Powered by Blogger.
Latest Post
9:17 AM
Asal Mula Melamar Identik dengan Pria Berlutut dan Cincin
Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, March 31, 2017 | 9:17 AM
Kontak Perkasa Futures - Dilamar kekasih merupakan impian semua wanita. Ketika melamar pujaan hatinya, pria biasanya melakukan bahasa tubuh romantis yang telah menjadi tradisi hampir di seluruh dunia, yakni berlutut. Ketika berlutut, satu tangannya berada di punggung dan yang satu lagi menunjukkan sebuah cincin.
Mungkin sebagian dari Anda terbersit pertanyaan, sebenarnya dari mana tradisi berlutut plus cincin ini berasal? Lantas, kenapa mesti pakai cincin dan bukan perhiasan lain? Dan kenapa hampir semua pria di berbagai belahan dunia kompak mengadopsi tradisi tersebut? Simak jawabannya berikut ini.
Tradisi menekuk lutut ini memiliki sejarah yang panjang. Tradisi tersebut diduga dimulai pada abad pertengahan ketika masyarakat Barat menganut pandangan “courtly love”, yaitu cinta yang menitikberatkan sifat pria yang sopandan kekagumannya terhadap wanita yang dicintai.
Ide “courtly love” yang populer pada literatur abad pertengahan ini, merupakan cinta yang membuat sang pria rela menjadi “budak” wanita yang ia kagumi. Dengan berlutut, sang pria telah menyerahkan diri seutuhnya dan siap untuk melindungi serta melayani sang wanita dengan segenap jiwanya.
Dalam sejarah Eropa, berlutut juga digambarkan sebagai bentuk permintaan maaf, penyerahan diri, dan rasa malu. Contohnya, banyak simbol keagamaan Katolik yang menggambarkan gesture berlutut ketika berdoa untuk menunjukkan penyerahan diri kepada Tuhan.
Berlutut juga menunjukkan kuasa dan hierarki yang dilakukan oleh kaum bawah terhadap kaum atas. Zaman dulu, para ksatria berlutut kepada tuannya serta kepada musuh yang mengepung untuk menunjukkan bahwa mereka telah menyerah. Dengan demikian, berlutut di depan kekasih berarti pria tersebut telah menyerahkan diri dan menunjukkan loyalitasnya kepada pasangannya.
Sedangkan tradisi menggunakan cincin sebagai simbol pertunangan dipercaya bermula sejak abad ke-7. Wanita yang akan dinikahkan dengan pria bangsawan tertentu diberi cincin emas untuk dipakai di depan umum dan cincin besi untuk di rumah. Ketentuan ini diperkuat dalam hukum Spanyol, yakni Visigothic Code.
Aturan tersebut menyatakan pria wajib menikahi pasangannya yang telah diberi cincin dan dijanjikan untuk dinikahi. Untuk melengkapi hukum itu, pada 860, Paus Nicholas I meminta pemerintah untuk menyediakan cincin emas mahal yang diberikan pria sebagai bentuk pengorbanannya kepada wanita.
Kemudian, pada 1477 cincin berlian mulai digunakan sebagai simbol pertunangan, yang dicetuskan oleh Raja Maximilian I dari Meksiko ketika melamar Ratu Marie dari Burgundia. Di dunia barat, cara ini berlanjut hingga sekarang dan membuat berlian menjadi satu-satunya cincin yang dipakai pria untuk melamar kekasihnya - Kontak Perkasa Futures
Sumber:cantik.tempo
Mungkin sebagian dari Anda terbersit pertanyaan, sebenarnya dari mana tradisi berlutut plus cincin ini berasal? Lantas, kenapa mesti pakai cincin dan bukan perhiasan lain? Dan kenapa hampir semua pria di berbagai belahan dunia kompak mengadopsi tradisi tersebut? Simak jawabannya berikut ini.
Tradisi menekuk lutut ini memiliki sejarah yang panjang. Tradisi tersebut diduga dimulai pada abad pertengahan ketika masyarakat Barat menganut pandangan “courtly love”, yaitu cinta yang menitikberatkan sifat pria yang sopandan kekagumannya terhadap wanita yang dicintai.
Ide “courtly love” yang populer pada literatur abad pertengahan ini, merupakan cinta yang membuat sang pria rela menjadi “budak” wanita yang ia kagumi. Dengan berlutut, sang pria telah menyerahkan diri seutuhnya dan siap untuk melindungi serta melayani sang wanita dengan segenap jiwanya.
Dalam sejarah Eropa, berlutut juga digambarkan sebagai bentuk permintaan maaf, penyerahan diri, dan rasa malu. Contohnya, banyak simbol keagamaan Katolik yang menggambarkan gesture berlutut ketika berdoa untuk menunjukkan penyerahan diri kepada Tuhan.
Berlutut juga menunjukkan kuasa dan hierarki yang dilakukan oleh kaum bawah terhadap kaum atas. Zaman dulu, para ksatria berlutut kepada tuannya serta kepada musuh yang mengepung untuk menunjukkan bahwa mereka telah menyerah. Dengan demikian, berlutut di depan kekasih berarti pria tersebut telah menyerahkan diri dan menunjukkan loyalitasnya kepada pasangannya.
Sedangkan tradisi menggunakan cincin sebagai simbol pertunangan dipercaya bermula sejak abad ke-7. Wanita yang akan dinikahkan dengan pria bangsawan tertentu diberi cincin emas untuk dipakai di depan umum dan cincin besi untuk di rumah. Ketentuan ini diperkuat dalam hukum Spanyol, yakni Visigothic Code.
Aturan tersebut menyatakan pria wajib menikahi pasangannya yang telah diberi cincin dan dijanjikan untuk dinikahi. Untuk melengkapi hukum itu, pada 860, Paus Nicholas I meminta pemerintah untuk menyediakan cincin emas mahal yang diberikan pria sebagai bentuk pengorbanannya kepada wanita.
Kemudian, pada 1477 cincin berlian mulai digunakan sebagai simbol pertunangan, yang dicetuskan oleh Raja Maximilian I dari Meksiko ketika melamar Ratu Marie dari Burgundia. Di dunia barat, cara ini berlanjut hingga sekarang dan membuat berlian menjadi satu-satunya cincin yang dipakai pria untuk melamar kekasihnya - Kontak Perkasa Futures
Sumber:cantik.tempo
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:17 AM
10:08 AM
"Hal ini karena ada radiasi, ada kelembapan udara tinggi dan angin yang tidak sepoi-sepoi dengan awan putih dengan perbedaan tekanan antara satu area dengan area lain yang bisa membuat pertumbuhan awan yang besar," ungkapnya.
Hary mengatakan fenomena hujan es bisa terjadi di mana saja asal ketentuan yang telah disebutkan di atas terpenuhi. Hary menyebut fenomena hujan es itu bukan anomali sebab terjadi secara alami, namun jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, fenomena itu semakin sering terjadi dan menjadi indikasi adanya perubahan iklim.
Menurut Hary, berbeda dengan hujan pada umumnya, hujan es lebih berbahaya. Terutama bagi orang-orang yang beraktivitas di luar rumah dan saat berkendara karena mengurangi jarak pandang.
"Selain itu fenomena hujan es disertai kilat, petir, dan angin kencang hanya terjadi pada satu jenis awan, cumulonimbus, yang secara kasat mata bisa dilihat pada malam hari hanya ada kilat tanpa petir atau hujan," katanya.
Hary mengatakan kasus hujan es paling ekstrem pernah terjadi di beberapa negara subtropis dengan ukuran es sebesar bola tenis. Di Indonesia sendiri, ukuran es yang masih sebesar kelereng dianggap relatif wajar. "Menjadi tidak wajar kalau hujannya lebih sering," ungkapnya - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:today.line
Fenomena Hujan Es Alamiah dan Normal
Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, March 30, 2017 | 10:08 AM
PT Kontak Perkasa Futures - Kepala Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menilai fenomena hujan es yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, salah satunya di DKI Jakarta, wajar. Fenomena ini disebut alami dan normal, namun dengan beberapa catatan.
"Hal ini karena ada radiasi, ada kelembapan udara tinggi dan angin yang tidak sepoi-sepoi dengan awan putih dengan perbedaan tekanan antara satu area dengan area lain yang bisa membuat pertumbuhan awan yang besar," ungkapnya.
Hary mengatakan fenomena hujan es bisa terjadi di mana saja asal ketentuan yang telah disebutkan di atas terpenuhi. Hary menyebut fenomena hujan es itu bukan anomali sebab terjadi secara alami, namun jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, fenomena itu semakin sering terjadi dan menjadi indikasi adanya perubahan iklim.
