Powered by Blogger.
Latest Post
1:55 PM
Anies Tak Jadi Hapus LPJ RT/RW Hanya Akan Menyederhanakannya
Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, December 8, 2017 | 1:55 PM
PT KONTAK PERKASA-Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mulanya berencana menghapus laporan pertanggungjawaban dana operasional RT/RW mulai tahun depan. Alasannya, dia ingin pengurus RT/RW fokus melayani warga dibandingkan dengan hanya sibuk mengurus persoalan administrasi.
"Mulai 2018, Bapak, Ibu (RT/RW) tidak perlu menuliskan laporan ( LPJ dana operasional) lagi," ujar Anies dalam pertemuan bersama ketua RT/RW se-Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Belakangan, Anies memutuskan LPJ itu tetap ada. Pengurus RT/RW mencatat pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya dalam buku keuangan RT/RW.
Pertanggungjawaban itu langsung dilaporkan kepada warga melalui forum musyawarah RT/RW sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan. Laporan tersebut juga ditembuskan ke kelurahan.
Keputusan itu mengubah rencana kebijakan sebelumnya, yakni RT/RW menyerahkan LPJ dana operasional ke kelurahan setiap tiga bulan. LPJ RT/RW nanti dibuat sesuai format yang ditentukan dalam keputusan gubernur yang akan diteken Anies.
"Laporannya (RT/RW) ada, singkat sekali, dan itu formatnya yang mereka bisa pakai untuk warga. Jadi, laporan mereka ke warga," kata Anies, Kamis (7/12/2007).
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut, salah satunya karena ketua RT/RW dipilih warga di lingkungan mereka. Alasan lainnya karena dana yang diterima RT/RW bukan hanya berasal dari Pemprov DKI Jakarta. Ada pula sumber dana lain yang harus dicatat dalam buku keuangan, seperti dari swadaya masyarakat.
Laporan menumpuk
Anies menyebut LPJ dana operasional RT/RW dengan sistem yang selama ini diterapkan Pemprov DKI Jakarta selalu menumpuk. Ada 30.407 RT dan 2.732 RW sehingga jumlahnya 33.139 RT/RW. Anies mempertanyakan pengawasan laporan yang menumpuk itu.
"Kalau dilaporkan jumlahnya 33.000 gimana ngawasin-nya coba? Saya tanya kepada Anda, terima laporan 33.000, gimana ngecek-nya, ayo? Tiap bulan, tuh. Mana yang lebih bisa dipertanggungjawabkan?" katanya.
Dengan mekanisme pelaporan yang baru, Anies menyebut RT dan RW lebih bertanggung jawab menggunakan dana sesuai dengan kebutuhan di lingkungannya. Dia berharap partisipasi warga juga lebih tinggi untuk mengawasi pemakaian dana tersebut.
"Dengan cara begitu (laporan kepada warga), pengawasan program ini akan jauh lebih mudah karena diawasi warga," kata Anies.
KPI RT/RW dan kuitansi dihapus
Kepala Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta Premi Lasari mengatakan, LPJ dana operasional RT/RW disederhanakan mulai tahun depan. Caranya dengan menghapus key performance indicator (KPI) yang harus diisi ketua RT/RW sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1197 Tahun 2017 tentang Pemberian Uang Tugas dan Fungsi RT/RW yang ditandatangani gubernur saat itu, Djarot Saiful Hidayat. KPI itu tidak bisa selalu dipenuhi ketua RT/RW.
Selain KPI, ada beberapa format yang juga harus diisi RT/RW. Anies akan menghapus ketentuan KPI dan banyaknya format itu dalam SK yang akan ditekennya.
"Jadi, ini yang bikin berat itu, ada KPI-nya, kemudian ada formatnya cukup banyak. Ada format A1, A2, B1, B2, C, D, banyak enggak? Ribet enggak? Jadinya disederhanakan," ujar Premi.
Pemprov DKI Jakarta juga tidak akan mewajibkan RT/RW melaporkan kuitansi setiap transaksi yang dilakukan untuk menunjang operasional RT/RW. Alasannya, tidak semua transaksi memiliki kuitansi dan itu membuat RT/RW bikin laporan palsu.
"Kemarin, kan, si warganya (RT/RW) bilang, 'Pak, saya harus bikin kuitansi.' Jadi pada bohong. Nah itulah yang dihapuskan," kata Premi.
Dalam draf keputusan gubernur yang diterima Kompas.com, ada satu lembar laporan penggunaan uang penyelenggaraan tugas dan fungsi RT/RW yang harus diisi setiap bulan. Dalam laporan itu tercantum beberapa kolom yang berisi saldo bulan sebelumnya (sisa penggunaan dana), jumlah dana yang diterima, kolom untuk setiap pengeluaran di bulan tersebut, total pengeluaran, dan sisa penggunaan dana pada bulan tersebut.-PT KONTAK PERKASA
"Mulai 2018, Bapak, Ibu (RT/RW) tidak perlu menuliskan laporan ( LPJ dana operasional) lagi," ujar Anies dalam pertemuan bersama ketua RT/RW se-Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Belakangan, Anies memutuskan LPJ itu tetap ada. Pengurus RT/RW mencatat pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya dalam buku keuangan RT/RW.
Pertanggungjawaban itu langsung dilaporkan kepada warga melalui forum musyawarah RT/RW sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan. Laporan tersebut juga ditembuskan ke kelurahan.
Keputusan itu mengubah rencana kebijakan sebelumnya, yakni RT/RW menyerahkan LPJ dana operasional ke kelurahan setiap tiga bulan. LPJ RT/RW nanti dibuat sesuai format yang ditentukan dalam keputusan gubernur yang akan diteken Anies.
"Laporannya (RT/RW) ada, singkat sekali, dan itu formatnya yang mereka bisa pakai untuk warga. Jadi, laporan mereka ke warga," kata Anies, Kamis (7/12/2007).
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut, salah satunya karena ketua RT/RW dipilih warga di lingkungan mereka. Alasan lainnya karena dana yang diterima RT/RW bukan hanya berasal dari Pemprov DKI Jakarta. Ada pula sumber dana lain yang harus dicatat dalam buku keuangan, seperti dari swadaya masyarakat.
Laporan menumpuk
Anies menyebut LPJ dana operasional RT/RW dengan sistem yang selama ini diterapkan Pemprov DKI Jakarta selalu menumpuk. Ada 30.407 RT dan 2.732 RW sehingga jumlahnya 33.139 RT/RW. Anies mempertanyakan pengawasan laporan yang menumpuk itu.
"Kalau dilaporkan jumlahnya 33.000 gimana ngawasin-nya coba? Saya tanya kepada Anda, terima laporan 33.000, gimana ngecek-nya, ayo? Tiap bulan, tuh. Mana yang lebih bisa dipertanggungjawabkan?" katanya.
Dengan mekanisme pelaporan yang baru, Anies menyebut RT dan RW lebih bertanggung jawab menggunakan dana sesuai dengan kebutuhan di lingkungannya. Dia berharap partisipasi warga juga lebih tinggi untuk mengawasi pemakaian dana tersebut.
"Dengan cara begitu (laporan kepada warga), pengawasan program ini akan jauh lebih mudah karena diawasi warga," kata Anies.
KPI RT/RW dan kuitansi dihapus
Kepala Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta Premi Lasari mengatakan, LPJ dana operasional RT/RW disederhanakan mulai tahun depan. Caranya dengan menghapus key performance indicator (KPI) yang harus diisi ketua RT/RW sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1197 Tahun 2017 tentang Pemberian Uang Tugas dan Fungsi RT/RW yang ditandatangani gubernur saat itu, Djarot Saiful Hidayat. KPI itu tidak bisa selalu dipenuhi ketua RT/RW.
Selain KPI, ada beberapa format yang juga harus diisi RT/RW. Anies akan menghapus ketentuan KPI dan banyaknya format itu dalam SK yang akan ditekennya.
"Jadi, ini yang bikin berat itu, ada KPI-nya, kemudian ada formatnya cukup banyak. Ada format A1, A2, B1, B2, C, D, banyak enggak? Ribet enggak? Jadinya disederhanakan," ujar Premi.
