PT Kontak Perkasa - Jejak virus Corona COVID-19 ditemukan di air limbah Spanyol. Dr Tom Jefferson, dari Centre of Evidence-Based Medicine (CEBM) di Oxford University, telah menunjuk serangkaian penemuan tentang keberadaan virus Corona di seluruh dunia sebelum muncul di Asia.
Dikutip dari The Guardian, penemuan ini sebagai bukti soal asal usul virus Corona yang kini menjadi pandemi. Jejak COVID-19 telah ditemukan dalam sampel limbah dari Spanyol, Italia, dan Brasil sebelum ditemukan di China. Sebuah studi pracetak yang belum peer-reviewed mengklaim telah menemukan keberadaan genom SARS-CoV-2 dalam sampel limbah Barcelona dari 12 Maret 2019.
Dalam sebuah wawancara dengan Dr Jefferson telah menyerukan penyelidikan tentang bagaimana dan mengapa virus itu tampaknya berkembang di lingkungan seperti pabrik makanan dan pabrik pengemasan daging. Bersama dengan direktur CEBM, Profesor Carl Heneghan, Dr Jefferson yakin ini dapat berpotensi mengungkap rute transmisi atau penularan Corona baru, seperti melalui sistem sewerage atau fasilitas toilet bersama.
"Hal-hal aneh seperti ini terjadi pada Flu Spanyol. Pada tahun 1918, sekitar 30 persen populasi Samoa Barat meninggal karena flu Spanyol dan mereka belum berkomunikasi dengan dunia luar. Namun, diyakini bahwa flu Spanyol tiba di negara pulau di kapal kargo Talune pada tahun 1918," jelas Jefferson.
"Mungkin kepadatan manusia atau kondisi lingkungan, dan inilah yang harus kita cari," kata Jefferson.
"Ada cukup banyak bukti virus Corona dalam jumlah besar di air limbah di semua tempat, dan semakin banyak bukti ada penularan lewat tinja," lanjut Jefferson.
Selain itu suhu 4 derajat Celcius di pembuangan air limbah dinilai Jefferson sebagai tempat yang ideal untuk virus.
"Ada konsentrasi tinggi di mana pembuangan limbah adalah 4 derajat Celcius, yang merupakan suhu ideal untuk virus. Dan pabrik pengepakan daging sering pada suhu 4 derajat Celcius," tegas Jefferson.
"Wabah ini perlu diselidiki dengan benar," pungkasnya.
Dikutip dari Daily Star, Wuhan telah lama diidentifikasi sebagai lokasi di mana virus Corona pertama kali merebak. Bermutasi dari hewan ke manusia dan teori yang diyakini adalah bahwa virus Corona berasal dari kelelawar di pasar grosir makanan laut Huanan.
Tetapi Wang Guangfa, seorang spesialis pernapasan Universitas Peking yang terinfeksi Corona dan berhasil pulih dari COVID-19 awal tahun ini, mengklaim WHO harus menyelidiki di Barcelona di mana para peneliti mengatakan mereka mendeteksi virus Corona dalam air limbah pada Maret 2019.
Dia mengatakan dugaan keberadaan virus dalam sampel yang diambil dari sampel limbah di Spanyol menunjukkan bahwa virus Corona mungkin pertama kali muncul di Spanyol, bukan China.
"Tidak masalah dengan negara mana pekerjaan identifikasi ilmiah dimulai, asalkan melibatkan semua negara terkait dan dilakukan dengan adil," jelas Zeng Guang, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Sementara itu, Spanyol sangat terpukul karena pandemi Corona di awal tahun, dan sejauh ini tercatat lebih dari 28 ribu kasus kematian virus Corona COVID-19 dan hampir 300 ribu kasus positif Corona yang terkonfirmasi.