Menurut Hary, berbeda dengan hujan pada umumnya, hujan es lebih berbahaya. Terutama bagi orang-orang yang beraktivitas di luar rumah dan saat berkendara karena mengurangi jarak pandang.
"Selain itu fenomena hujan es disertai kilat, petir, dan angin kencang hanya terjadi pada satu jenis awan, cumulonimbus, yang secara kasat mata bisa dilihat pada malam hari hanya ada kilat tanpa petir atau hujan," katanya.
Hary mengatakan kasus hujan es paling ekstrem pernah terjadi di beberapa negara subtropis dengan ukuran es sebesar bola tenis. Di Indonesia sendiri, ukuran es yang masih sebesar kelereng dianggap relatif wajar. "Menjadi tidak wajar kalau hujannya lebih sering," ungkapnya - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:today.line
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:08 AM
9:07 AM
Eksis di Media Sosial Tak Selalu Menguntungkan
Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, March 29, 2017 | 9:07 AM
PT Kontak Perkasa - Pada awal Maret, presenter Sarah Sechan mengumumkan keputusannya yang cukup mengejutkan: berhenti menggunakan Twitter dan Instagram. Hal ini disampaikan Sarah dalam sebuah caption panjang yang mengiringi post Instagram terakhirnya.
“Hey you sexy people. This will be my last post on instagram & twitter. I have decided that at this age (forever 24, of course) I need to really start living and enjoy every moment of my life, not busy trying to make a point or seek approval from strangers…”
Demikian preambul ucapan perpisahan Sarah. Sepanjang kata-kata terakhirnya di Instagram, Sarah pun menuangkan keinginannya untuk lebih berfokus pada setiap detail dalam kehidupannya, termasuk dalam hal berpakaian dan menikmati makanan. Bagi orang-orang yang gemar mengunggah post bertagar #ootd atau #foodporn, pernyataan Sarah ini bisa jadi sentilan kecil. Selain itu, pesohor yang namanya mencuat setelah menjadi VJ dan host ini juga mengatakan betapa penatnya ia menjalani kehidupan di media sosial yang menyita waktunya sebagai seorang ibu.
Sarah Sechan berkontribusi menambah daftar selebritas yang hengkang dari dunia Twitter dan Instagram. Di Hollywood, tercatat sejumlah aktor dan aktris yang memilih absen eksis di media sosial seperti George Clooney, Kristen Stewart, Scarlett Johansson, Jennifer Lawrence, dan Bradley Cooper.
Joy of Missing Out
Saat banyak sekali orang yang senang tampil, menuangkan gagasan, serta mengekspresikan gaya sampai perasaan di situs-situs jejaring sosial, sebagian lainnya justru memilih tidak ikut arus dan mengunggah berbagai informasi personal dan menonjolkan eksistensi di sana. Fenomena semacam ini dikatakan sebagai joy of missing out atau JOMO yang dikontraskan dengan gejala fear of missing out atau FOMO.
Setiap berhadapan dengan orang lain, baik dalam kehidupan nyata maupun ranah digital, ekspektasi dan persepsi tertentu senantiasa mengikuti seseorang. Maka, dari satu interaksi ke interaksi lain, lazimnya ia melakukan penyesuaian atau adaptasi supaya relasi terjalin dengan baik. Namun bagi sebagian orang, tak jarang mereka merasa harus mengenakan topeng agar bisa diterima dalam lingkarannya. Tentunya hal ini menimbulkan keletihan mental yang luar biasa ketika terakumulasi, bahkan lebih jauhnya, memicu depresi akibat tekanan pergaulan.
Alasan ini tak menjadi satu-satunya pendorong mengapa orang memilih tak aktif di media sosial. Seorang warga Kanada yang sudah lima tahun bekerja di Indonesia bercerita mengapa ia tidak begitu gandrung menggunakan media sosial. “Saya merasa kehidupan saya sudah terlalu padat dengan pekerjaan. Saya lebih sering berkorenspondensi dengan e-mail dan bagi saya, itu sudah cukup. Saya bahkan belum lama menggunakan Whatsapp. Twitter pun lebih banyak saya pakai untuk kepentingan pekerjaan,” ujarnya.
Perkembangan teknologi yang berimplikasi terhadap perubahan gaya hidup masa kini, terutama di kalangan milenial, turut membawa dampak negatif bagi seseorang. Psikolog dan konsultan edukasi di Boston, Christopher Willard, PsyD., menulis dalam situs Mindful bahwa perangkat komunikasi kita menciptakan ilusi bahwa ada hal yang lebih penting di luar sana dibanding pengalaman yang sedang dijalani saat ini. Pemikiran semacam inilah yang juga turut menyokong seseorang untuk mundur dari kehidupan media sosial. Alih-alih merayakan kehidupan komunal yang tak jarang merupakan khayalan semata—karena tak semua orang benar-benar mengenal atau dekat dengan satu sama lain di Twitter, Instagram, atau Facebook—, ia justru memandang penting momen intim dengan dirinya sebagaimana disuratkan oleh Sarah Sechan pada post terakhirnya.
Dalam situs Psychology Today, Dr. Susan Biali M.D. menceritakan bagaimana kehadiran internet dan aneka hiburan yang ditawarkannya berefek pada produktivitasnya. Lantas, perempuan yang penelitiannya berfokus pada kesehatan dan kebahagiaan ini melakukan refleksi diri setelah membaca buku karangan jurnalis Christina Crook (2015), The Joy of Missing Out: Finding Balance in a Wired World. Disampaikan dalam buku tersebut, saat ini kita hidup pada masa ketika intimasi menurun dan pasivitas serta isolasi meningkat. Hati manusia cenderung kesepian. Kecemasan, kepenatan, kewalahan, dan ketergantungan terhadap teknologi yang tidak sepenuhnya manusia mengerti seolah lumrah terjadi.
Sedikit yang menyadari hal ini lantaran gejala-gejalanya kadung meluas dan diterima sebagaimana adanya oleh masyarakat. Kritik terhadap orang-orang dengan FOMO kerap kali dianggap sebagai hipokrisi seolah-olah terdapat kebenaran bahwa orang tidak bisa hidup tanpa internet dan media sosial meski untuk sekejap saja.
Umumnya, orang-orang introver yang menikmati keterlepasan dari lingkungan yang melibatkan banyak orang. Mereka cenderung kehabisan energi saat terlalu sering berada dalam keramaian. Namun demikian, penulis Emotional Intelligence 2.0, Dr. Travis Bradberry, mengungkapkan bahwa orang-orang ekstrover pun ada kalanya membutuhkan saat-saat menyendiri yang kelak mendatangkan keuntungan bagi mereka.
Tak ubahnya roda yang berputar, sebagian orang pun berupaya menggeser tren FOMO dengan JOMO. Sejumlah justifikasi dibuat supaya orang tidak hanyut dalam keriaan kehidupan komunal di internet. Dalam situs SWNS dinyatakan, orang-orang Inggris cenderung menikmati kesendirian dibanding merasa takut tertinggal dalam hal kehidupan sosial. Dalam sebuah studi diklaim sebanyak 85% dari 2000 orang Inggris yang disurvei mengaku lebih senang melewatkan waktu di rumah dan mengabaikan acara-acara sosial, sementara hanya 43% yang menyatakan diri mengalami FOMO.
Bersosialisasi dengan siapa pun melalui media apa pun memang tidak salah. Namun demikian, penting diingat bahwa cara apa pun yang dipilih dalam berinteraksi dengan dunia luar, jangan sampai hal tersebut membuat Anda menjauhkan diri dari mereka yang dekat atau ada di depan mata. Mengasah kemampuan intrapersonal dengan menghilang sejenak dari keramaian tak kalah penting bagi kondisi psikologi seseorang karena tak selamanya, solusi dan kebahagiaan ditemukan di tengah ingar bingar - PT Kontak Perkasa
Sumber:Tirto
“Hey you sexy people. This will be my last post on instagram & twitter. I have decided that at this age (forever 24, of course) I need to really start living and enjoy every moment of my life, not busy trying to make a point or seek approval from strangers…”
Demikian preambul ucapan perpisahan Sarah. Sepanjang kata-kata terakhirnya di Instagram, Sarah pun menuangkan keinginannya untuk lebih berfokus pada setiap detail dalam kehidupannya, termasuk dalam hal berpakaian dan menikmati makanan. Bagi orang-orang yang gemar mengunggah post bertagar #ootd atau #foodporn, pernyataan Sarah ini bisa jadi sentilan kecil. Selain itu, pesohor yang namanya mencuat setelah menjadi VJ dan host ini juga mengatakan betapa penatnya ia menjalani kehidupan di media sosial yang menyita waktunya sebagai seorang ibu.