Pemprov DKI Jakarta juga tidak akan mewajibkan RT/RW melaporkan kuitansi setiap transaksi yang dilakukan untuk menunjang operasional RT/RW. Alasannya, tidak semua transaksi memiliki kuitansi dan itu membuat RT/RW bikin laporan palsu.
"Kemarin, kan, si warganya (RT/RW) bilang, 'Pak, saya harus bikin kuitansi.' Jadi pada bohong. Nah itulah yang dihapuskan," kata Premi.
Dalam draf keputusan gubernur yang diterima Kompas.com, ada satu lembar laporan penggunaan uang penyelenggaraan tugas dan fungsi RT/RW yang harus diisi setiap bulan. Dalam laporan itu tercantum beberapa kolom yang berisi saldo bulan sebelumnya (sisa penggunaan dana), jumlah dana yang diterima, kolom untuk setiap pengeluaran di bulan tersebut, total pengeluaran, dan sisa penggunaan dana pada bulan tersebut.-PT KONTAK PERKASA
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 1:55 PM
9:30 AM
Arini Subianto, Wanita Terkaya RI Berharta Rp 11 Triliun
Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, December 7, 2017 | 9:30 AM
KONTAK PERKASA FUTURES - Nama Arini Subianto melejit ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes 2017. Ia berada di peringkat 37 orang terkaya RI dan berada di posisi pertama untuk wanita terkaya RI.
Dari mana Arini Subianto mendapatkan kekayaannya? Seperti dilansir dari Forbes, Arini mewarisi harta dari ayahnya, konglomerat Benny Subianto yang meninggal pada Januari 2017.
Arini adalah anak sulung dari tiga bersaudara yang semuanya wanita. Benny Subianto pernah mengatakan bahwa dia menginginkan setidaknya satu dari tiga putrinya mengambil alih bisnisnya.
Keinginan tersebut akhirnya terwujud saat Arini mengambil alih perusahaan keluarga mereka. Ibu dari dua anak ini sejatinya tidak asing dengan dunia bisnis. Setelah mendapatkan S1 dari Parsons School of Design dan S2 di Fordham University, di New Yok, Amerika Serikat, Arini membuka toko hadiah dan furnitur di Jakarta.
Dua tahun kemudian, dia menggabungkan toko kecilnya dengan toko buku tetangga, Aksara, bersama teman SMP dia, Winfred Hutabarat. "Kami memutuskan untuk membangun sesuatu yang unik di Jakarta, membawa pulang pengalaman retail yang kami dapatkan di Amerika," kata Arinidikutip di Forbes.
Arini dikenal pula sebagai sosialita, namun bisnisnya bersama Aksara telah menunjukkan keterampilan bisnis wanita terkaya ini. Aksara hari ini memiliki tiga lokasi di Jakarta, menjadi suatu tempat yang menjual berbagai macam hal mulai dari buku-buku asing hingga CD dan hadiah.
Kini Arini Subianto adalah direktur utama perusahaan induk keluarganya, Persada Capital Investama. Sebagai anak perempuan tertua, Arini yang berumur 47 tahun mengawasi investasi Persada dalam berbagai macam hal, mulai dari produk pengolahan kayu dan minyak sawit hingga pengolah karet dan batu bara. - KONTAK PERKASA FUTURES
Dari mana Arini Subianto mendapatkan kekayaannya? Seperti dilansir dari Forbes, Arini mewarisi harta dari ayahnya, konglomerat Benny Subianto yang meninggal pada Januari 2017.
Arini adalah anak sulung dari tiga bersaudara yang semuanya wanita. Benny Subianto pernah mengatakan bahwa dia menginginkan setidaknya satu dari tiga putrinya mengambil alih bisnisnya.
Keinginan tersebut akhirnya terwujud saat Arini mengambil alih perusahaan keluarga mereka. Ibu dari dua anak ini sejatinya tidak asing dengan dunia bisnis. Setelah mendapatkan S1 dari Parsons School of Design dan S2 di Fordham University, di New Yok, Amerika Serikat, Arini membuka toko hadiah dan furnitur di Jakarta.
Dua tahun kemudian, dia menggabungkan toko kecilnya dengan toko buku tetangga, Aksara, bersama teman SMP dia, Winfred Hutabarat. "Kami memutuskan untuk membangun sesuatu yang unik di Jakarta, membawa pulang pengalaman retail yang kami dapatkan di Amerika," kata Arinidikutip di Forbes.
Arini dikenal pula sebagai sosialita, namun bisnisnya bersama Aksara telah menunjukkan keterampilan bisnis wanita terkaya ini. Aksara hari ini memiliki tiga lokasi di Jakarta, menjadi suatu tempat yang menjual berbagai macam hal mulai dari buku-buku asing hingga CD dan hadiah.
Kini Arini Subianto adalah direktur utama perusahaan induk keluarganya, Persada Capital Investama. Sebagai anak perempuan tertua, Arini yang berumur 47 tahun mengawasi investasi Persada dalam berbagai macam hal, mulai dari produk pengolahan kayu dan minyak sawit hingga pengolah karet dan batu bara. - KONTAK PERKASA FUTURES
Sumber: tempo.co
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:30 AM
9:37 AM
Menurut Febri, kunjungan untuk Ketua Umum Golkar itu sudah sesuai dengan prosedur. Sebelumnya, Fredrich mengatakan penyidik KPK menolak lima kali permohonan kunjungan pada 19, 21, 23, 28, dan 30 November 2017.
Pembesuk yang diajukan mengunjungi Setya itu di antaranya pejabat negara, seperti Wakil Ketua DPR, Ketua Komisi DPR, anggota DPR, petinggi-petinggi Partai Golkar, bahkan anak, saudara, dan kerabat, tapi tidak diizinkan. "Semua ditolak, yang diizinkan hanya penasihat hukum," ujar Fredrich dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 4 Desember 2017.
Fredrich juga mempersoalkan makanan dan baju Ketua DPR yang disangka korupsi merugikan negara Rp2,3 triliun itu. Dia mengkritik pembatasan pemberian makanan oleh KPK karena hanya diperbolehkan makan satu kotak kecil. "Dan hanya boleh pada Senin dan Kamis, diberikan oleh istri Setya saja," ucapnya.
KPK, kata Fredrich, tidak mengizinkan Ketua Umum Partai Golkar itu berobat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat dan Rumah Sakit Premier tempat kliennya dioperasi. "Minta dokter pribadi datang ditolak, mengundang kiai atau imam ditolak juga," tuturnya.
Perlakuan KPK terhadap tersangka korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik senilai Rp5,84 triliun itu dianggap Fredrich tidak sesuai dengan beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang berkaitan dengan hak tahanan, di antaranya Pasal 58, 60, 61, dan 63. "Satu pun pasal KUHAP yang merupakan hukum acara pidana satu-satunya di NKRI tidak digubris oleh KPK," katanya.
Fredrich menuding KPK memperlakukan Ketua DPR itu seperti binatang yang diisolasi. Padahal, menurut dia, KPK tidak berwenang mengatur rumah tahanan yang seharusnya menjadi wewenang Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ia juga menuding rumah tahanan KPK menjadi kaki tangan penyidik KPK untuk melecehkan hak kliennya. "Di mana letak hati nurani dan kepatuhan terhadap hukum bagi KPK yang mengaku sebagai penegak hukum?" ujarnya.
Soal izin berobat, Febri mengatakan pengobatan untuk Setya Novanto sudah difasilitasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. "Hal itu merupakan kelanjutan dari perawatan sebelumnya," ucapnya. - PT KONTAK PERKASA FUTURES
KPK Dituding Kejam oleh Pengacara Setya Novanto
Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, December 6, 2017 | 9:37 AM
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menampik tudingan penasihat hukum Setya Novanto, Fredrich Yunadi, yang menganggap KPK kejam karena menolak kunjungan untuk kliennya. "Jadwal kunjungan Senin dan Kamis, berlaku sama untuk semua tahanan," kata juru bicara KPK, Febri Diansyah, saat dihubungi Tempo, Selasa, 5 Desember 2017.
Menurut Febri, kunjungan untuk Ketua Umum Golkar itu sudah sesuai dengan prosedur. Sebelumnya, Fredrich mengatakan penyidik KPK menolak lima kali permohonan kunjungan pada 19, 21, 23, 28, dan 30 November 2017.
