, karena suasana di masyarakat memang sudah berubah.
Foto Jokowi di Surat Suara, Kamuflase Dekat Kubu 212Ilustrasi surat suara. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Acep mengatakan saat ini isu tentang keagamaan, khususnya keislaman lebih sering mengudara di ruang publik dibanding 2014 lalu. Jokowi pun kerap diserang dengan asumsi sebagai orang yang anti-Islam.
"Di foto ini membuktikan bahwa hal yang paling mengganggu petahana sejauh ini memang konteks keislaman," kata Acep.
"Bahkan Jokowi juga tidak memilih menggunakan baju yang identik dengan generasi milenial," lanjutnya.
Sementara itu, peneliti Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo menilai Jokowi memang tengah memecah suara di kelompok Islam. Menurutnya, hal itu tampak jelas dari pakaian dan warna yang dipilih.
Meski demikian, Kunto menganggap langkah itu tidak akan membuahkan hasil memuaskan. Dengan kata lain, tidak bakal mujarab.
"Karena mereka yang tidak suka Jokowi itu sudah terpupuk sejak lama. Cara berpikir tidak bisa diubah sekejap hanya dengan foto dan baju koko putih," ujar Kunto.
Sebaliknya, Kunto menganggap justru pemilihan pakaian dan warna akan menjadi bumerang bagi Jokowi. Alih-alih ingin dianggap dengan kelompok Islam, Jokowi bisa saja diasumsikan sedang melakukan pencitraan. Terutama oleh kelompok Islam yang telah menambatkan hatinya untuk memilih Prabowo-Sandi.
"Alasannya ya, karena Jokowi selama ini dianggap anti-Islam dan suka mengkriminalisasi ulama dan seterusnya," kata Kunto. - PT Kontak Perkasa Futures
Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Pramono Anung mempublikasi foto itu melalui akun Twitter resminya @pramonoanung pada Kamis (3/1).
Dalam foto tersebut, Jokowi dan Ma'ruf kompak mengenakan baju koko putih dan kopiah hitam. Senyum merekah hingga tampak gigi mereka.
"Alhamdulillah foto ini yang akan digunakan pasangan nomor 01 di kertas suara," cuit Pramono disertai foto Jokowi-Ma'ruf.
Pakar semiotika Institut Teknologi Bandung Acep Iwan Saidi melihat ada citra yang ingin dibangun dari foto tersebut, khususnya Jokowi. Menurutnya, capres petahana itu seakan sedang melakukan pencitraan.
"Seolah-olah Pak Jokowi sedang berkamuflase. Jadi foto ini dengan begitu menjadi sangat citra banget. Bukan naturalnya. ini sangat eksplisit citranya itu," ucap Acep saat dihubungi.
Menurut Acep, Jokowi berkamuflase agar tidak dianggap sebagai musuh kelompok Islam, khususnya Alumni 212 dan kawan-kawan. Diketahui, Alumni 212 merupakan kelompok yang kerap mengkritik pemerintah dan menggaungkan isu pergantian presiden pada 2019.
Acep menilai warna putih kini juga seolah melekat dengan kelompok Alumni 212. Menurutnya, putih bukan lagi bermakna bersih semata. Dia berasumsi demikian karena Alumni 212 kerap menggaungkan frasa 'Putihkan Monas' hampir setiap saat menggelar aksi.
Foto Jokowi di Surat Suara, Kamuflase Dekat Kubu 212Umat Muslim yang mengikuti Reuni Aksi 212 mayoritas mengenakan pakaian serba putih. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Ketika memilih warna putih, lanjutnya, maka Jokowi tidak ingin dianggap sebagai musuh Alumni 212. Selain itu agar dicitrakan sebagai bagian dari kelompok pimpinan Rizieq Shihab itu, meski sebenarnya Jokowi sama sekali tidak mesra dengan Alumni 212.
Acep pun menjelaskan dalam semiotika, foto adalah ikon yang sebatas mirip dengan realita. Hanya mirip, sehingga bukan jati diri seseorang yang sebenarnya.
"Tidak sedang masuk ke wilayah itu, tapi mencitrakan dirinya sedang di situ," ucap Acep.
Beda persoalan jika baju koko yang dipakai Jokowi berwarna selain putih. Menurut Acep, baju koko berwarna cenderung identik dengan Nahdlatul Ulama atau Islam Nusantara.
Jokowi tidak memilih jalan itu. Alasannya, karena pasangan nomor urut 01 ini merasa sudah aman lantaran NU telah memberikan dukungan kepadanya. Justru Jokowi akan lebih berjarak dengan kelompok Alumni 212 apabila mengenakan pakaian koko berwarna selain putih.
Acep menganggap Jokowi juga sudah merasa aman dengan masyarakat non-Muslim, intelektual, dan budayawan. Menurutnya, kalangan tersebut memahami Jokowi tengah merengkuh dukungan dari kalangan lain.
"Bukan menganggap Jokowi mengalah terhadap kelompok lain, tapi memahami Jokowi sedang berusaha mencari ceruk yang lain," kata Acep.
Ada perbedaan dari foto Jokowi dibanding pada Pilpres 2014 silam. Kala itu, dalam kolom surat suara, Jokowi mengenakan kemeja kotak-kotak tanpa peci atau kopiah.
Acep menilai hal itu tidak terlalu menarik untuk dibahas. Alasannya, karena suasana di masyarakat memang sudah berubah.
Foto Jokowi di Surat Suara, Kamuflase Dekat Kubu 212Ilustrasi surat suara. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Acep mengatakan saat ini isu tentang keagamaan, khususnya keislaman lebih sering mengudara di ruang publik dibanding 2014 lalu. Jokowi pun kerap diserang dengan asumsi sebagai orang yang anti-Islam.
"Di foto ini membuktikan bahwa hal yang paling mengganggu petahana sejauh ini memang konteks keislaman," kata Acep.
"Bahkan Jokowi juga tidak memilih menggunakan baju yang identik dengan generasi milenial," lanjutnya.
Sementara itu, peneliti Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo menilai Jokowi memang tengah memecah suara di kelompok Islam. Menurutnya, hal itu tampak jelas dari pakaian dan warna yang dipilih.
Meski demikian, Kunto menganggap langkah itu tidak akan membuahkan hasil memuaskan. Dengan kata lain, tidak bakal mujarab.
"Karena mereka yang tidak suka Jokowi itu sudah terpupuk sejak lama. Cara berpikir tidak bisa diubah sekejap hanya dengan foto dan baju koko putih," ujar Kunto.
Sebaliknya, Kunto menganggap justru pemilihan pakaian dan warna akan menjadi bumerang bagi Jokowi. Alih-alih ingin dianggap dengan kelompok Islam, Jokowi bisa saja diasumsikan sedang melakukan pencitraan. Terutama oleh kelompok Islam yang telah menambatkan hatinya untuk memilih Prabowo-Sandi.
"Alasannya ya, karena Jokowi selama ini dianggap anti-Islam dan suka mengkriminalisasi ulama dan seterusnya," kata Kunto. - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber : cnnindonesia.com
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 2:50 PM
Post a Comment