Sarah Sechan berkontribusi menambah daftar selebritas yang hengkang dari dunia Twitter dan Instagram. Di Hollywood, tercatat sejumlah aktor dan aktris yang memilih absen eksis di media sosial seperti George Clooney, Kristen Stewart, Scarlett Johansson, Jennifer Lawrence, dan Bradley Cooper.
Joy of Missing Out
Saat banyak sekali orang yang senang tampil, menuangkan gagasan, serta mengekspresikan gaya sampai perasaan di situs-situs jejaring sosial, sebagian lainnya justru memilih tidak ikut arus dan mengunggah berbagai informasi personal dan menonjolkan eksistensi di sana. Fenomena semacam ini dikatakan sebagai joy of missing out atau JOMO yang dikontraskan dengan gejala fear of missing out atau FOMO.
Setiap berhadapan dengan orang lain, baik dalam kehidupan nyata maupun ranah digital, ekspektasi dan persepsi tertentu senantiasa mengikuti seseorang. Maka, dari satu interaksi ke interaksi lain, lazimnya ia melakukan penyesuaian atau adaptasi supaya relasi terjalin dengan baik. Namun bagi sebagian orang, tak jarang mereka merasa harus mengenakan topeng agar bisa diterima dalam lingkarannya. Tentunya hal ini menimbulkan keletihan mental yang luar biasa ketika terakumulasi, bahkan lebih jauhnya, memicu depresi akibat tekanan pergaulan.
Alasan ini tak menjadi satu-satunya pendorong mengapa orang memilih tak aktif di media sosial. Seorang warga Kanada yang sudah lima tahun bekerja di Indonesia bercerita mengapa ia tidak begitu gandrung menggunakan media sosial. “Saya merasa kehidupan saya sudah terlalu padat dengan pekerjaan. Saya lebih sering berkorenspondensi dengan e-mail dan bagi saya, itu sudah cukup. Saya bahkan belum lama menggunakan Whatsapp. Twitter pun lebih banyak saya pakai untuk kepentingan pekerjaan,” ujarnya.
Perkembangan teknologi yang berimplikasi terhadap perubahan gaya hidup masa kini, terutama di kalangan milenial, turut membawa dampak negatif bagi seseorang. Psikolog dan konsultan edukasi di Boston, Christopher Willard, PsyD., menulis dalam situs Mindful bahwa perangkat komunikasi kita menciptakan ilusi bahwa ada hal yang lebih penting di luar sana dibanding pengalaman yang sedang dijalani saat ini. Pemikiran semacam inilah yang juga turut menyokong seseorang untuk mundur dari kehidupan media sosial. Alih-alih merayakan kehidupan komunal yang tak jarang merupakan khayalan semata—karena tak semua orang benar-benar mengenal atau dekat dengan satu sama lain di Twitter, Instagram, atau Facebook—, ia justru memandang penting momen intim dengan dirinya sebagaimana disuratkan oleh Sarah Sechan pada post terakhirnya.
Dalam situs Psychology Today, Dr. Susan Biali M.D. menceritakan bagaimana kehadiran internet dan aneka hiburan yang ditawarkannya berefek pada produktivitasnya. Lantas, perempuan yang penelitiannya berfokus pada kesehatan dan kebahagiaan ini melakukan refleksi diri setelah membaca buku karangan jurnalis Christina Crook (2015), The Joy of Missing Out: Finding Balance in a Wired World. Disampaikan dalam buku tersebut, saat ini kita hidup pada masa ketika intimasi menurun dan pasivitas serta isolasi meningkat. Hati manusia cenderung kesepian. Kecemasan, kepenatan, kewalahan, dan ketergantungan terhadap teknologi yang tidak sepenuhnya manusia mengerti seolah lumrah terjadi.
Sedikit yang menyadari hal ini lantaran gejala-gejalanya kadung meluas dan diterima sebagaimana adanya oleh masyarakat. Kritik terhadap orang-orang dengan FOMO kerap kali dianggap sebagai hipokrisi seolah-olah terdapat kebenaran bahwa orang tidak bisa hidup tanpa internet dan media sosial meski untuk sekejap saja.
Umumnya, orang-orang introver yang menikmati keterlepasan dari lingkungan yang melibatkan banyak orang. Mereka cenderung kehabisan energi saat terlalu sering berada dalam keramaian. Namun demikian, penulis Emotional Intelligence 2.0, Dr. Travis Bradberry, mengungkapkan bahwa orang-orang ekstrover pun ada kalanya membutuhkan saat-saat menyendiri yang kelak mendatangkan keuntungan bagi mereka.
Tak ubahnya roda yang berputar, sebagian orang pun berupaya menggeser tren FOMO dengan JOMO. Sejumlah justifikasi dibuat supaya orang tidak hanyut dalam keriaan kehidupan komunal di internet. Dalam situs SWNS dinyatakan, orang-orang Inggris cenderung menikmati kesendirian dibanding merasa takut tertinggal dalam hal kehidupan sosial. Dalam sebuah studi diklaim sebanyak 85% dari 2000 orang Inggris yang disurvei mengaku lebih senang melewatkan waktu di rumah dan mengabaikan acara-acara sosial, sementara hanya 43% yang menyatakan diri mengalami FOMO.
Bersosialisasi dengan siapa pun melalui media apa pun memang tidak salah. Namun demikian, penting diingat bahwa cara apa pun yang dipilih dalam berinteraksi dengan dunia luar, jangan sampai hal tersebut membuat Anda menjauhkan diri dari mereka yang dekat atau ada di depan mata. Mengasah kemampuan intrapersonal dengan menghilang sejenak dari keramaian tak kalah penting bagi kondisi psikologi seseorang karena tak selamanya, solusi dan kebahagiaan ditemukan di tengah ingar bingar - PT Kontak Perkasa
Sumber:Tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:07 AM
10:26 AM
Mercedes-Maybach S 600 Pullman Guard yang ditumpangi sang raja menjadi sorotan--selain mewah, seri mobil besutan pabrikan Jerman ini memiliki teknologi canggih dengan tingkat keamanan super tinggi.
Berdasarkan situs Mercedes-Benz, Mercedes-Maybach S 600 Pullman Guard memiliki material bodi hingga kaca punya daya tahan terhadap serangan peluru dari senapan serbu hingga ledakan.
Ini karena bagian bodi terbuat dari baja serta kaca jendela yang dilapisi polycarbonate dengan ketebalan yang sudah disesuaikan dan memiliki sertifikasi perlindungan balistik VR10. Menurut Mercedes-Benz, mobil tersebut sudah memiliki sertifikat Explosive Resistant Vehicles (ERV) 2010 atau tahan ledakan.
Selain dilengkapi fitur untuk keamanan bagi penggunanya, mobil ini juga menyuguhkan kenyamanan karena luas kabin mencapai 5.453 milimeter dan jarak antar sumbu roda 3.365 milimeter atau lebih lega dari Mercedes-Benz seri S-Class Saloon.
Mercedes-Maybach S 600 Pullman Guard menggendong mesin V12 turbocharge ganda 6.000cc. Dilengkapi transmisi otomatis 7G-TRONIC dengan kecepatan maksimal 160 km per jam yang sudah dibatasi secara elektrik. Selain itu, mobil ini juga didukung suspensi udara airmatic agar dapat bermanuver dengan lincah, serta Electronic Stability Program (ESP).
"Di samping menyuguhkan tempat duduk yang lapang di kelas teratas kenyamanan penumpang, Mercedes-Maybach Pullman tentunya sebagai bentuk mobil eksklusif di level teratas," kata Ola Kรคllenius anggota dari Daimler AG Management dan Penanggung Jawab Penjualan dan Pemasaran Mercedes-Benz dikutip dari mercedes-benz.com.
Selain Raja Salman, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menggunakan Mercedes-Benz S600 tapi versi keluaran 1988-1999. Mobil Raja Salman adalah versi terbarunya dan seri tertinggi Mercedes-Benz saat ini. Raja Salman maupun Presiden Jokowi hanya contoh dari sekian banyak pemimpin yang punya fasilitas kendaraan khusus dengan segala kelebihannya dibandingkan mobil konvensional yang ada di pasaran.
Mobil Para Pemimpin Dunia
Kendaraan pemimpin dunia yang menjadi sorotan lainnya adalah milik presiden AS. Cadillac One “The Beast” sosok limusin kepresidenan AS ini penuh rahasia. Pemerintah AS sengaja tak pernah membeberkan secara detil spesifikasi dari kendaraan orang nomor satu di AS tersebut.