Pembesuk yang diajukan mengunjungi Setya itu di antaranya pejabat negara, seperti Wakil Ketua DPR, Ketua Komisi DPR, anggota DPR, petinggi-petinggi Partai Golkar, bahkan anak, saudara, dan kerabat, tapi tidak diizinkan. "Semua ditolak, yang diizinkan hanya penasihat hukum," ujar Fredrich dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 4 Desember 2017.
Fredrich juga mempersoalkan makanan dan baju Ketua DPR yang disangka korupsi merugikan negara Rp2,3 triliun itu. Dia mengkritik pembatasan pemberian makanan oleh KPK karena hanya diperbolehkan makan satu kotak kecil. "Dan hanya boleh pada Senin dan Kamis, diberikan oleh istri Setya saja," ucapnya.
KPK, kata Fredrich, tidak mengizinkan Ketua Umum Partai Golkar itu berobat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat dan Rumah Sakit Premier tempat kliennya dioperasi. "Minta dokter pribadi datang ditolak, mengundang kiai atau imam ditolak juga," tuturnya.
Perlakuan KPK terhadap tersangka korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik senilai Rp5,84 triliun itu dianggap Fredrich tidak sesuai dengan beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang berkaitan dengan hak tahanan, di antaranya Pasal 58, 60, 61, dan 63. "Satu pun pasal KUHAP yang merupakan hukum acara pidana satu-satunya di NKRI tidak digubris oleh KPK," katanya.
Fredrich menuding KPK memperlakukan Ketua DPR itu seperti binatang yang diisolasi. Padahal, menurut dia, KPK tidak berwenang mengatur rumah tahanan yang seharusnya menjadi wewenang Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ia juga menuding rumah tahanan KPK menjadi kaki tangan penyidik KPK untuk melecehkan hak kliennya. "Di mana letak hati nurani dan kepatuhan terhadap hukum bagi KPK yang mengaku sebagai penegak hukum?" ujarnya.
Soal izin berobat, Febri mengatakan pengobatan untuk Setya Novanto sudah difasilitasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. "Hal itu merupakan kelanjutan dari perawatan sebelumnya," ucapnya. - PT KONTAK PERKASA FUTURES
sumber: Tempo.co
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:37 AM
10:12 AM
"Sebentar lagi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memasuki masa pensiun pada 1 April 2018. Sedangkan penunjukan Hadi sebagai calon pengganti Gatot sesuai dengan yang terlampir dalam surat persetujuan ke DPR," ujar Johan, Senin, 4 Desember 2017.
Johan menyebut Hadi dianggap cakap dan mampu oleh Presiden Jokowi untuk menjadi Panglima TNI pengganti Gatot. Berdasarkan Undang-Undang TNI, Hadi pun dianggap memenuhi syarat.
Pada pagi ini Menteri Sekretaris Negara Pratikno berkunjung ke DPR untuk menyampaikan surat Presiden Joko Widodo soal pencalonan Hadi sebagai Panglima TNI. Hadi menjadi calon tunggal seperti dulu Presiden Joko Widodo mengajukan nama Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI. Hadi Tjahjanto sendiri belum genap setahun menjabat sebagai Kepala Staf TNI AU. Sebelumnya, Hadi merupakan Irjen Kementerian Pertahanan RI dan Sekretaris Militer dari Presiden Joko Widodo. - PT KONTAK PERKASA
Alasan Jokowi Pilih Hadi Tjahjanto sebagai Calon Panglima TNI
Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, December 5, 2017 | 10:12 AM
PT KONTAK PERKASA - Juru bicara Istana Kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo, membenarkan pernyataan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon bahwa Presiden Joko Widodo telah mencalonkan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI. Kepada Tempo, Johan menyatakan ada beberapa pertimbangan yang menjadi acuan.
"Sebentar lagi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memasuki masa pensiun pada 1 April 2018. Sedangkan penunjukan Hadi sebagai calon pengganti Gatot sesuai dengan yang terlampir dalam surat persetujuan ke DPR," ujar Johan, Senin, 4 Desember 2017.
Johan menyebut Hadi dianggap cakap dan mampu oleh Presiden Jokowi untuk menjadi Panglima TNI pengganti Gatot. Berdasarkan Undang-Undang TNI, Hadi pun dianggap memenuhi syarat.
Pada pagi ini Menteri Sekretaris Negara Pratikno berkunjung ke DPR untuk menyampaikan surat Presiden Joko Widodo soal pencalonan Hadi sebagai Panglima TNI. Hadi menjadi calon tunggal seperti dulu Presiden Joko Widodo mengajukan nama Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI. Hadi Tjahjanto sendiri belum genap setahun menjabat sebagai Kepala Staf TNI AU. Sebelumnya, Hadi merupakan Irjen Kementerian Pertahanan RI dan Sekretaris Militer dari Presiden Joko Widodo. - PT KONTAK PERKASA
sumber: tempo.co
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:12 AM
10:33 AM
Pemuda Muhammadiyah: Apa Urgensi Reuni 212?
Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, November 30, 2017 | 10:33 AM
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Rencana alumni demonstrasi 212 menggelar reuni setelah satu tahun berlalu mendapat beragam respons dari masyarakat. Salah satu yang buka suara adalah Pemuda Muhammadiyah. Melalui ketuanya, Dahnil Anzhar Simanjuntak, organisasi otonom salah satu ormas terbesar di Indonesia ini mempertanyakan apa urgensi dari acara semacam ini.
"Kalau dulu aksi 212 kan ada persoalan Ahok. Sekarang apa urgensinya?" kata Dahnil kepada Tirto, Selasa (28/11/2017).
Menurut Dahnil, reuni yang dikabarkan akan dihadiri oleh ribuan orang ini berpotensi bikin gaduh, sebagaimana yang terjadi di tahun lalu. Dengan fakta bahwa tahun depan Pilkada serentak siap diselenggarakan di 171 daerah, acara ini juga sangat berpotensi ditunggangi pihak-pihak yang berkepentingan dengan politik praktis.
"Harapan saya jangan sampai reuni tersebut dipolitisasi sehingga menciptakan stigma-stigma miring dan bikin gaduh," kata Dahnil.
Atas alasan tersebut, Dahnil memastikan secara organisasi Pemuda Muhammadiyah tidak terlibat dalam acara itu, sebagaimana posisi PP Muhammadiyah selaku organisasi induk. "Kami tidak terlibat dalam bentuk apapun dengan reuni itu," kata Dahnil.
Meski bersikap kritis, Dahnil berpendapat bahwa acara semacam itu adalah hak setiap warga negara, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar soal kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Oleh karena itu, siapapun tidak boleh melarang.
Ketua Presidium 212, Slamet Maarif, membantah tudingan bahwa reuni alumni 212 sebagai acara politis. Ia mengatakan bahwa tujuan utama dari acara ini semata mempererat persaudaraan antar umat Islam (ukhuwah islamiyah) sekaligus memperingati maulid Nabi Muhammad.
Ia juga mengatakan kalau acara tersebut adalah bentuk syukur kepada Allah bahwa umat Islam telah dipersatukan 2 Desember tahun lalu. Sementara kalau ada anggapan-anggapan miring terkait acara ini, Slamet memilih tidak peduli.
"Kalau ada yang berprasangka miring, kami sudah biasa. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Kami kafilahnya," kata Slamet.
Mempererat persatuan umat Islam juga jadi dalil mengapa mereka kurang responsif--kalau tidak bisa dibilang absen--terhadap isu-isu yang lebih riil, semisal korupsi atau pembengkakan APBD di DKI yang sedang ramai dibicarakan. Mereka, menurut pengakuan Slamet, bukan tidak mau merespons isu yang sebetulnya juga terkait dengan kepentingan umat ini, tapi mengesampingkannya terlebih dulu.
Dalam acara ini Slamet mengundang semua elemen masyarakat, termasuk sejumlah pejabat seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Namun dua orang ini belum dipastikan akan hadir atau tidak.
"Mau datang atau tidak itu terserah para pejabatnya. Yang jelas kami sudah mengundang. Nanti lihat saja siapa-siapa pejabatnya yang datang," kata Slamet.