Pemerintah China telah dituduh menutupi virus Corona pada awal wabah, mencegah negara lain mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari penularan secara luas. Selain itu, penutupan informasi terkait Corona yang dituduh kepada China disebut untuk menghambat pengobatan atau pengembangan vaksin Corona. - PT Kontak Perkasa
Dikutip dari The Guardian, penemuan ini sebagai bukti soal asal usul virus Corona yang kini menjadi pandemi. Jejak COVID-19 telah ditemukan dalam sampel limbah dari Spanyol, Italia, dan Brasil sebelum ditemukan di China. Sebuah studi pracetak yang belum peer-reviewed mengklaim telah menemukan keberadaan genom SARS-CoV-2 dalam sampel limbah Barcelona dari 12 Maret 2019.
Dalam sebuah wawancara dengan Dr Jefferson telah menyerukan penyelidikan tentang bagaimana dan mengapa virus itu tampaknya berkembang di lingkungan seperti pabrik makanan dan pabrik pengemasan daging. Bersama dengan direktur CEBM, Profesor Carl Heneghan, Dr Jefferson yakin ini dapat berpotensi mengungkap rute transmisi atau penularan Corona baru, seperti melalui sistem sewerage atau fasilitas toilet bersama.
"Hal-hal aneh seperti ini terjadi pada Flu Spanyol. Pada tahun 1918, sekitar 30 persen populasi Samoa Barat meninggal karena flu Spanyol dan mereka belum berkomunikasi dengan dunia luar. Namun, diyakini bahwa flu Spanyol tiba di negara pulau di kapal kargo Talune pada tahun 1918," jelas Jefferson.
"Mungkin kepadatan manusia atau kondisi lingkungan, dan inilah yang harus kita cari," kata Jefferson.
"Ada cukup banyak bukti virus Corona dalam jumlah besar di air limbah di semua tempat, dan semakin banyak bukti ada penularan lewat tinja," lanjut Jefferson.
Selain itu suhu 4 derajat Celcius di pembuangan air limbah dinilai Jefferson sebagai tempat yang ideal untuk virus.
"Ada konsentrasi tinggi di mana pembuangan limbah adalah 4 derajat Celcius, yang merupakan suhu ideal untuk virus. Dan pabrik pengepakan daging sering pada suhu 4 derajat Celcius," tegas Jefferson.
"Wabah ini perlu diselidiki dengan benar," pungkasnya.
Dikutip dari Daily Star, Wuhan telah lama diidentifikasi sebagai lokasi di mana virus Corona pertama kali merebak. Bermutasi dari hewan ke manusia dan teori yang diyakini adalah bahwa virus Corona berasal dari kelelawar di pasar grosir makanan laut Huanan.
Tetapi Wang Guangfa, seorang spesialis pernapasan Universitas Peking yang terinfeksi Corona dan berhasil pulih dari COVID-19 awal tahun ini, mengklaim WHO harus menyelidiki di Barcelona di mana para peneliti mengatakan mereka mendeteksi virus Corona dalam air limbah pada Maret 2019.
Dia mengatakan dugaan keberadaan virus dalam sampel yang diambil dari sampel limbah di Spanyol menunjukkan bahwa virus Corona mungkin pertama kali muncul di Spanyol, bukan China.
"Tidak masalah dengan negara mana pekerjaan identifikasi ilmiah dimulai, asalkan melibatkan semua negara terkait dan dilakukan dengan adil," jelas Zeng Guang, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Sementara itu, Spanyol sangat terpukul karena pandemi Corona di awal tahun, dan sejauh ini tercatat lebih dari 28 ribu kasus kematian virus Corona COVID-19 dan hampir 300 ribu kasus positif Corona yang terkonfirmasi.
Pemerintah China telah dituduh menutupi virus Corona pada awal wabah, mencegah negara lain mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari penularan secara luas. Selain itu, penutupan informasi terkait Corona yang dituduh kepada China disebut untuk menghambat pengobatan atau pengembangan vaksin Corona. - PT Kontak Perkasa
Sumber : detik.com
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:09 AM
Post a Comment