Ini tentu wajar, karena mobil bagi seorang presiden sekelas presiden AS akan menjadi tameng terakhir dari serangan musuh, di dalam maupun saat bertugas ke luar negeri. Berdasarkan laporan Autoweek, pemerintah AS membuat selusin The Beast dengan harga lebih dari satu juta dolar AS per unitnya.
Meskipun memiliki beberapa kemiripan dengan Cadillac, limusin kepresidenan secara keseluruhan berbeda dengan yang diproduksi pabrikannya. Setelah mobil itu dibeli langsung dari produsen, mobil tersebut masih harus dimodifikasi oleh Secret Service bersama pabrikan rahasia.
"Mobil ini bisa saja dikatakan Cadillac, tapi hanya sedikit yang masih Cadillac," kata salah satu agen di Secret Service kepada Autoweek.
Presiden Rusia, Vladimir Putin juga memiliki kendaraan dengan tingkat pengamanan tinggi. Ia juga menggunakan mobil keluaran Jerman Mercedes-Benz. Mobil tunggangan Putin berlapis baja yang merupakan fitur wajib bagi kendaraan presiden. Mobil yang ditunggangi Putin masih bisa menempuh jarak sekitar 30 km saat ban dalam kondisi tertusuk benda tajam.
Pemimpin umat Katolik dunia Pope Francis juga menggunakan mobil Mercedes-Benz namun tipe M-Class berlapis baja. Sementara itu, Benigno Aquino III saat menjabat sebagai presiden Filipina juga menggunakan Mercedes-Benz W221 yang dilengkapi fitur antipeluru dan lapis baja. Sedangkan Ratu Elizabeth memilih Bentley, yang didesain dengan pintu yang terbuka 90 derajat sehingga sang ratu bisa keluar dari kendaraan tanpa harus bermanuver terlalu banyak.
Saat produsen kendaraan yang punya produk terpilih sebagai kendaraan para pemimpin dunia, tentunya membuat citra merek mereka makin berkibar. Bagi pemimpin seperti Raja Salman dan pemimpin dunia lainnya, mobil-mobil khusus ini membuat nyaman dan keyakinan terhadap keamanan--dengan segala kecanggihan teknologi sistem keamanan pada sebuah mobil - Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto
Kecanggihan Mobil Raja Salman dan Para Pemimpin Dunia
Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, March 27, 2017 | 10:26 AM
Kontak Perkasa Futures - Plat merah berkelir putih bertuliskan "Saudi Arabia" tersemat persis di bawah grill mobil sedan hitam yang melintas dengan iring-iringan besar kendaraan roda empat di Kota Bogor, Rabu siang (1/3/2017). Sedan hitam itu identik dengan Mercedes-Maybach S 600 Pullman Guard-Mercedes-Benz tipe S tertinggi yang membawa Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud selama kunjungannya di Indonesia.
Mercedes-Maybach S 600 Pullman Guard yang ditumpangi sang raja menjadi sorotan--selain mewah, seri mobil besutan pabrikan Jerman ini memiliki teknologi canggih dengan tingkat keamanan super tinggi.
Berdasarkan situs Mercedes-Benz, Mercedes-Maybach S 600 Pullman Guard memiliki material bodi hingga kaca punya daya tahan terhadap serangan peluru dari senapan serbu hingga ledakan.
Ini karena bagian bodi terbuat dari baja serta kaca jendela yang dilapisi polycarbonate dengan ketebalan yang sudah disesuaikan dan memiliki sertifikasi perlindungan balistik VR10. Menurut Mercedes-Benz, mobil tersebut sudah memiliki sertifikat Explosive Resistant Vehicles (ERV) 2010 atau tahan ledakan.
Selain dilengkapi fitur untuk keamanan bagi penggunanya, mobil ini juga menyuguhkan kenyamanan karena luas kabin mencapai 5.453 milimeter dan jarak antar sumbu roda 3.365 milimeter atau lebih lega dari Mercedes-Benz seri S-Class Saloon.
Mercedes-Maybach S 600 Pullman Guard menggendong mesin V12 turbocharge ganda 6.000cc. Dilengkapi transmisi otomatis 7G-TRONIC dengan kecepatan maksimal 160 km per jam yang sudah dibatasi secara elektrik. Selain itu, mobil ini juga didukung suspensi udara airmatic agar dapat bermanuver dengan lincah, serta Electronic Stability Program (ESP).
"Di samping menyuguhkan tempat duduk yang lapang di kelas teratas kenyamanan penumpang, Mercedes-Maybach Pullman tentunya sebagai bentuk mobil eksklusif di level teratas," kata Ola Kรคllenius anggota dari Daimler AG Management dan Penanggung Jawab Penjualan dan Pemasaran Mercedes-Benz dikutip dari mercedes-benz.com.
Selain Raja Salman, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menggunakan Mercedes-Benz S600 tapi versi keluaran 1988-1999. Mobil Raja Salman adalah versi terbarunya dan seri tertinggi Mercedes-Benz saat ini. Raja Salman maupun Presiden Jokowi hanya contoh dari sekian banyak pemimpin yang punya fasilitas kendaraan khusus dengan segala kelebihannya dibandingkan mobil konvensional yang ada di pasaran.
Mobil Para Pemimpin Dunia
Kendaraan pemimpin dunia yang menjadi sorotan lainnya adalah milik presiden AS. Cadillac One “The Beast” sosok limusin kepresidenan AS ini penuh rahasia. Pemerintah AS sengaja tak pernah membeberkan secara detil spesifikasi dari kendaraan orang nomor satu di AS tersebut.
Ini tentu wajar, karena mobil bagi seorang presiden sekelas presiden AS akan menjadi tameng terakhir dari serangan musuh, di dalam maupun saat bertugas ke luar negeri. Berdasarkan laporan Autoweek, pemerintah AS membuat selusin The Beast dengan harga lebih dari satu juta dolar AS per unitnya.
Meskipun memiliki beberapa kemiripan dengan Cadillac, limusin kepresidenan secara keseluruhan berbeda dengan yang diproduksi pabrikannya. Setelah mobil itu dibeli langsung dari produsen, mobil tersebut masih harus dimodifikasi oleh Secret Service bersama pabrikan rahasia.
"Mobil ini bisa saja dikatakan Cadillac, tapi hanya sedikit yang masih Cadillac," kata salah satu agen di Secret Service kepada Autoweek.
Presiden Rusia, Vladimir Putin juga memiliki kendaraan dengan tingkat pengamanan tinggi. Ia juga menggunakan mobil keluaran Jerman Mercedes-Benz. Mobil tunggangan Putin berlapis baja yang merupakan fitur wajib bagi kendaraan presiden. Mobil yang ditunggangi Putin masih bisa menempuh jarak sekitar 30 km saat ban dalam kondisi tertusuk benda tajam.
Pemimpin umat Katolik dunia Pope Francis juga menggunakan mobil Mercedes-Benz namun tipe M-Class berlapis baja. Sementara itu, Benigno Aquino III saat menjabat sebagai presiden Filipina juga menggunakan Mercedes-Benz W221 yang dilengkapi fitur antipeluru dan lapis baja. Sedangkan Ratu Elizabeth memilih Bentley, yang didesain dengan pintu yang terbuka 90 derajat sehingga sang ratu bisa keluar dari kendaraan tanpa harus bermanuver terlalu banyak.
Saat produsen kendaraan yang punya produk terpilih sebagai kendaraan para pemimpin dunia, tentunya membuat citra merek mereka makin berkibar. Bagi pemimpin seperti Raja Salman dan pemimpin dunia lainnya, mobil-mobil khusus ini membuat nyaman dan keyakinan terhadap keamanan--dengan segala kecanggihan teknologi sistem keamanan pada sebuah mobil - Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:26 AM
10:35 AM
PT Kontak Perkasa Futures - Di Sierra Leone, seorang Pastor bernama Emmanuel Momoh dikejutkan dengan penemuan bongkahan berlian besar berbobot 706 karat di distrik Kono timur, Sierra Leone pada Kamis (16/3/2017).
Setelah menemukan batu Berlian tersebut, sang pastor kemudian memberikan hasil temuan berharganya kepada sesepuh Kono. Berlian tersebut kemudian berpindah tangan lagi ke Presiden Sieera Leone, Ernest Bai Koroma setelah diserahkan oleh Kono.
Seperti dilansir Reuters, sang presiden mengatakan bahwa dirinya mengucapkan terima kasih kepada kepala sesepuh Kono yang bertindak sebagai perantara dengan tidak menyelundupkan batu berlian besar itu ke luar negeri.