Demonstrasi besar-besaran dilakukan pada 2 Desember 2016 lalu, sebagai aksi protes atas pernyataan Ahok yang dinilai melecehkan agama. Atas kasus tersebut, Ahok divonis dua tahun penjara. - PT KONTAK PERKASA FUTURES
"Kalau dulu aksi 212 kan ada persoalan Ahok. Sekarang apa urgensinya?" kata Dahnil kepada Tirto, Selasa (28/11/2017).
Menurut Dahnil, reuni yang dikabarkan akan dihadiri oleh ribuan orang ini berpotensi bikin gaduh, sebagaimana yang terjadi di tahun lalu. Dengan fakta bahwa tahun depan Pilkada serentak siap diselenggarakan di 171 daerah, acara ini juga sangat berpotensi ditunggangi pihak-pihak yang berkepentingan dengan politik praktis.
"Harapan saya jangan sampai reuni tersebut dipolitisasi sehingga menciptakan stigma-stigma miring dan bikin gaduh," kata Dahnil.
Atas alasan tersebut, Dahnil memastikan secara organisasi Pemuda Muhammadiyah tidak terlibat dalam acara itu, sebagaimana posisi PP Muhammadiyah selaku organisasi induk. "Kami tidak terlibat dalam bentuk apapun dengan reuni itu," kata Dahnil.
Meski bersikap kritis, Dahnil berpendapat bahwa acara semacam itu adalah hak setiap warga negara, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar soal kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Oleh karena itu, siapapun tidak boleh melarang.
Ketua Presidium 212, Slamet Maarif, membantah tudingan bahwa reuni alumni 212 sebagai acara politis. Ia mengatakan bahwa tujuan utama dari acara ini semata mempererat persaudaraan antar umat Islam (ukhuwah islamiyah) sekaligus memperingati maulid Nabi Muhammad.
Ia juga mengatakan kalau acara tersebut adalah bentuk syukur kepada Allah bahwa umat Islam telah dipersatukan 2 Desember tahun lalu. Sementara kalau ada anggapan-anggapan miring terkait acara ini, Slamet memilih tidak peduli.
"Kalau ada yang berprasangka miring, kami sudah biasa. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Kami kafilahnya," kata Slamet.
Mempererat persatuan umat Islam juga jadi dalil mengapa mereka kurang responsif--kalau tidak bisa dibilang absen--terhadap isu-isu yang lebih riil, semisal korupsi atau pembengkakan APBD di DKI yang sedang ramai dibicarakan. Mereka, menurut pengakuan Slamet, bukan tidak mau merespons isu yang sebetulnya juga terkait dengan kepentingan umat ini, tapi mengesampingkannya terlebih dulu.
Dalam acara ini Slamet mengundang semua elemen masyarakat, termasuk sejumlah pejabat seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Namun dua orang ini belum dipastikan akan hadir atau tidak.
"Mau datang atau tidak itu terserah para pejabatnya. Yang jelas kami sudah mengundang. Nanti lihat saja siapa-siapa pejabatnya yang datang," kata Slamet.
Demonstrasi besar-besaran dilakukan pada 2 Desember 2016 lalu, sebagai aksi protes atas pernyataan Ahok yang dinilai melecehkan agama. Atas kasus tersebut, Ahok divonis dua tahun penjara. - PT KONTAK PERKASA FUTURES
sumber: tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:33 AM
10:44 AM
Masyarakat Ikut Pantau R-APBD DKI 2018
Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, November 29, 2017 | 10:44 AM
PT KONTAK PERKASA - Pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) DKI 2018 menarik perhatian masyarakat. Banyak warga yang ikut memantau penyusunan anggaran berbekal situs apbd.jakarta.go.id.
Dari sana, masyarakat bisa menilai sendiri sejumlah anggaran yang tidak efektif atau pemborosan. Di media sosial sempat heboh soal anggaran kolam ikan DPRD DKI Jakarta hingga kunjungan kerja anggota dewan. Sedikit banyak, sorotan ini berpengaruh pada pembahasan di forum banggar.
Anggota banggar DPRD DKI Jakarta Bestari Barus mengatakan sorotan publik itu berguna dalam pembahasan anggaran. Sebab, selama pembahasan anggaran mereka tidak mendapat salinan draft anggaran dari komisi lain.
"Tiga tahun jadi anggota dewan, ini pembahasan terunik karena kami enggak dapat satuan tiga. Kami enggak tahu juga bagaimana ceritanya di komisi lain," ujar Bestari di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Selasa (28/11/2017).
Dengan adanya sorotan dari publik, anggota dewan bisa mengetahui dinamika pembahasan dari komisi lain. Seperti topik tentang Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang dibahas di Komisi C.
Berkat sorotan masyarakat, anggota Dewan di komisi lain mengetahui permasalahn itu dan bisa mendiskusikannya pada banggar besar. Meskipun pada akhirnya anggaran TGUPP tidak berubah.
"Jadi kami terbantu juga dengan sorotan masyarakat ini," kata Bestari.
Sorotan publik juga mampu mengevaluasi anggaran. Terbukti, forum banggar membahas anggaran kolam ikan dan kunjungan kerja yang ramai dibicarakan. Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi memerintahkan menghapus anggaran kolam Rp 620 juta.
Sebab dia gerah menjadi sorotan publik karena dituding sebagai pihak yang mengusulkan anggaran itu. Prasetio menegaskan dia tidak pernah mengusulkan renovasi kolam.
Selain kolam, anggaran kunjungan kerja juga dievaluasi berkat adanya sorotan dari masyarakat.
Anggaran kunker yang awalnya Rp 107,7 miliar menjadi Rp 64,7 miliar tahun 2018. Anggarannya berkurang s Rp 43 miliar. DPRD DKI mengakui ada kekeliruan koefisien pengali yang disusun oleh Sekretariat Dewan.
Betkat sorotan publik juga, terungkap bahwa Dinas Pendidikan DKI Jakarta memberikan hibah Rp 40,2 miliar untuk Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi). Pada akhirnya dana hibah itu memang tetap dianggarkan dalam R-APBD 2018.
Namun masyarakat menjadi tahu Himpaudi DKI sebagai yayasan yang menerima hibah tidak mempunyai alamat kantor yang jelas dan masih menumpang di kantor lain.
Nilai R-APBD DKI 2018 setelah pembahasan tidak berubah banyak. Nilainya menjadi Rp 77,117 triliun. Rencananya, sidang paripurna akan dilakukan pada Kamis, 30 November 2017.
Anies bersyukur
Beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku bersyukur banyak warga yang memantau pos-pos anggaran yang ada dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI 2018. Anies mendapat banyak masukan ketika masyarakat menemukan anggaran yang kurang efisien.
"Dalam perjalanan enam minggu ini, ada ribuan item dan alhamdulillah ada ribuan pasang mata yang ternyata ikut memperhatikan, ikut mencari di mana hal-hal yang tidak tepat," kata Anies.
"Dengan begitu, kami bisa melakukan koreksi," tambah Anies.
Anies mengatakan, anggaran yang kini menjadi R-APBD disusun dalam proses yang panjang. Dia berterima kasih karena masyarakat Jakarta mengkaji kembali anggaran yang penyusunannya dimulai sebelum Anies menjabat. Anies berharap pembahasan anggaran tahun ini bisa lebih baik tahun depan.
"Karena kami tahu proses rancangannya panjang. Tidak sesuatu yang singkat dan ini menjadi bahan bagi kami untuk melakukan lebih baik pada tahun-tahun ke depan," ujar Anies. - PT KONTAK PERKASA
Dari sana, masyarakat bisa menilai sendiri sejumlah anggaran yang tidak efektif atau pemborosan. Di media sosial sempat heboh soal anggaran kolam ikan DPRD DKI Jakarta hingga kunjungan kerja anggota dewan. Sedikit banyak, sorotan ini berpengaruh pada pembahasan di forum banggar.
Anggota banggar DPRD DKI Jakarta Bestari Barus mengatakan sorotan publik itu berguna dalam pembahasan anggaran. Sebab, selama pembahasan anggaran mereka tidak mendapat salinan draft anggaran dari komisi lain.
