Kontak Perkasa Futures - Tanah Jakarta lunak. Kondisi itu membuat gempa dari Banten terasa di Ibu Kota pada Selasa (7/6) kemarin. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta mengecek kelaikan bangunan-bangunan di Jakarta, supaya nyawa warga tidak terancam saat bencana melanda.
"Harus ada inspeksi rutin yang dilakukan, jangan tunggu sampai terjadi bencana. Pemeliharaan itu penting," kata Deputi Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), Wisnu Widjaja, Selasa (7/7/2020).
Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) perlu serius memperhatikan aspek ketahanan gempa. Dia melihat, bangunan gedung pencakar langit berlantai lebih dari delapan pada umumnya dibangun atas pengawasan pakar. Namun justru bangunan kecil dan hunian perorangan banyak yang dibangun tanpa pengawasan pakar.
"Bangunan berlantai 8 ke bawah kadang-kadang asal-asalan, tidak betul-betul didesain kuat," kata Wisnu.
Pada prinsipnya, bukan gempa itu sendiri yang membunuh melainkan bangunan yang ambruklah yang membunuh manusia. Dengan kondisi tanah yang lunak, maka guncangan gempa bisa lebih kuat dan bangunan yang tidak tahan guncangan bisa roboh.
"Tanah lunak itu seperti agar-agar di mangkuk. Kalau dipicu getaran, maka guncangannya akan kuat. Kalau permukaannya keras, maka energinya lewat saja," kata Wisnu.
Kualitas bangunan vital, yakni rumah sakit, harus terjamin. Dia berkaca dari kondisi Palu dan Lombok, bangunan rumah sakit di dua daerah itu rusak usai diguncang gempa. Di Jepang, bangunan rumah sakit masih laik beroperasi meski diguncang gempa magnitudo 7.
Selain pengecekan dan pemeliharaan rutin terhadap bangunan, edukasi perlu dilakukan terhadap masyarakat. Edukasi berguna untuk melatih insting mencari selamat saat bencana, termasuk untuk masyarakat yang menghuni gedung-gedung pencakar langit Jakarta.
"Banyak orang kurang aware soal gempa. Bukan gempa bumi ini yang membunuh, tetapi bangunannya (yang runtuh akibat gempa) yang membunuh," kata Wisnu.
Gempa berkekuatan M 5,1 pada Selasa (7/7) pukul 11.44 WIB berpusat di Banten. Gempa itu terasa di Jakarta. Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG), Daryono, menjelaskan sebabnya, yakni tanah Jakarta yang lunak.
"Karena adanya fenomena efek tapak (local site effect) di mana efek soft sediment/tanah lunak yang tebal di Kota Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa sehingga guncangan gempa diamplifikasi diperbesar guncangannya, sehingga wilayah Jakarta sangat merasakan gempa tersebut," kata Daryono, dalam keterangan tertulis, Selasa (7/7) petang.
Dalam teori gempa, Daryno menambahkan, besarnya guncangan dampak gempa tidak saja dipengaruhi magnitudo gempa dan jarak sumber gempa, tapi juga akibat kondisi geologi setempat yang sangat menentukan dampak gempa. - Kontak Perkasa Futures
"Harus ada inspeksi rutin yang dilakukan, jangan tunggu sampai terjadi bencana. Pemeliharaan itu penting," kata Deputi Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), Wisnu Widjaja, Selasa (7/7/2020).
Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) perlu serius memperhatikan aspek ketahanan gempa. Dia melihat, bangunan gedung pencakar langit berlantai lebih dari delapan pada umumnya dibangun atas pengawasan pakar. Namun justru bangunan kecil dan hunian perorangan banyak yang dibangun tanpa pengawasan pakar.
"Bangunan berlantai 8 ke bawah kadang-kadang asal-asalan, tidak betul-betul didesain kuat," kata Wisnu.
Pada prinsipnya, bukan gempa itu sendiri yang membunuh melainkan bangunan yang ambruklah yang membunuh manusia. Dengan kondisi tanah yang lunak, maka guncangan gempa bisa lebih kuat dan bangunan yang tidak tahan guncangan bisa roboh.
"Tanah lunak itu seperti agar-agar di mangkuk. Kalau dipicu getaran, maka guncangannya akan kuat. Kalau permukaannya keras, maka energinya lewat saja," kata Wisnu.
Kualitas bangunan vital, yakni rumah sakit, harus terjamin. Dia berkaca dari kondisi Palu dan Lombok, bangunan rumah sakit di dua daerah itu rusak usai diguncang gempa. Di Jepang, bangunan rumah sakit masih laik beroperasi meski diguncang gempa magnitudo 7.
Selain pengecekan dan pemeliharaan rutin terhadap bangunan, edukasi perlu dilakukan terhadap masyarakat. Edukasi berguna untuk melatih insting mencari selamat saat bencana, termasuk untuk masyarakat yang menghuni gedung-gedung pencakar langit Jakarta.
"Banyak orang kurang aware soal gempa. Bukan gempa bumi ini yang membunuh, tetapi bangunannya (yang runtuh akibat gempa) yang membunuh," kata Wisnu.
Gempa berkekuatan M 5,1 pada Selasa (7/7) pukul 11.44 WIB berpusat di Banten. Gempa itu terasa di Jakarta. Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG), Daryono, menjelaskan sebabnya, yakni tanah Jakarta yang lunak.
"Karena adanya fenomena efek tapak (local site effect) di mana efek soft sediment/tanah lunak yang tebal di Kota Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa sehingga guncangan gempa diamplifikasi diperbesar guncangannya, sehingga wilayah Jakarta sangat merasakan gempa tersebut," kata Daryono, dalam keterangan tertulis, Selasa (7/7) petang.
Dalam teori gempa, Daryno menambahkan, besarnya guncangan dampak gempa tidak saja dipengaruhi magnitudo gempa dan jarak sumber gempa, tapi juga akibat kondisi geologi setempat yang sangat menentukan dampak gempa. - Kontak Perkasa Futures
Sumber : detik.com
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:17 AM
Post a Comment