Kini, pemerintah Sierra Leone berencana melelang batu berlian tersebut.
“Dia [Koroma] menekankan pentingnya menjual berlian tersebut segera, agar bisa membagi keuntungan pada penemunya, juga bagi negara,” kata juru bicara kepresidenan Sierra Leone. Nilai dari berlian tersebut belum bisa ditaksir, tapi diperkirakan bisa mencapai jutaan dollar.
Sierra Leone, terutama wilayah timur dan selatan terutama Kono dan Kenema, memang kaya berlian aluvial dan mudah diakses oleh siapa saja yang punya sekop dan saringan.
Namun, keberadaan berlian telah memicu kekacauan pelayanan negara, korupsi, aksi memperkaya diri sendiri, dan mengabaikan pelayanan publik, bahkan menyokong terselenggaranya perang saudara selama satu dekade yang berakhir pada tahun 2002.
Istilah “Berlian Berdarah” disematkan dalam peristiwa perang tersebut lantaran dana penjualan berlian dibiayai untuk membeli senjata dan saling membunuh.
Langkah sesepuh Kono termasuk pastor tersebut sebenarnya demi menghindari kemungkinan kekacauan dan konflik sipil yang diakibatkan berlian.
Awal Mula Penemuan Berlian
Dalam tesis Kadiri Joseph Osikhena dari Vaxjo University yang berjudul The Role of Diamonds in Sierra Leone History and Conflict, disebut bahwa berlian ditemukan pertama kali di distrik Kono, sebuah kota kecil di Sierra Leone pada awal 1930an.
Kala itu, sekelompok tim survei geologi yang dipimpin oleh N.R Junner dan asistennya J.D. Pollet menemukan sepotong kristal di dekat aliran sungai Gboraba. Soal ini kemudian didengar oleh Inggris yang ketika itu masih menjajah Sierra Leone. Temuan berlian di Kono disebut-sebut sebagai salah satu jenis berlian berkualitas terbaik di dunia.
Perusahaan tambang Inggris bernama De Beer yang sebelumnya beroperasi di Ghana kemudian datang ke Sierra Leone untuk mengurusi segala keperluan dan peralatan pertambangan berlian. Pada 1935, sebuah perjanjian yang melibatkan otoritas kolonial Inggris dan De Beer dibuat, sehingga perusahaan ini punya hak menambang di Sierra Leone selama 99 tahun.
De Beer dikenai pajak penghasilan sebesar 27 persen dari laba yang berhasil dicapai dan diwajibkan menyediakan dana pembangunan khusus untuk distrik Kono. Kelompok lain, termasuk masyarakat adat setempat selaku pemilik tanah, harus puas dengan kebijakan perusahaan. Apalagi mereka juga tidak paham atas dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh pertambangan berlian ini.
Ketika memasuki tahun 1956, kenyamanan penguasa tambang berlian De Beer terusik manakala mulai banyak bermunculan praktik pertambangan ilegal di luar perusahaan besar. Penghasilan dan produktivitas tambang De Beer terganggu ketika tercatat di tahun tersebut terdapat hampir 75.000 penambang ilegal di distrik Kono.
Polemik ini berlanjut hingga kemerdekaan Sierra Leone dari tangan Inggris tahun 1961. Roda-roda pemerintahan banyak dijalankan dan diambil alih oleh sistem adat setelah sebelumnya berada dalam kekuasaan kolonial Inggris.
Tahun 1980an, hampir semua berlian di negara tersebut diselundupkan dan diperdagangkan secara ilegal sehingga pendapatannya dapat langsung diterima utuh di tangan investor swasta. Hingga saat De Beers akhirnya ditarik keluar pada tahun 1984, pemerintah Sierra Leone masih kehilangan kontrol langsung atas daerah pertambangan berlian.
Laporan dari Insight berjudul "The Heart of the Matter: Sierra Leone, Diamonds and Human Security" menyebutkan pada periode tersebut perdagangan berlian didominasi oleh para pedagang dari Lebanon dan Israel, yang punya koneksi langsung ke pasar berlian internasional.
Kala itu, Joseph Momoh, Presiden Sierra Leone pengganti Stevens yang mundur pada 1985 telah membuat beberapa upaya untuk mengurangi penyelundupan dan korupsi di sektor pertambangan berlian, tapi ketiadaan dukungan kekuatan politik menjadi kendala penegakan aturan tersebut.
Selama tujuh tahun pemerintahan Momoh berikutnya, keadaan negara malah semakin memburuk hingga tidak mampu lagi membayar para pegawai negeri sipil. Mereka yang putus asa kemudian menggeledah dan menjarah kantor-kantor pemerintah menjadi pemandangan yang lazim. Titik terendah terjadi ketika pemerintah tidak sanggup membayar para guru sekolah dan seketika sistem pendidikan menjadi runtuh.
Puncaknya adalah tahun 1991, ketika Sierra Leone menduduki peringkat sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Ketidakpuasan publik termasuk kepada Presiden Joseph Momoh semakin meluas hingga terbentuklah kelompok bersenjata berhaluan nasionalis bernama Front Persatuan Revolusioner yang dipimpin oleh Foday Sankoh.
Meletusnya Perang Sipil
Dimulai pada tanggal 23 Maret 1991, Front Persatuan Revolusioner memulai kampanye menggulingkan pemerintahan Joseph Momoh dan sekaligus sebagai penanda awal perang saudara di Siera Leone.
Dalam tahun pertama peperangan, Front Persatuan Revolusioner menguasai sebagian besar wilayah di timur dan selatan Sierra Leone, ladang utama penghasil berlian. Pasukan militer Sierra Leone bukannya tanpa melawan. Sekira akhir 1993, militer Sierra Leone berhasil mendorong Front Persatuan Revolusioner kembali ke perbatasan Liberia. Namun, Front menghantam balik, sehingga peperangan terjadi di antara kedua kubu ini.
Sebuah perusahaan militer swasta bernama Executive Outcomes yang berbasis di Afrika Selatan diketahui juga dikerahkan untuk mengusir Front Persatuan Revolusioner pada 1995. Setahun kemudian, Sierra Leone menyelenggarakan pemilihan umum dan Front Persatuan Revolusioner mau berdamai di bawah perjanjian Abidjan Peace Accord.
Namun, tidak lama kemudian peperangan kembali berlangsung. Sekelompok perwira militer Sierra Leone yang tidak puas melakukan kudeta pada Mei 1997 dan mendirikan Dewan Angkatan Bersenjata Revolusioner sebagai pemerintahan baru di negeri tersebut. Front Persatuan Revolusioner kemudian bergabung dengan kelompok perwira militer yang melakukan kudeta.
Keduanya dapat menaklukan kembali Freetown, ibukota Sierra Leone dengan hanya sedikit perlawanan. Menurut tulisan Lansana Gabriel yang berjudul "War and State Collapse: The Case of Sierra Leone" periode ini dipenuhi penjarahan, pemerkosaan hingga pembunuhan.
Para pemimpin dunia mulai melakukan diplomasi intervensi guna mendorong negosiasi antara Front Persatuan Revolusioner dengan pemerintah. Sebuah perjanjian perdamaian bernama Lomรฉ Peace Accord ditandatangani pada tanggal 27 Maret 1999.
Perjanjian itu menghasilkan pengangkatan Foday Sankoh selaku pemimpin Front Persatuan Revolusioner sebagai wakil presiden dan menguasai tambang berlian di Sierra Leone dengan konsekuensi mengakhiri pertempuran dan pelucutan senjata oleh pasukan perdamaian PBB.
Proses pelucutan berjalan lambat dan tidak konsisten hingga muncul pemberontakan kembali di Freetown. Dengan restu mandat dari PBB, operasi militer Inggris dan Guinea memukul mundur dan mengalahkan Front Persatuan Revolusioner. Presiden Kabbah pada 18 Januari 2002 kemudian mendeklarasikan berakhirnya perang saudara di Sierra Leone.
Selama perang saudara berlangsung, berlian menjadi aset utama oleh kelompok Front Persatuan Revolusioner. Mereka menguasai daerah pertambangan berlian, dan menjualnya untuk pendanaan perang dan pembelian berbagai senjata dari negara tetangga seperti Guinea, Liberia dan bahkan tentara nasional Sierra Leone seperti dipaparkan Ibrahim Abdullah dalam bukunya berjudul Between Democracy and Terror: The Sierra Leone Civil War. Tidak heran jika istilah berlian darah juga disematkan dalam kasus ini.
Kelompok ini merekrut para pengungsi dari Liberia yang lari ke perbatasan karena negaranya juga dilanda perang saudara. Pengungsi yang rata-rata didominasi oleh anak-anak ini kemudian diberi senjata dan dipaksa untuk bergabung bersama Front Persatuan Revolusioner.
Laporan Human Rights Watch menunjukkan bagaimana anak-anak dan orang dewasa memiliki anggota badan yang telah dipotong, anak perempuan dan wanita muda dibawa ke kamp para pemberontak dan mengalami pelecehan seksual. Pasukan pemerintah dan pasukan perdamaian pimpinan Nigeria bahkan malah mendukung perang ini meski pada tingkat yang rendah.
Sejak 2000, PBB telah mengambil tindakan dengan melarang di seluruh dunia untuk menerima berlian dari Sierra Leone. Dilansir BBC, embargo ini dimaksudkan untuk menekan perdagangan ilegal ekspor berlian yang selama ini mendanai pembelian persenjataan untuk perang sipil.
Laporan dari United State Departemen of Labor menyebut sebanyak 1.270 sekolah dasar hancur selama berlangsungnya perang sipil, dan menurut Lansana Gbriel telah menelan korban jiwa antara 50.000 sampai 300.000. Sebanyak 2.5 juta orang lainnya mengungsi baik masih di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Setahun setelah berakhirnya perang sipil yang berdarah-darah, PBB menghapus larangan ekspor berlian dari Sierra Leona. Tahun 2017 ini,International Monetary Fund memperkirakan ekspor berlian dari Sierra Leone bisa mencapai US$133 juta, meskipun penyelundupan berlian masih marak terjadi di negara tersebut.
Perang saudara di Sierra Leone ini telah menjadi latar dalam berbagai film layar lebar, di antaranya Blood Diamond pada 2006 yang dibintangi Leonardo Di Caprio, film-film dokumenter yang turut memenangkan penghargaan seperti Cey Freetown, hingga dibawa ke panggung musik hip hop oleh Kanye West berjudul "Diamonds from Sierra Leone." - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:Tirto
Kisah Berlian Berdarah di Sierra Leone
Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, March 24, 2017 | 10:35 AM
PT Kontak Perkasa Futures - Di Sierra Leone, seorang Pastor bernama Emmanuel Momoh dikejutkan dengan penemuan bongkahan berlian besar berbobot 706 karat di distrik Kono timur, Sierra Leone pada Kamis (16/3/2017).
Setelah menemukan batu Berlian tersebut, sang pastor kemudian memberikan hasil temuan berharganya kepada sesepuh Kono. Berlian tersebut kemudian berpindah tangan lagi ke Presiden Sieera Leone, Ernest Bai Koroma setelah diserahkan oleh Kono.
Seperti dilansir Reuters, sang presiden mengatakan bahwa dirinya mengucapkan terima kasih kepada kepala sesepuh Kono yang bertindak sebagai perantara dengan tidak menyelundupkan batu berlian besar itu ke luar negeri.
Kini, pemerintah Sierra Leone berencana melelang batu berlian tersebut.
“Dia [Koroma] menekankan pentingnya menjual berlian tersebut segera, agar bisa membagi keuntungan pada penemunya, juga bagi negara,” kata juru bicara kepresidenan Sierra Leone. Nilai dari berlian tersebut belum bisa ditaksir, tapi diperkirakan bisa mencapai jutaan dollar.
Sierra Leone, terutama wilayah timur dan selatan terutama Kono dan Kenema, memang kaya berlian aluvial dan mudah diakses oleh siapa saja yang punya sekop dan saringan.
Namun, keberadaan berlian telah memicu kekacauan pelayanan negara, korupsi, aksi memperkaya diri sendiri, dan mengabaikan pelayanan publik, bahkan menyokong terselenggaranya perang saudara selama satu dekade yang berakhir pada tahun 2002.
Istilah “Berlian Berdarah” disematkan dalam peristiwa perang tersebut lantaran dana penjualan berlian dibiayai untuk membeli senjata dan saling membunuh.
Langkah sesepuh Kono termasuk pastor tersebut sebenarnya demi menghindari kemungkinan kekacauan dan konflik sipil yang diakibatkan berlian.
Awal Mula Penemuan Berlian
Dalam tesis Kadiri Joseph Osikhena dari Vaxjo University yang berjudul The Role of Diamonds in Sierra Leone History and Conflict, disebut bahwa berlian ditemukan pertama kali di distrik Kono, sebuah kota kecil di Sierra Leone pada awal 1930an.
Kala itu, sekelompok tim survei geologi yang dipimpin oleh N.R Junner dan asistennya J.D. Pollet menemukan sepotong kristal di dekat aliran sungai Gboraba. Soal ini kemudian didengar oleh Inggris yang ketika itu masih menjajah Sierra Leone. Temuan berlian di Kono disebut-sebut sebagai salah satu jenis berlian berkualitas terbaik di dunia.
Perusahaan tambang Inggris bernama De Beer yang sebelumnya beroperasi di Ghana kemudian datang ke Sierra Leone untuk mengurusi segala keperluan dan peralatan pertambangan berlian. Pada 1935, sebuah perjanjian yang melibatkan otoritas kolonial Inggris dan De Beer dibuat, sehingga perusahaan ini punya hak menambang di Sierra Leone selama 99 tahun.
De Beer dikenai pajak penghasilan sebesar 27 persen dari laba yang berhasil dicapai dan diwajibkan menyediakan dana pembangunan khusus untuk distrik Kono. Kelompok lain, termasuk masyarakat adat setempat selaku pemilik tanah, harus puas dengan kebijakan perusahaan. Apalagi mereka juga tidak paham atas dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh pertambangan berlian ini.
Ketika memasuki tahun 1956, kenyamanan penguasa tambang berlian De Beer terusik manakala mulai banyak bermunculan praktik pertambangan ilegal di luar perusahaan besar. Penghasilan dan produktivitas tambang De Beer terganggu ketika tercatat di tahun tersebut terdapat hampir 75.000 penambang ilegal di distrik Kono.
Polemik ini berlanjut hingga kemerdekaan Sierra Leone dari tangan Inggris tahun 1961. Roda-roda pemerintahan banyak dijalankan dan diambil alih oleh sistem adat setelah sebelumnya berada dalam kekuasaan kolonial Inggris.
Tahun 1980an, hampir semua berlian di negara tersebut diselundupkan dan diperdagangkan secara ilegal sehingga pendapatannya dapat langsung diterima utuh di tangan investor swasta. Hingga saat De Beers akhirnya ditarik keluar pada tahun 1984, pemerintah Sierra Leone masih kehilangan kontrol langsung atas daerah pertambangan berlian.
Laporan dari Insight berjudul "The Heart of the Matter: Sierra Leone, Diamonds and Human Security" menyebutkan pada periode tersebut perdagangan berlian didominasi oleh para pedagang dari Lebanon dan Israel, yang punya koneksi langsung ke pasar berlian internasional.
Kala itu, Joseph Momoh, Presiden Sierra Leone pengganti Stevens yang mundur pada 1985 telah membuat beberapa upaya untuk mengurangi penyelundupan dan korupsi di sektor pertambangan berlian, tapi ketiadaan dukungan kekuatan politik menjadi kendala penegakan aturan tersebut.
Selama tujuh tahun pemerintahan Momoh berikutnya, keadaan negara malah semakin memburuk hingga tidak mampu lagi membayar para pegawai negeri sipil. Mereka yang putus asa kemudian menggeledah dan menjarah kantor-kantor pemerintah menjadi pemandangan yang lazim. Titik terendah terjadi ketika pemerintah tidak sanggup membayar para guru sekolah dan seketika sistem pendidikan menjadi runtuh.
Puncaknya adalah tahun 1991, ketika Sierra Leone menduduki peringkat sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Ketidakpuasan publik termasuk kepada Presiden Joseph Momoh semakin meluas hingga terbentuklah kelompok bersenjata berhaluan nasionalis bernama Front Persatuan Revolusioner yang dipimpin oleh Foday Sankoh.
Meletusnya Perang Sipil
Dimulai pada tanggal 23 Maret 1991, Front Persatuan Revolusioner memulai kampanye menggulingkan pemerintahan Joseph Momoh dan sekaligus sebagai penanda awal perang saudara di Siera Leone.
Dalam tahun pertama peperangan, Front Persatuan Revolusioner menguasai sebagian besar wilayah di timur dan selatan Sierra Leone, ladang utama penghasil berlian. Pasukan militer Sierra Leone bukannya tanpa melawan. Sekira akhir 1993, militer Sierra Leone berhasil mendorong Front Persatuan Revolusioner kembali ke perbatasan Liberia. Namun, Front menghantam balik, sehingga peperangan terjadi di antara kedua kubu ini.