"Tiga tahun jadi anggota dewan, ini pembahasan terunik karena kami enggak dapat satuan tiga. Kami enggak tahu juga bagaimana ceritanya di komisi lain," ujar Bestari di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Selasa (28/11/2017).
Dengan adanya sorotan dari publik, anggota dewan bisa mengetahui dinamika pembahasan dari komisi lain. Seperti topik tentang Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang dibahas di Komisi C.
Berkat sorotan masyarakat, anggota Dewan di komisi lain mengetahui permasalahn itu dan bisa mendiskusikannya pada banggar besar. Meskipun pada akhirnya anggaran TGUPP tidak berubah.
"Jadi kami terbantu juga dengan sorotan masyarakat ini," kata Bestari.
Sorotan publik juga mampu mengevaluasi anggaran. Terbukti, forum banggar membahas anggaran kolam ikan dan kunjungan kerja yang ramai dibicarakan. Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi memerintahkan menghapus anggaran kolam Rp 620 juta.
Sebab dia gerah menjadi sorotan publik karena dituding sebagai pihak yang mengusulkan anggaran itu. Prasetio menegaskan dia tidak pernah mengusulkan renovasi kolam.
Selain kolam, anggaran kunjungan kerja juga dievaluasi berkat adanya sorotan dari masyarakat.
Anggaran kunker yang awalnya Rp 107,7 miliar menjadi Rp 64,7 miliar tahun 2018. Anggarannya berkurang s Rp 43 miliar. DPRD DKI mengakui ada kekeliruan koefisien pengali yang disusun oleh Sekretariat Dewan.
Betkat sorotan publik juga, terungkap bahwa Dinas Pendidikan DKI Jakarta memberikan hibah Rp 40,2 miliar untuk Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi). Pada akhirnya dana hibah itu memang tetap dianggarkan dalam R-APBD 2018.
Namun masyarakat menjadi tahu Himpaudi DKI sebagai yayasan yang menerima hibah tidak mempunyai alamat kantor yang jelas dan masih menumpang di kantor lain.
Nilai R-APBD DKI 2018 setelah pembahasan tidak berubah banyak. Nilainya menjadi Rp 77,117 triliun. Rencananya, sidang paripurna akan dilakukan pada Kamis, 30 November 2017.
Anies bersyukur
Beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku bersyukur banyak warga yang memantau pos-pos anggaran yang ada dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI 2018. Anies mendapat banyak masukan ketika masyarakat menemukan anggaran yang kurang efisien.
"Dalam perjalanan enam minggu ini, ada ribuan item dan alhamdulillah ada ribuan pasang mata yang ternyata ikut memperhatikan, ikut mencari di mana hal-hal yang tidak tepat," kata Anies.
"Dengan begitu, kami bisa melakukan koreksi," tambah Anies.
Anies mengatakan, anggaran yang kini menjadi R-APBD disusun dalam proses yang panjang. Dia berterima kasih karena masyarakat Jakarta mengkaji kembali anggaran yang penyusunannya dimulai sebelum Anies menjabat. Anies berharap pembahasan anggaran tahun ini bisa lebih baik tahun depan.
"Karena kami tahu proses rancangannya panjang. Tidak sesuatu yang singkat dan ini menjadi bahan bagi kami untuk melakukan lebih baik pada tahun-tahun ke depan," ujar Anies. - PT KONTAK PERKASA
sumber: kompas.com
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:44 AM
10:18 AM
PERCAYALAH DANGDUT TIDAK AKAN PERNAH MATI, MALAH BIKIN SUGIH
Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, November 28, 2017 | 10:18 AM
KONTAK PERKASA FUTURES - Bagi Rhoma Irama, kesedapan tak cuma perkara makanan. Tapi juga musik. Ia menuliskan tentang kesedapan musik di Taman Ria dalam "Terajana", lagu klasiknya yang dirilis pada 1973.
Iramanya Melayu, duhai sedap sekali
Sulingnya suling bambu
gendangnya kulit lembu
dangdut suara gendang
seru bukan kepalang
Terajana
Terajana Ini
lagunya, lagu India
Melalui "Terajana", kita bisa melihat anatomi sekaligus biografi dangdut. Secara anatomi, dua alat musik yang penting adalah seruling dan kendang. Sedangkan secara biografis, musik ini punya akar, atau setidaknya terpengaruh, kebudayaan Melayu dan India. Soal rujukan biografis, Rhoma menyinggungnya lebih tajam dalam lagu "Viva Dangdut".
"Ini musik Melayu. Berasal dari Deli. Lalu kena pengaruh dari Barat dan Hindi," begitu Rhoma bernyanyi.
Dalam Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia (2012), Andrew Weintraub menulis bahwa Rhoma melakukan penjejakan sejarah pada kisah kebudayaan Melayu Deli—dulu masuk dalam wilayah Sumatera Timur, kini bagian dari Sumatera Utara—di mana Orkes Melayu muncul sejak zaman sebelum penjajahan hingga periode 1950-an dan 1970-an.
Irama Melayu memang jadi inti dari musik dangdut, betapapun kemudian Rhoma meraciknya dengan unsur musik rock. Bagian dari mengoplos musik rock ini tampak jelas pada awal karier Rhoma: menenteng gitar Fender putih yang mengesankannya terpengaruh Ritchie Blackmore dari Deep Purple hingga peralihan ke Steinberger hitam andalannya.
Akar sejarah dangdut bisa ditarik jauh lebih ke belakang. Mengutip The Komedie Stamboel: Popular Theater in Colonial Indonesia 1891-1903 (2006), Weintraub mengatakan bahwa leluhur Melayu musik dangdut adalah orkes keliling dari Malaya (Malaysia) yang berlabuh ke Pulau Jawa pada 1890-an. Orkes ini memainkan banyak jenis musik: Melayu, Tionghoa, India, Timur Tengah, juga Eropa.
Selepas di Jawa, para orkes keliling ini lantas pergi ke Sumatera. Di sana, rombongan teater dan orkes musik ini mencari peluang bisnis. Sumatera pada era 1930-an adalah pasar musik yang bergairah. Weintraub menyebut Sumatera bersama Malaya dan Permukiman Selat adalah pasar tunggal untuk rilisan musik beberapa label rekaman Melayu kala itu. Ditambah alasan geografis, penyanyi di Sumatera lebih sering tampil di Malaya dan Singapura ketimbang di Jakarta. Hal ini membuat akulturasi budaya di kawasan-kawasan itu terjadi secara alamiah.
Pada 1930-an, radio berpengaruh besar terhadap popularitas tiga jenis musik yang jadi pondasi awal dangdut: orkes harmonium, orkes gambus, dan orkes Melayu.
Orkes harmonium (OH) disebut-sebut oleh musisi Husein Bawafie sebagai "asal-usul dangdut". Harmonium adalah nama alat musik sejenis organ asal Eropa yang masuk melalui India dan menyebar ke banyak negara. Peralatan musik OH biasanya terdiri dari harmonium, biola, terompet, gendang, rebana, dan sesekali tamborin. Weintraub mengatakan bahwa OH biasanya memainkan lagu-lagu dengan irama Hindustan, dan lagu-lagu campuran musik Melayu, Arab, India, dan Eropa. Namun, pada era 1940-an, nama OH mulai meredup. Beberapa OH memilih berganti istilah orkes Melayu.
Pondasi dangdut kedua datang dari orkes gambus. Musik yang dimainkannya adalah musik ala Timur Tengah, mengandalkan alat musik gambus serta kendang-kendang bermembran ganda nan kecil, biasa disebut marwas atau marawis. Alat musik gambus dan marwas diperkirakan berasal dari Hadramaut (Yaman). Sebagai penyemarak, ditambahkan pula harmonium, biola, suling, rebana, tamborin, dan bas betot.
Salah satu musisi paling masyhur dari orkes gambus adalah Syech Albar, ayahanda Ahmad Albar. Menurut sejarawan Fandy Hutari, Albar sempat belajar alat musik gambus kepada Sayid Thah bin Alwi Albar di Yaman pada 1926. Albar pertama kali mendapat kontrak rekaman dengan label His Master’s Voice pada 1931. Weintraub mencatat, musik yang dihasilkan Albar berasal dari banyak pengaruh, dan tampak pada karyanya. Mulai Melayu, Arab, hingga Rumba ala Kuba.
