Bungee Jumping Kematian Ala Vanuatu

Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, May 11, 2020 | 9:14 AM


PT KP Press - Tradisi yang satu ini hanya ada di Vanuatu. Mirip bungee jumping, bedanya beralaskan tanah!

Nagol begitulah nama tradisi di Pulau Pentecost, Vanuatu. Tradisi itu bisa dibilang kegiatan ekstrem.

Kalau bungee jumping adalah uji adrenalin di ketinggian yang beralaskan air, tidak dengan Nagol. Nagol hanya mempersiapkan tanah keras sebagai tempat pendaratan, makanya tradisi ini juga disebut land diving.

Ritual Nagol bukanlah kegiatan biasa. Tradisi ini diadakan setiap tahun untuk menunjukkan kedewasaan pria Vanuatu.

Akan ada menara kayu yang dipilin dengan akar-akaran setinggi 30 meter. Pria yang ingin menunjukkan kedewasaannya harus berani memanjat ke atas menara.

Sembari menunggu peserta Nagol sampai di atas menara, ada tradisi meneriakkan nyanyian dalam bahasa daerah dari penduduk. Nyanyian ini hanya akan dilakukan pria-pria yang hanya memakai baju adat, berupa penutup penis seperti koteka.

Kaki si pria akan diikat dengan akar yang panjangnya akan disesuaikan dengan tinggi badan. Tak ada jaminan atau standar keselamatan, semua ukuran hanya dikira-kira saja.

Pria akan mulai lompat dari atas menara dengan kepala di bawah layaknya bungee jumping. Tapi, dasar yang dituju bukan air sungai, namun tanah keras.

Makanya, ritual amat berisiko. Kadang, malah memakan korban. Jangan tanya seperti apa kondisi korban yang gagal dari tradisi ini, mulai dari patah leher, pinggul hingga kematian pun terjadi.

Rupanya ada teknik tersendiri untuk bisa selamat dari bungee jumping kematian ini. Peserta yang melakukan Nagol harus mendarat bagian dada dan perut. Sehingga tak mencederai organ vital.
 
Tradisi ini sudah diajarkan kepada anak lelaki sejak usia 5 tahun. Dari usia dini, mereka akan melakukan Nagol dari bawah menara.

Kemudian, puncak menara menjadi tantangan terakhir dalam menuju kedewasaan. Tak medali, namun pengakuan sosial di masyarakat ini begitu penting bagi pria Vanuatu.

Nagol biasanya akan dilakukan pada bulan April hingga Juni tiap tahun. Wisatawan diperbolehkan untuk melihat tradisi ini melalui pendaftaran ke agen perjalanan khusus.

Jumlah wisatawannya pun dibatasi, hanya ada 50 turis yang diperbolehkan untuk menonton. Tradisi ini sendiri mengundang banyak perdebatan namun tetap menjadi terus dilakukan hingga kini. - PT KP Press

Sumber : detik.com
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:14 AM
Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2011. PT.Kontak perkasa Futures Yogyakarta All Rights Reserved
Disclaimer : Semua Market Reviews atau News di blog ini hanya sebagai pendukung analisa,
keputusan transaksi atau pengambilan harga sepenuhnya ditentukan oleh nasabah sendiri.
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger