Powered by Blogger.
Latest Post
10:29 AM
Sarasehan Staff PT.Kontakperkasa Futures Yogyakarta - Juli 2013
Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, July 30, 2013 | 10:29 AM
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:29 AM
Labels:
Kegiatan
8:52 AM
Hong Kong Stocks Advance on Energy, Lenders
Bloomberg (30/7) - Hong Kong stocks
rose, with the benchmark index poised for its biggest monthly gain since
September, as energy and banking shares rebounded. Yanzhou Coal Mining
Co. dropped on an unexpected preliminary loss.
The Hang Seng Index rose 0.2 percent to 21,895.63 as of 9:32 a.m. in Hong Kong, with about two shares gaining for each that fell. The Hang Seng China Enterprises Index gained 0.9 percent to 9,723.90 after yesterday dropping the most in two weeks. |
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:52 AM
Labels:
News
8:50 AM
Siprus Sepakati Pajak 47,5 Persen atas Deposito Besar
Voaindonesia, (30/7) -- Siprus telah
mencapai kesepakatan akhir dengan para pemberi pinjaman internasional
untuk memungut pajak 47,5 persen dari rekening pemilik deposito terbesar
guna membantu membiayai dana talangan negara pulau itu yang bernilai $
13 miliar.
Negara di Laut Tengah itu Senin (29/7) menyatakan pungutan pajak akan dikenakan pada rekening dengan nilai $ 133.000 atau lebih di Bank of Cyprus. Banyak di antara tabungan itu milik investor asing, termasuk orang kaya Rusia. Pajak itu kurang dari 60 persen, angka yang telah diprediksi sejumlah ahli keuangan beberapa bulan lalu diperlukan untuk mendanai penyelamatan tersebut. Ini adalah pertama kalinya blok mata uang zona euro itu memberlakukan pajak deposito dalam upaya menyelamatkan salah satu dari 17 negara anggotanya. Dalam dana talangan Yunani, Irlandia dan Portugal, bank Sentral Eropa, Dana Moneter Internasional dan negara-negara Eropa lainnya hanya menggunakan pajak rakyat untuk dana yang mereka butuhkan. Berdasarkan perjanjian dana talangan Siprus, Bank of Cyprus, bank negara terbesar, akan direstrukturisasi, dan bank terbesar kedua, Laiki, akan ditutup. Perbankan pulau itu tersendat pasca investasi buruk di Yunani yang dililit utang dan berjuang mengatasi resesi panjang. http://www.voaindonesia.com/content/siprus-sepakati-pajak-deposito-47-persen/1712350.html |
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:50 AM
Labels:
News
8:47 AM
Index Topix Jepang Naik untuk Pertama Kalinya selama Lima Hari Terakhir
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:47 AM
Labels:
News
8:43 AM
Gold slips after sharp gains, Fed meeting eyed
Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, July 29, 2013 | 8:43 AM
Reuters, (29/7) -- Gold edged lower on Monday after three weeks of
gains as investors awaited a key Federal Reserve policy meeting this
week for guidance on when the central bank would begin to scale back its
stimulus.
Spot gold fell 0.3 percent to $1,328.86 an ounce by 0015 GMT, after a 3 percent gain last week. U.S. gold gained almost $8 to $1,329.00.
Bullion has lost a fifth of its value this year as signs of an economic recovery in the United States and signals from the Fed suggested the bank may scale back its $85 billion monthly bond purchases. But recent comments from the Fed have
reassured investors, pushing gold up for three straight weeks.
The Fed's two-day policy meeting kicks off on Tuesday.
The Bank of England and European Central Bank also hold policy meetings this week.
Although spot gold gained 3 percent last week, its sharp tumble on Wednesday sent a bearish signal to many technical analysts, suggesting that the precious metal may slide further toward three-year lows.
Hedge funds and money managers raised their bullish bets in gold futures and options to a four-month high last week, boosted by speculation the Federal Reserve will keep interest rates low for longer, a report by the Commodity Futures Trading Commission showed on Friday.
Russia, Ukraine and Azerbaijan are among eight countries that increased their gold holdings in June, data from the International Monetary Fund shows, reflecting strong interest on the part of emerging economies to own gold as part of their reserves.
Stewart Murray, chief executive of the London Bullion Market Association (LBMA), said on Friday he would retire in the fourth quarter after 14 years in the post.
JPMorgan Chase & Co is exiting physical commodities trading, the bank said in a surprise statement on Friday, as Wall Street's role in the trading of raw materials comes under unprecedented political and regulatory pressure.
Spot gold fell 0.3 percent to $1,328.86 an ounce by 0015 GMT, after a 3 percent gain last week. U.S. gold gained almost $8 to $1,329.00.
Bullion has lost a fifth of its value this year as signs of an economic recovery in the United States and signals from the Fed suggested the bank may scale back its $85 billion monthly bond purchases. But recent comments from the Fed have
reassured investors, pushing gold up for three straight weeks.
The Fed's two-day policy meeting kicks off on Tuesday.
The Bank of England and European Central Bank also hold policy meetings this week.
Although spot gold gained 3 percent last week, its sharp tumble on Wednesday sent a bearish signal to many technical analysts, suggesting that the precious metal may slide further toward three-year lows.
Hedge funds and money managers raised their bullish bets in gold futures and options to a four-month high last week, boosted by speculation the Federal Reserve will keep interest rates low for longer, a report by the Commodity Futures Trading Commission showed on Friday.
Russia, Ukraine and Azerbaijan are among eight countries that increased their gold holdings in June, data from the International Monetary Fund shows, reflecting strong interest on the part of emerging economies to own gold as part of their reserves.
Stewart Murray, chief executive of the London Bullion Market Association (LBMA), said on Friday he would retire in the fourth quarter after 14 years in the post.
JPMorgan Chase & Co is exiting physical commodities trading, the bank said in a surprise statement on Friday, as Wall Street's role in the trading of raw materials comes under unprecedented political and regulatory pressure.
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:43 AM
Labels:
News
8:34 AM
Bursa Asia beri sinyal merah
TOKYO. Sebagian besar saham yang ditransaksikan di bursa Asia memberikan
sinyal merah awal pekan ini (29/7). Data yang dihimpun Bloomberg
menunjukkan, pada pukul 09.57 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific
turun 0,8%.
Ada sejumlah topk hangat yang mempengaruhi bursa Asia pagi ini. Pertama adalah penyampaian pidato oleh Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda. Kedua adalah review kebijakan moneter di AS hingga Eropa. Sedangkan yang ketiga adalah penguatan yen versus dollar AS.
Asal tahu saja, The Federal Open Market Committee akan menggelar pertemuan dua hari pada 30-31 Juli 2013. sejumlah pelaku pasar memprediksi, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal dua akan melemah dan jumlah penambahan tenaga kerja AS pada bulan Juli mengalami penurunan.
Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England juga menggelar pertemuan pada pekan ini, setelah kedua bank acuan di Eropa ini memberikan sinyal akan tetap menahan suku bunga acuan di level rendah.
"Pekan ini merupakan pekan yang cukup besar dengan rilis kinerja emiten, pertemuan bank sentral, dan data tenaga kerja AS. Investor akan fokus pada hal-hal tadi, serta mempelajari dampak pemangkasan nilai stimulus the Fed. Ke mana arah pasar saham akan sangat bergantung dari data dan the Fed," papar Nader Naeimi, head of dynamic asset allocation AMP Capital Investors Ltd di Sydney.
source: http://investasi.kontan.co.id/news/pekan-sibuk-bursa-asia-beri-sinyal-merah
Ada sejumlah topk hangat yang mempengaruhi bursa Asia pagi ini. Pertama adalah penyampaian pidato oleh Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda. Kedua adalah review kebijakan moneter di AS hingga Eropa. Sedangkan yang ketiga adalah penguatan yen versus dollar AS.
Asal tahu saja, The Federal Open Market Committee akan menggelar pertemuan dua hari pada 30-31 Juli 2013. sejumlah pelaku pasar memprediksi, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal dua akan melemah dan jumlah penambahan tenaga kerja AS pada bulan Juli mengalami penurunan.
Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England juga menggelar pertemuan pada pekan ini, setelah kedua bank acuan di Eropa ini memberikan sinyal akan tetap menahan suku bunga acuan di level rendah.
"Pekan ini merupakan pekan yang cukup besar dengan rilis kinerja emiten, pertemuan bank sentral, dan data tenaga kerja AS. Investor akan fokus pada hal-hal tadi, serta mempelajari dampak pemangkasan nilai stimulus the Fed. Ke mana arah pasar saham akan sangat bergantung dari data dan the Fed," papar Nader Naeimi, head of dynamic asset allocation AMP Capital Investors Ltd di Sydney.
source: http://investasi.kontan.co.id/news/pekan-sibuk-bursa-asia-beri-sinyal-merah
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:34 AM
Labels:
News
8:31 AM
Pekan depan, minggu sibuk Wall Street
NEW YORK. Pekan depan dapat dikatakan merupakan pekan yang cukup sibuk bagi pelaku Wall Street.
Berapa tidak, sejumlah isu hangat akan menjadi fokus Wall Street pekan depan. Isu pertama masih berkaitan dengan kebijakan stimulus the Federal Reserve karena para pimpinan the Fed akan kembali menggelar pertemuan dua hari yakni pada Selasa (30/7) dan Rabu (31/7) mendatang.
Meski pelaku pasar tidak berharap akan adanya perubahan kebijakan oleh the Fed, namun tetap saja para trader akan memperhatikan semua hal yang mengindikasikan pandangan the Fed mengenai pemangkasan nilai pembelian obligasi bulanan senilai US$ 85 miliar.
Selain itu, topik lainnya adalah rilis kinerja emiten di mana seperlima emiten yang terhimpun dalam indeks S&P 500 akan melaporkan kinerjanya pekan depan. Sebut saja perusahaan minyak besar dunia seperti BP, Exxon, dan Chevron.
Lantas, ada dua data ekonomi penting yang akan dirilis, yakni data Produk Domestik Bruto (PDB) AS dan data pertumbuhan tenaga kerja.
Sejumlah ekonom memprediksi, pertumbuhan PDB kuartal II AS akan tumbuh kurang dari 1%. Namun, hal terpenting adalah rencana pemerintah untuk merilis data revisi ekonomi AS yang dapat membuat ekonomi terlihat lebih baik, setidaknya di atas kertas. Terakhir kali pemerintah mengeluarkan isu revisi adalah pada tahun 2009 lalu.
"Mengingat the Fed belum akan melakukan kebijakan apapun, saya rasa yang akan diperhatikan adalah data PDB dan data tenaga kerja," jelas Ward McCarthy, chief financial economist Jefferies. McCarthy memprediksi, the Fed baru akan mengeluarkan kebijakan pada September mendatang.
Para ekonom memprediksi, pada Juli lalu, terdapat penambahan 184.000 tenaga kerja, lebih rendah dari posisi Juni yang mencapai 195.000 lapangan kerja. Sedangkan tingkat pengangguran diramal akan turun menjadi 7,5% dari sebelumnya 7,6% pada Juli.
Berapa tidak, sejumlah isu hangat akan menjadi fokus Wall Street pekan depan. Isu pertama masih berkaitan dengan kebijakan stimulus the Federal Reserve karena para pimpinan the Fed akan kembali menggelar pertemuan dua hari yakni pada Selasa (30/7) dan Rabu (31/7) mendatang.
Meski pelaku pasar tidak berharap akan adanya perubahan kebijakan oleh the Fed, namun tetap saja para trader akan memperhatikan semua hal yang mengindikasikan pandangan the Fed mengenai pemangkasan nilai pembelian obligasi bulanan senilai US$ 85 miliar.
Selain itu, topik lainnya adalah rilis kinerja emiten di mana seperlima emiten yang terhimpun dalam indeks S&P 500 akan melaporkan kinerjanya pekan depan. Sebut saja perusahaan minyak besar dunia seperti BP, Exxon, dan Chevron.
Lantas, ada dua data ekonomi penting yang akan dirilis, yakni data Produk Domestik Bruto (PDB) AS dan data pertumbuhan tenaga kerja.
Sejumlah ekonom memprediksi, pertumbuhan PDB kuartal II AS akan tumbuh kurang dari 1%. Namun, hal terpenting adalah rencana pemerintah untuk merilis data revisi ekonomi AS yang dapat membuat ekonomi terlihat lebih baik, setidaknya di atas kertas. Terakhir kali pemerintah mengeluarkan isu revisi adalah pada tahun 2009 lalu.
"Mengingat the Fed belum akan melakukan kebijakan apapun, saya rasa yang akan diperhatikan adalah data PDB dan data tenaga kerja," jelas Ward McCarthy, chief financial economist Jefferies. McCarthy memprediksi, the Fed baru akan mengeluarkan kebijakan pada September mendatang.
Para ekonom memprediksi, pada Juli lalu, terdapat penambahan 184.000 tenaga kerja, lebih rendah dari posisi Juni yang mencapai 195.000 lapangan kerja. Sedangkan tingkat pengangguran diramal akan turun menjadi 7,5% dari sebelumnya 7,6% pada Juli.
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:31 AM
Labels:
News