Orkes Melayu (OM) adalah kepingan pelengkap dua pondasi awal. Dari pelbagai catatan radio, OM mulai muncul di Indonesia pada 1930-an. Salah satu yang punya nama mentereng adalah Orkest Melajoe Sinar Medan yang dipimpin oleh Abdul Halim. Meski namanya Sinar Medan, orkes ini berasal dari Jakarta.
Dalam kajian Weintraub, orkes ini memakai instrumen Eropa tetapi tetap mempertahankan unsur musikal Melayu. Antara lain pantun dan frasa semisal 'aduhai sayang'. Weintraub mencatat, lagu Melayu seperti "Sayang Manis" dan "Sinar Malacca" diiringi oleh vokalis dengan suara melengking, dan senggakan untuk menyemangati penyanyi.
Setelah Indonesia merdeka, OM mulai memasukkan sentuhan baru dalam musik mereka: membuat melodi baru berdasarkan melodi film India. Ini disebut-sebut sebagai pintu kelahiran dangdut. Lima tahun setelah Indonesia merdeka, pertukaran budaya semakin kencang. Arab, Melayu, India, Amerika Latin, juga Eropa—yang memperkaya musikalitas orkes Melayu.
Pengaruh Tilawah terhadap Cengkok
Komunitas Arab berperan penting dalam perkembangan dangdut di Indonesia. Selain Syech Albar, ada banyak nama warga keturunan Arab yang menjadi tokoh penting dalam jagat musik dangdut. Nama-nama itu, antara lain, Husein Bawafie yang memimpin orkes Chandralela, Said Effendi (Irama Agung), Umar Alatas (Chandraleka), juga Husein Aidid (Kenangan).
Komunitas warga keturunan Arab ini membentuk jaringan yang saling bertukar ilmu. Mereka bermain musik bersama, diskusi, dan ini yang kemudian tanpa disadari punya pengaruh penting dalam dangdut: mengaji. Rupa-rupanya, pelajaran seni baca Alquran (tilawah) adalah faktor utama yang membuat para penyanyi orkes Melayu jadi penyanyi dangdut yang lihai, dengan cengkok aduhai. Weintraub menyebutkan nama-nama seperti Ellya Khadam, Munif Bahasuan, A. Rafiq, Mansyur S., Elvy Sukaesih, dan Rita Sugiarto.
"Yang mereka pinjam dari seni baca Alquran bukan cengkok vokal spesifik, melainkan teknik-teknik vokal penetapan frasa lagu, diksi, pernafasan, dan pelafalan," tulis Weintraub.
Penggunaan cengkok yang berpijak pada seni baca Alquran ini yang seiring waktu menghasilkan perbedaan antara musik Melayu dan genre musik populer lain saat itu. Maka, tak sukar bagi mereka untuk menyanyikan lagu Arab sekalipun.
Menjadi Musik Rakyat
Era 1970-an, musik-musik Melayu dan India sudah bertransformasi menjadi dangdut. Musik ini kemudian dianggap sebagai musik rakyat, terutama karena basis mayoritas penggemarnya adalah rakyat kelas bawah. Weintraub menyitir beberapa penyebutan media Indonesia terhadap para penggemar dangdut: rakyat kecil, rakyat jelata, rakyat jembel, golongan bawah, kaum marginal, pinggiran, dan kelas menengah bawah.
Dangdut jadi populer di kalangan rakyat karena liriknya dekat dengan keseharian sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu, Weintraub menyatakan, musik pop dan rock Indonesia tidak punya akar historis atau ciri musik, "yang mengaitkannya dengan derita rakyat." Dangdut tidak demikian. Ia punya akar kuat, dan banyak menceritakan kehidupan rakyat biasa. Maka, ia berkembang di lingkungan urban yang "terpinggirkan secara sosial dan ekonomi."
Hal ini yang melahirkan pertentangan klasik, antara kaum borjuis dan kaum proletar. Dangdut dianggap mewakili selera rakyat kelas bawah, dianggap tidak keren, sekaligus kampungan. Pertikaian ini dilambangkan oleh kisruh antara musisi rock Benny Subardja dari Giant Step, yang menyebut dangdut sebagai "musik tai anjing".
Istilah dangdut itu sendiri baru lahir pada awal 1970-an. Nama dangdut merupakan onomatope (kata yang berasal dari bunyi) kendang: dang-dut. Beberapa pemusik tidak menyukai istilah yang dianggap melecehkan ini. Dalam Majalah Tempo edisi 5 Mei 1979, Said Effendi, pemimpin OM Sinar Agung, mengatakan istilah dangdut "muncul karena perasaan sinis dari mereka yang anti musik Melayu."
Weintraub menulis bahwa istilah dangdut diciptakan oleh majalah musik Aktuil. Namun, dalam wawancaranya dengan Meggy Z, Mansyur S. dan Dadang S., istilah dangdut jadi populer berkat jasa Bung Mangkudilaga, penyiar radio yang kerap mempromosikan dangdut di Radio Agustina, Tanjung Priok, Jakarta, pada 1973-1974.
Mangkudilaga mengasuh acara bernama "Sop Dangdut". Nama ini menarik sebab mencerminkan jiwa dangdut itu sendiri: percampuran. Sop dibuat dari pelbagai jenis sayur, sama halnya dangdut yang terbentuk dari pelbagai pengaruh musikal. Dengan jumlah penggemar yang teus membesar, banyak radio yang kemudian tertarik menyiarkan dangdut.
Faktor lain yang membuat dangdut makin populer adalah larisnya rekaman-rekaman Ellya Khadam. Salah satu indikator mulai populernya dangdut, terang Weintraub, adalah banyak musisi pop Indonesia (yang dianggap mewakili kaum sugih dan gedongan) mau membuat lagu berirama Melayu. Pada 1975, menurut Weintraub, dangdut sudah menguasai 75 persen pasar industri rekaman.
Dunia dangdut semakin membesar saat muncul sang ksatria bergitar dari Tasikmalaya, Jawa Barat, bernama panggung Rhoma Irama. Sebagai musisi dangdut, Rhoma istimewa karena punya akar musikalitas yang berbeda ketimbang penyanyi dangdut lain. Meski Rhoma kecil suka berdendang musik India, ia tumbuh dengan mendengarkan musik rock.
Saat ia muncul dengan pengaruh musik rock yang kental, banyak orang menudingnya tidak orisinal, termasuk wartawan Remy Sylado dari Aktuil. Moh. Shofan dalam Rhoma Irama: Politik Dakwah Dalam Nada (2014), menyebut bahwa Remy mengatakan Rhoma tak layak menyandang gelar raja dangdut karena ia tak orisinal.
Tapi ketidakorisinalitas Rhoma yang kemudian membawanya terus melejit. Ia berhasil membawa nilai-nilai dangdut, yakni percampuran banyak pengaruh musik dan hasil dari akulturasi budaya. Rhoma menyuntikkan pengaruh rock dan pop dalam dangdut.
"Rhoma melakukan banyak persilangan. Sebuah crossover yang memperkaya anasir musik dangdut itu sendiri. Rhoma melakukan perubahan besar-besaran pada semua aspek dengan melakukan elektronisasi. Unsur gitar dan drum yang menjadi ciri musik rock, begitu kental mewarnai musik dangdut ini," tulis Shofan.
Rhoma kemudian jadi nama yang dominan dalam dunia dangdut, dan menyandang julukan si Raja Dangdut. Sayangnya, terlalu lama menjadi raja membuat Rhoma lupa soal nilai akulturasi yang sempat ia bawa dulu. Ketika Inul Daratista muncul membawa musik koplo sebagai gagrak baru dangdut, Rhoma meradang. Dangdut koplo terpengaruh oleh budaya Jaipong dan Jaranan, dan cepat populer.
Segala pakem dan patron yang dibangun si Raja Dangdut selama puluhan tahun perlahan terkikis karena gagrak dangdut yang datang dari pinggiran Jawa Timur, tempat asing dan teramat jauh dari Deli Serdang. Padahal koplo adalah hasil dari akulturasi budaya, meleburkan pengaruh satu dengan yang lain; sama seperti proses lahirnya dangdut.
Fachry Ali dalam "Musik Melayu atau Dangdut Sebagai Counter-Culture" menulis bahwa Rhoma adalah seorang "ideolog" ketimbang seorang penyanyi. Dan sang raja sadar betul bahwa musik dangdut adalah "tahapan terdekat dari transformasi genre lagu-lagu keagamaan." Boleh dibilang, sudah sejak akhir 1970-an, Rhoma meletakkan agama berdampingan dengan politik dan dangdut. Karenanya, awal kemunculan koplo yang dianggap seronok, dianggapnya merusak trivium yang ia bangun.
Tapi bahkan seorang Raja Dangdut pun tidak bisa membendung selera yang terus berubah. Sekitar 15 tahun sejak pertikaiannya dengan Inul, dangdut koplo tidaklah mati. Malah makin berkembang, mengalami transformasi yang mencengangkan. Dari gaya bernyanyi yang berbeda jauh dibanding era Ellya Khadam atau Ikke Nurjanah, gaya busana yang jauh dari kata seronok, hingga cara pemasaran yang lebih mengandalkan internet.
Belakangan, kita pun mengenal biduanita-biduanita baru dari rahim dangdung koplo, yang popularitasnya dan jadwal kegiatannya tak kalah dari orang paling penting di negeri ini. Nama-nama ini termasuk Via Vallen dan Nella Kharisma.
Dari kawin silang kerajaan dangdut ini, dari lagu "Terajana" hingga "Anoman Obong", dari "Viva Dangdut" hingga "Jarang Goyang", kita tak pernah tahu arah (akulturasi) musik dangdut bakal ke mana. Tetapi, satu hal yang pasti, semua ini membuat kita makin luwes berjoget, dan penyanyinya bertambah sugih. - KONTAK PERKASA FUTURES
Iramanya Melayu, duhai sedap sekali
Sulingnya suling bambu
gendangnya kulit lembu
dangdut suara gendang
seru bukan kepalang
Terajana
Terajana Ini
lagunya, lagu India
Melalui "Terajana", kita bisa melihat anatomi sekaligus biografi dangdut. Secara anatomi, dua alat musik yang penting adalah seruling dan kendang. Sedangkan secara biografis, musik ini punya akar, atau setidaknya terpengaruh, kebudayaan Melayu dan India. Soal rujukan biografis, Rhoma menyinggungnya lebih tajam dalam lagu "Viva Dangdut".
"Ini musik Melayu. Berasal dari Deli. Lalu kena pengaruh dari Barat dan Hindi," begitu Rhoma bernyanyi.
Dalam Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia (2012), Andrew Weintraub menulis bahwa Rhoma melakukan penjejakan sejarah pada kisah kebudayaan Melayu Deli—dulu masuk dalam wilayah Sumatera Timur, kini bagian dari Sumatera Utara—di mana Orkes Melayu muncul sejak zaman sebelum penjajahan hingga periode 1950-an dan 1970-an.
Irama Melayu memang jadi inti dari musik dangdut, betapapun kemudian Rhoma meraciknya dengan unsur musik rock. Bagian dari mengoplos musik rock ini tampak jelas pada awal karier Rhoma: menenteng gitar Fender putih yang mengesankannya terpengaruh Ritchie Blackmore dari Deep Purple hingga peralihan ke Steinberger hitam andalannya.
Akar sejarah dangdut bisa ditarik jauh lebih ke belakang. Mengutip The Komedie Stamboel: Popular Theater in Colonial Indonesia 1891-1903 (2006), Weintraub mengatakan bahwa leluhur Melayu musik dangdut adalah orkes keliling dari Malaya (Malaysia) yang berlabuh ke Pulau Jawa pada 1890-an. Orkes ini memainkan banyak jenis musik: Melayu, Tionghoa, India, Timur Tengah, juga Eropa.
Selepas di Jawa, para orkes keliling ini lantas pergi ke Sumatera. Di sana, rombongan teater dan orkes musik ini mencari peluang bisnis. Sumatera pada era 1930-an adalah pasar musik yang bergairah. Weintraub menyebut Sumatera bersama Malaya dan Permukiman Selat adalah pasar tunggal untuk rilisan musik beberapa label rekaman Melayu kala itu. Ditambah alasan geografis, penyanyi di Sumatera lebih sering tampil di Malaya dan Singapura ketimbang di Jakarta. Hal ini membuat akulturasi budaya di kawasan-kawasan itu terjadi secara alamiah.
Pada 1930-an, radio berpengaruh besar terhadap popularitas tiga jenis musik yang jadi pondasi awal dangdut: orkes harmonium, orkes gambus, dan orkes Melayu.
Orkes harmonium (OH) disebut-sebut oleh musisi Husein Bawafie sebagai "asal-usul dangdut". Harmonium adalah nama alat musik sejenis organ asal Eropa yang masuk melalui India dan menyebar ke banyak negara. Peralatan musik OH biasanya terdiri dari harmonium, biola, terompet, gendang, rebana, dan sesekali tamborin. Weintraub mengatakan bahwa OH biasanya memainkan lagu-lagu dengan irama Hindustan, dan lagu-lagu campuran musik Melayu, Arab, India, dan Eropa. Namun, pada era 1940-an, nama OH mulai meredup. Beberapa OH memilih berganti istilah orkes Melayu.
Pondasi dangdut kedua datang dari orkes gambus. Musik yang dimainkannya adalah musik ala Timur Tengah, mengandalkan alat musik gambus serta kendang-kendang bermembran ganda nan kecil, biasa disebut marwas atau marawis. Alat musik gambus dan marwas diperkirakan berasal dari Hadramaut (Yaman). Sebagai penyemarak, ditambahkan pula harmonium, biola, suling, rebana, tamborin, dan bas betot.
Salah satu musisi paling masyhur dari orkes gambus adalah Syech Albar, ayahanda Ahmad Albar. Menurut sejarawan Fandy Hutari, Albar sempat belajar alat musik gambus kepada Sayid Thah bin Alwi Albar di Yaman pada 1926. Albar pertama kali mendapat kontrak rekaman dengan label His Master’s Voice pada 1931. Weintraub mencatat, musik yang dihasilkan Albar berasal dari banyak pengaruh, dan tampak pada karyanya. Mulai Melayu, Arab, hingga Rumba ala Kuba.
Orkes Melayu (OM) adalah kepingan pelengkap dua pondasi awal. Dari pelbagai catatan radio, OM mulai muncul di Indonesia pada 1930-an. Salah satu yang punya nama mentereng adalah Orkest Melajoe Sinar Medan yang dipimpin oleh Abdul Halim. Meski namanya Sinar Medan, orkes ini berasal dari Jakarta.
Dalam kajian Weintraub, orkes ini memakai instrumen Eropa tetapi tetap mempertahankan unsur musikal Melayu. Antara lain pantun dan frasa semisal 'aduhai sayang'. Weintraub mencatat, lagu Melayu seperti "Sayang Manis" dan "Sinar Malacca" diiringi oleh vokalis dengan suara melengking, dan senggakan untuk menyemangati penyanyi.
Setelah Indonesia merdeka, OM mulai memasukkan sentuhan baru dalam musik mereka: membuat melodi baru berdasarkan melodi film India. Ini disebut-sebut sebagai pintu kelahiran dangdut. Lima tahun setelah Indonesia merdeka, pertukaran budaya semakin kencang. Arab, Melayu, India, Amerika Latin, juga Eropa—yang memperkaya musikalitas orkes Melayu.
Pengaruh Tilawah terhadap Cengkok
Komunitas Arab berperan penting dalam perkembangan dangdut di Indonesia. Selain Syech Albar, ada banyak nama warga keturunan Arab yang menjadi tokoh penting dalam jagat musik dangdut. Nama-nama itu, antara lain, Husein Bawafie yang memimpin orkes Chandralela, Said Effendi (Irama Agung), Umar Alatas (Chandraleka), juga Husein Aidid (Kenangan).