Sebuah perusahaan militer swasta bernama Executive Outcomes yang berbasis di Afrika Selatan diketahui juga dikerahkan untuk mengusir Front Persatuan Revolusioner pada 1995. Setahun kemudian, Sierra Leone menyelenggarakan pemilihan umum dan Front Persatuan Revolusioner mau berdamai di bawah perjanjian Abidjan Peace Accord.
Namun, tidak lama kemudian peperangan kembali berlangsung. Sekelompok perwira militer Sierra Leone yang tidak puas melakukan kudeta pada Mei 1997 dan mendirikan Dewan Angkatan Bersenjata Revolusioner sebagai pemerintahan baru di negeri tersebut. Front Persatuan Revolusioner kemudian bergabung dengan kelompok perwira militer yang melakukan kudeta.
Keduanya dapat menaklukan kembali Freetown, ibukota Sierra Leone dengan hanya sedikit perlawanan. Menurut tulisan Lansana Gabriel yang berjudul "War and State Collapse: The Case of Sierra Leone" periode ini dipenuhi penjarahan, pemerkosaan hingga pembunuhan.
Para pemimpin dunia mulai melakukan diplomasi intervensi guna mendorong negosiasi antara Front Persatuan Revolusioner dengan pemerintah. Sebuah perjanjian perdamaian bernama Lomรฉ Peace Accord ditandatangani pada tanggal 27 Maret 1999.
Perjanjian itu menghasilkan pengangkatan Foday Sankoh selaku pemimpin Front Persatuan Revolusioner sebagai wakil presiden dan menguasai tambang berlian di Sierra Leone dengan konsekuensi mengakhiri pertempuran dan pelucutan senjata oleh pasukan perdamaian PBB.
Proses pelucutan berjalan lambat dan tidak konsisten hingga muncul pemberontakan kembali di Freetown. Dengan restu mandat dari PBB, operasi militer Inggris dan Guinea memukul mundur dan mengalahkan Front Persatuan Revolusioner. Presiden Kabbah pada 18 Januari 2002 kemudian mendeklarasikan berakhirnya perang saudara di Sierra Leone.
Selama perang saudara berlangsung, berlian menjadi aset utama oleh kelompok Front Persatuan Revolusioner. Mereka menguasai daerah pertambangan berlian, dan menjualnya untuk pendanaan perang dan pembelian berbagai senjata dari negara tetangga seperti Guinea, Liberia dan bahkan tentara nasional Sierra Leone seperti dipaparkan Ibrahim Abdullah dalam bukunya berjudul Between Democracy and Terror: The Sierra Leone Civil War. Tidak heran jika istilah berlian darah juga disematkan dalam kasus ini.
Kelompok ini merekrut para pengungsi dari Liberia yang lari ke perbatasan karena negaranya juga dilanda perang saudara. Pengungsi yang rata-rata didominasi oleh anak-anak ini kemudian diberi senjata dan dipaksa untuk bergabung bersama Front Persatuan Revolusioner.
Laporan Human Rights Watch menunjukkan bagaimana anak-anak dan orang dewasa memiliki anggota badan yang telah dipotong, anak perempuan dan wanita muda dibawa ke kamp para pemberontak dan mengalami pelecehan seksual. Pasukan pemerintah dan pasukan perdamaian pimpinan Nigeria bahkan malah mendukung perang ini meski pada tingkat yang rendah.
Sejak 2000, PBB telah mengambil tindakan dengan melarang di seluruh dunia untuk menerima berlian dari Sierra Leone. Dilansir BBC, embargo ini dimaksudkan untuk menekan perdagangan ilegal ekspor berlian yang selama ini mendanai pembelian persenjataan untuk perang sipil.
Laporan dari United State Departemen of Labor menyebut sebanyak 1.270 sekolah dasar hancur selama berlangsungnya perang sipil, dan menurut Lansana Gbriel telah menelan korban jiwa antara 50.000 sampai 300.000. Sebanyak 2.5 juta orang lainnya mengungsi baik masih di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Setahun setelah berakhirnya perang sipil yang berdarah-darah, PBB menghapus larangan ekspor berlian dari Sierra Leona. Tahun 2017 ini,International Monetary Fund memperkirakan ekspor berlian dari Sierra Leone bisa mencapai US$133 juta, meskipun penyelundupan berlian masih marak terjadi di negara tersebut.
Perang saudara di Sierra Leone ini telah menjadi latar dalam berbagai film layar lebar, di antaranya Blood Diamond pada 2006 yang dibintangi Leonardo Di Caprio, film-film dokumenter yang turut memenangkan penghargaan seperti Cey Freetown, hingga dibawa ke panggung musik hip hop oleh Kanye West berjudul "Diamonds from Sierra Leone." - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:Tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:35 AM
10:21 AM
Keprihatinan Djarot pada Pertunjukkan Wayang Orang di Jakarta
Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, March 23, 2017 | 10:21 AM
PT Kontak Perkasa - Jakarta Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat blusukan ke Paguyuban Ketoprak Adhi Budaya di Jalan Ancol Selatan, Sunter Agung, Jakarta Utara. Dalam kesempatan ini Djarot mengaku prihatin, lantaran kebudayaan seperti ketoprak dan wayang orang mulai dilupakan masyarakat, khususnya anak muda.
Djarot mengaku sering menonton pertujukkan wayang orang bersama istri dan kakaknya. Dia pun menceritakan ketika menonton wayang orang, yang ternyata sebagian besar penontonnya turis.
"Saya ini betul-betul nonton, saya betul-betul prihatin, di sana ada wayang orang Sriwedari, sindennya bule. Tapi yang nonton itu enggak ada 20 orang, enggak ada 30 orang, dan saya lihat separuhnya itu bule, turis, padahal itu malam minggu. Saya nonton dengan kakak saya dan istri saya," cerita Djarot saat blusukan.
Padahal, menurut Djarot, harga tiket untuk nonton pertunjukkan tradisional itu relatif murah. "Tiketnya murah, tapi enggak ada yang nonton, tiketnya Rp 3.000 saja," ujar dia.
Cawagub petahana ini pun menyempatkan diri untuk menemui para pemain wayang orang. Para pemeran wayang orang itu memiliki profesi bermacam-macam.
"Mereka profesinya macam-macam, ada yang jualan di pasar, tukang becak, enggak ada dibayar, malah tombok, tekor. Tapi mereka mau saja karena kecintaannya (pada wayang orang)," tutur Djarot.
Menurut dia, pecinta wayang orang jumlahnya semakin lama semakin berkurang. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah agar budaya ini tidak hilang.
"Orang-orang seperti ini semakin lama semakin habis kalau pemerintah tidak ikut campur tangan. Sebetulnya, pemerintah kita harusnya peduli budaya-budaya lokal," kata Djarot.
Tak hanya itu, Djarot juga mengaku setiap ada pertunjukan ludruk di Surabaya, dirinya berusaha menontonnya.
"Saya selalu di Surabaya kalau ada pertunjukkan ludruk di lapangan, Ludruk Tobong, tapi ludruk lama-lama habis," ujar dia.
Karena itu, Djarot menandaskan, budaya seperti wayang orang, ketoprak, ludruk, dan sebagainya menjadi tantangan bersama agar tidak punah ditelan zaman.
Janji Djarot
Djarot pun berjanji akan membantu melestarikan kebudayaan daerah, agar seni pertunjukkan seperti ketoprak atau wayang orang serta kebudayaan lainnya di Jakarta tidak punah.
"Ini tantangan bagi kita semua bagaimana kita bisa menyegarkan (beragam pertunjukkan budaya), dengan sentuhan-sentuhan teknologi. Kami akan bantu itu," kata dia.
Dengan adanya Gedung Wayang Bharata di Senen, Jakarta Pusat, kata Djarot, pihaknya siap membantu merawatnya dengan memadukan teknologi hingga bisa dicintai anak muda.
"Gedung sudah bagus, nanti kita akan bantu. Nanti ada juga pertunjukkan lain. Ini semua kita bangun di Jakarta, jadi tolong dibantu. Kami bantu bapak melestarikan, bapak bantu supaya menarik," Djarot memungkasi.
Sementara, dalam kunjungan ini, hadir pendiri dan anggota Ketoprak Adhi Budaya serta Wayang Orang Adhi Bharata. Mereka sempat menyampaikan harapan dan keinginannya kepada Djarot.
"Harapan pertama semoga Bapak (Djarot) bisa duduk di jabatan wakil gubernur kembali. Harapan yang kedua untuk tidak melupakan nasib seniman, seniwati panggung wayang orang dan wayang ketoprak," ujar pendiri sekaligus pemain serta sutradara Ketoprak Adhi Budaya, Aris Mukadi - PT Kontak Perkasa
Sumber : pilkada.liputan6
Djarot mengaku sering menonton pertujukkan wayang orang bersama istri dan kakaknya. Dia pun menceritakan ketika menonton wayang orang, yang ternyata sebagian besar penontonnya turis.
"Saya ini betul-betul nonton, saya betul-betul prihatin, di sana ada wayang orang Sriwedari, sindennya bule. Tapi yang nonton itu enggak ada 20 orang, enggak ada 30 orang, dan saya lihat separuhnya itu bule, turis, padahal itu malam minggu. Saya nonton dengan kakak saya dan istri saya," cerita Djarot saat blusukan.
Padahal, menurut Djarot, harga tiket untuk nonton pertunjukkan tradisional itu relatif murah. "Tiketnya murah, tapi enggak ada yang nonton, tiketnya Rp 3.000 saja," ujar dia.
Cawagub petahana ini pun menyempatkan diri untuk menemui para pemain wayang orang. Para pemeran wayang orang itu memiliki profesi bermacam-macam.
"Mereka profesinya macam-macam, ada yang jualan di pasar, tukang becak, enggak ada dibayar, malah tombok, tekor. Tapi mereka mau saja karena kecintaannya (pada wayang orang)," tutur Djarot.
Menurut dia, pecinta wayang orang jumlahnya semakin lama semakin berkurang. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah agar budaya ini tidak hilang.
"Orang-orang seperti ini semakin lama semakin habis kalau pemerintah tidak ikut campur tangan. Sebetulnya, pemerintah kita harusnya peduli budaya-budaya lokal," kata Djarot.
Tak hanya itu, Djarot juga mengaku setiap ada pertunjukan ludruk di Surabaya, dirinya berusaha menontonnya.
"Saya selalu di Surabaya kalau ada pertunjukkan ludruk di lapangan, Ludruk Tobong, tapi ludruk lama-lama habis," ujar dia.
Karena itu, Djarot menandaskan, budaya seperti wayang orang, ketoprak, ludruk, dan sebagainya menjadi tantangan bersama agar tidak punah ditelan zaman.
Janji Djarot
Djarot pun berjanji akan membantu melestarikan kebudayaan daerah, agar seni pertunjukkan seperti ketoprak atau wayang orang serta kebudayaan lainnya di Jakarta tidak punah.
"Ini tantangan bagi kita semua bagaimana kita bisa menyegarkan (beragam pertunjukkan budaya), dengan sentuhan-sentuhan teknologi. Kami akan bantu itu," kata dia.
Dengan adanya Gedung Wayang Bharata di Senen, Jakarta Pusat, kata Djarot, pihaknya siap membantu merawatnya dengan memadukan teknologi hingga bisa dicintai anak muda.
"Gedung sudah bagus, nanti kita akan bantu. Nanti ada juga pertunjukkan lain. Ini semua kita bangun di Jakarta, jadi tolong dibantu. Kami bantu bapak melestarikan, bapak bantu supaya menarik," Djarot memungkasi.
Sementara, dalam kunjungan ini, hadir pendiri dan anggota Ketoprak Adhi Budaya serta Wayang Orang Adhi Bharata. Mereka sempat menyampaikan harapan dan keinginannya kepada Djarot.
"Harapan pertama semoga Bapak (Djarot) bisa duduk di jabatan wakil gubernur kembali. Harapan yang kedua untuk tidak melupakan nasib seniman, seniwati panggung wayang orang dan wayang ketoprak," ujar pendiri sekaligus pemain serta sutradara Ketoprak Adhi Budaya, Aris Mukadi - PT Kontak Perkasa
Sumber : pilkada.liputan6
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:21 AM
9:32 AM
Kontak Perkasa Futures - Forbes, Selasa (21/3/2017), baru saja mengumumkan daftar orang terkaya di dunia. Bill Gates kembali menduduki posisi pertama yang kemudian diikuti oleh Warrent Buffet, Carlos Slim Helu hingga Mark Zuckerberg.
Namun, di balik luar biasanya kekayaan orang-orang tersebut, ada hal yang justru membuat kagum. Mereka rajin menyumbangkan kekayaannya untuk amal.
1. Bill Gates
Pendiri Microsoft Bill Gates yang menduduki posisi puncak dengan harta senilai US$ 86 miliar atau setara dengan Rp 1.143 triliun. Lewat yayasan amal terbesar di dunia yang didirikan bersama istri, Bill & Melinda Gates Foundation, Ia berjanji akan menyumbangkan sebagian besar hartanya.
Saat ini, Bill diketahui sudah mengucurkan lebih dari US$ 30 miliar ke yayasannya itu. Dan sisanya akan diberikan secara bertahap, disalurkan untuk memberantas penyakit dan kemiskinan.
2. Warren Buffet
Pendiri Berkshire Hathaway, memiliki harta US$ 75,6 miliar atau setara Rp 1.005,4 triliun. Ia juga ikut menyisihkan sebagian besar hartanya untuk amal.
Pada 2011 lalu, Buffet memberikan kepada Bill dan Melinda Gates Foundation sebanyak 23,31 juta lembar saham dalam perusahaan investasi miliknya (harga saham saat itu US$ 76,52).
3. Carlos Slim Helu
Pengusaha telokomunikasi asal Meksiko ini memiliki kekayaan sebesar US$ 54,5 miliar.
Slim memang punya yayasan sendiri, Carlos Slim Foundation dan sudah mengeluarkan uang sekitar US$ 4 miliar untuk yayasan tersebut.
4. Mark Zuckerberg
Tahun lalu Pendiri dan CEO Facebook tersebut menginvestasikan uang senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 39 triliun untuk memberantas penyakit.
Uang yang begitu banyak itu akan dikucurkan secara bertahap melalui yayasan Chan Zuckerberg Initiative dalam satu dekade ke depan. Ambisi Zuck amat tinggi, yakni menyembuhkan, mengendalikan atau mencegah segala penyakit dengan tenggat waktu sampai akhir abad ini.
Usianya baru 32 tahun akan tetapi harta Zuckenberg mencapai US$ 56 miliar atau setara Rp 744,8 triliun. Kontak Perkasa Futures
Orang Kaya Ini Uangnya Tak Habis-habis Meski Rajin Beramal
Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, March 22, 2017 | 9:32 AM
Namun, di balik luar biasanya kekayaan orang-orang tersebut, ada hal yang justru membuat kagum. Mereka rajin menyumbangkan kekayaannya untuk amal.
1. Bill Gates
Pendiri Microsoft Bill Gates yang menduduki posisi puncak dengan harta senilai US$ 86 miliar atau setara dengan Rp 1.143 triliun. Lewat yayasan amal terbesar di dunia yang didirikan bersama istri, Bill & Melinda Gates Foundation, Ia berjanji akan menyumbangkan sebagian besar hartanya.
Saat ini, Bill diketahui sudah mengucurkan lebih dari US$ 30 miliar ke yayasannya itu. Dan sisanya akan diberikan secara bertahap, disalurkan untuk memberantas penyakit dan kemiskinan.
2. Warren Buffet
Pendiri Berkshire Hathaway, memiliki harta US$ 75,6 miliar atau setara Rp 1.005,4 triliun. Ia juga ikut menyisihkan sebagian besar hartanya untuk amal.
Pada 2011 lalu, Buffet memberikan kepada Bill dan Melinda Gates Foundation sebanyak 23,31 juta lembar saham dalam perusahaan investasi miliknya (harga saham saat itu US$ 76,52).
3. Carlos Slim Helu
Pengusaha telokomunikasi asal Meksiko ini memiliki kekayaan sebesar US$ 54,5 miliar.
Slim memang punya yayasan sendiri, Carlos Slim Foundation dan sudah mengeluarkan uang sekitar US$ 4 miliar untuk yayasan tersebut.
4. Mark Zuckerberg
Tahun lalu Pendiri dan CEO Facebook tersebut menginvestasikan uang senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 39 triliun untuk memberantas penyakit.
Uang yang begitu banyak itu akan dikucurkan secara bertahap melalui yayasan Chan Zuckerberg Initiative dalam satu dekade ke depan. Ambisi Zuck amat tinggi, yakni menyembuhkan, mengendalikan atau mencegah segala penyakit dengan tenggat waktu sampai akhir abad ini.
Usianya baru 32 tahun akan tetapi harta Zuckenberg mencapai US$ 56 miliar atau setara Rp 744,8 triliun. Kontak Perkasa Futures
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:32 AM