Komunitas warga keturunan Arab ini membentuk jaringan yang saling bertukar ilmu. Mereka bermain musik bersama, diskusi, dan ini yang kemudian tanpa disadari punya pengaruh penting dalam dangdut: mengaji. Rupa-rupanya, pelajaran seni baca Alquran (tilawah) adalah faktor utama yang membuat para penyanyi orkes Melayu jadi penyanyi dangdut yang lihai, dengan cengkok aduhai. Weintraub menyebutkan nama-nama seperti Ellya Khadam, Munif Bahasuan, A. Rafiq, Mansyur S., Elvy Sukaesih, dan Rita Sugiarto.
"Yang mereka pinjam dari seni baca Alquran bukan cengkok vokal spesifik, melainkan teknik-teknik vokal penetapan frasa lagu, diksi, pernafasan, dan pelafalan," tulis Weintraub.
Penggunaan cengkok yang berpijak pada seni baca Alquran ini yang seiring waktu menghasilkan perbedaan antara musik Melayu dan genre musik populer lain saat itu. Maka, tak sukar bagi mereka untuk menyanyikan lagu Arab sekalipun.
Menjadi Musik Rakyat
Era 1970-an, musik-musik Melayu dan India sudah bertransformasi menjadi dangdut. Musik ini kemudian dianggap sebagai musik rakyat, terutama karena basis mayoritas penggemarnya adalah rakyat kelas bawah. Weintraub menyitir beberapa penyebutan media Indonesia terhadap para penggemar dangdut: rakyat kecil, rakyat jelata, rakyat jembel, golongan bawah, kaum marginal, pinggiran, dan kelas menengah bawah.
Dangdut jadi populer di kalangan rakyat karena liriknya dekat dengan keseharian sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu, Weintraub menyatakan, musik pop dan rock Indonesia tidak punya akar historis atau ciri musik, "yang mengaitkannya dengan derita rakyat." Dangdut tidak demikian. Ia punya akar kuat, dan banyak menceritakan kehidupan rakyat biasa. Maka, ia berkembang di lingkungan urban yang "terpinggirkan secara sosial dan ekonomi."
Hal ini yang melahirkan pertentangan klasik, antara kaum borjuis dan kaum proletar. Dangdut dianggap mewakili selera rakyat kelas bawah, dianggap tidak keren, sekaligus kampungan. Pertikaian ini dilambangkan oleh kisruh antara musisi rock Benny Subardja dari Giant Step, yang menyebut dangdut sebagai "musik tai anjing".
Istilah dangdut itu sendiri baru lahir pada awal 1970-an. Nama dangdut merupakan onomatope (kata yang berasal dari bunyi) kendang: dang-dut. Beberapa pemusik tidak menyukai istilah yang dianggap melecehkan ini. Dalam Majalah Tempo edisi 5 Mei 1979, Said Effendi, pemimpin OM Sinar Agung, mengatakan istilah dangdut "muncul karena perasaan sinis dari mereka yang anti musik Melayu."
Weintraub menulis bahwa istilah dangdut diciptakan oleh majalah musik Aktuil. Namun, dalam wawancaranya dengan Meggy Z, Mansyur S. dan Dadang S., istilah dangdut jadi populer berkat jasa Bung Mangkudilaga, penyiar radio yang kerap mempromosikan dangdut di Radio Agustina, Tanjung Priok, Jakarta, pada 1973-1974.
Mangkudilaga mengasuh acara bernama "Sop Dangdut". Nama ini menarik sebab mencerminkan jiwa dangdut itu sendiri: percampuran. Sop dibuat dari pelbagai jenis sayur, sama halnya dangdut yang terbentuk dari pelbagai pengaruh musikal. Dengan jumlah penggemar yang teus membesar, banyak radio yang kemudian tertarik menyiarkan dangdut.
Faktor lain yang membuat dangdut makin populer adalah larisnya rekaman-rekaman Ellya Khadam. Salah satu indikator mulai populernya dangdut, terang Weintraub, adalah banyak musisi pop Indonesia (yang dianggap mewakili kaum sugih dan gedongan) mau membuat lagu berirama Melayu. Pada 1975, menurut Weintraub, dangdut sudah menguasai 75 persen pasar industri rekaman.
Dunia dangdut semakin membesar saat muncul sang ksatria bergitar dari Tasikmalaya, Jawa Barat, bernama panggung Rhoma Irama. Sebagai musisi dangdut, Rhoma istimewa karena punya akar musikalitas yang berbeda ketimbang penyanyi dangdut lain. Meski Rhoma kecil suka berdendang musik India, ia tumbuh dengan mendengarkan musik rock.
Saat ia muncul dengan pengaruh musik rock yang kental, banyak orang menudingnya tidak orisinal, termasuk wartawan Remy Sylado dari Aktuil. Moh. Shofan dalam Rhoma Irama: Politik Dakwah Dalam Nada (2014), menyebut bahwa Remy mengatakan Rhoma tak layak menyandang gelar raja dangdut karena ia tak orisinal.
Tapi ketidakorisinalitas Rhoma yang kemudian membawanya terus melejit. Ia berhasil membawa nilai-nilai dangdut, yakni percampuran banyak pengaruh musik dan hasil dari akulturasi budaya. Rhoma menyuntikkan pengaruh rock dan pop dalam dangdut.
"Rhoma melakukan banyak persilangan. Sebuah crossover yang memperkaya anasir musik dangdut itu sendiri. Rhoma melakukan perubahan besar-besaran pada semua aspek dengan melakukan elektronisasi. Unsur gitar dan drum yang menjadi ciri musik rock, begitu kental mewarnai musik dangdut ini," tulis Shofan.
Rhoma kemudian jadi nama yang dominan dalam dunia dangdut, dan menyandang julukan si Raja Dangdut. Sayangnya, terlalu lama menjadi raja membuat Rhoma lupa soal nilai akulturasi yang sempat ia bawa dulu. Ketika Inul Daratista muncul membawa musik koplo sebagai gagrak baru dangdut, Rhoma meradang. Dangdut koplo terpengaruh oleh budaya Jaipong dan Jaranan, dan cepat populer.
Segala pakem dan patron yang dibangun si Raja Dangdut selama puluhan tahun perlahan terkikis karena gagrak dangdut yang datang dari pinggiran Jawa Timur, tempat asing dan teramat jauh dari Deli Serdang. Padahal koplo adalah hasil dari akulturasi budaya, meleburkan pengaruh satu dengan yang lain; sama seperti proses lahirnya dangdut.
Fachry Ali dalam "Musik Melayu atau Dangdut Sebagai Counter-Culture" menulis bahwa Rhoma adalah seorang "ideolog" ketimbang seorang penyanyi. Dan sang raja sadar betul bahwa musik dangdut adalah "tahapan terdekat dari transformasi genre lagu-lagu keagamaan." Boleh dibilang, sudah sejak akhir 1970-an, Rhoma meletakkan agama berdampingan dengan politik dan dangdut. Karenanya, awal kemunculan koplo yang dianggap seronok, dianggapnya merusak trivium yang ia bangun.
Tapi bahkan seorang Raja Dangdut pun tidak bisa membendung selera yang terus berubah. Sekitar 15 tahun sejak pertikaiannya dengan Inul, dangdut koplo tidaklah mati. Malah makin berkembang, mengalami transformasi yang mencengangkan. Dari gaya bernyanyi yang berbeda jauh dibanding era Ellya Khadam atau Ikke Nurjanah, gaya busana yang jauh dari kata seronok, hingga cara pemasaran yang lebih mengandalkan internet.
Belakangan, kita pun mengenal biduanita-biduanita baru dari rahim dangdung koplo, yang popularitasnya dan jadwal kegiatannya tak kalah dari orang paling penting di negeri ini. Nama-nama ini termasuk Via Vallen dan Nella Kharisma.
Dari kawin silang kerajaan dangdut ini, dari lagu "Terajana" hingga "Anoman Obong", dari "Viva Dangdut" hingga "Jarang Goyang", kita tak pernah tahu arah (akulturasi) musik dangdut bakal ke mana. Tetapi, satu hal yang pasti, semua ini membuat kita makin luwes berjoget, dan penyanyinya bertambah sugih. - KONTAK PERKASA FUTURES
sumber: Tirto.id
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:18 AM