Powered by Blogger.
Latest Post

Kartini dan Kesetaraan Gender dalam Sawit Indonesia

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, May 2, 2017 | 9:42 AM


PT Kontak Perkasa - Perjuangan Raden Ajeng Kartini di masa lalu sukses menghasilkan pemimpin perempuan Indonesia yang telah membuktikan kiprahnya dalam berkarya di negeri tercinta maupun di tingkat internasional, salah satunya dalam sektor atau komoditas sawit.

Dalam rangka menyambut Hari Kartini, empat perempuan hebat Indonesia yang aktif terlibat dalam komoditas sawit berbagi buah pikiran dan berdiskusi mengenai tantangan dan peluang mewujudkan sawit yang berkelanjutan di Indonesia pada kesempatan jumpa pers dan diskusi sawit berkelanjutan yang diadakan oleh IDH-The Sustainable Trade Initiative bersama Thamrin School of Climate Change and Sustainability.

Seperti yang kita ketahui, komoditas sawit merupakan primadona bagi Indonesia sekaligus dalam perdagangan global. Dengan tingkat produktivitas global yang relatif tinggi serta pangsa pasar dan kontribusi sawit di perdagangan minyak nabati dunia meningkat dari 26 ke 42 persen sejak tahun 1980 ke 2014 – komoditas sawit tetap tidak dapat lepas dari sorotan dunia, terutama yang terkait dengan aspek keberlanjutan (sustainability) dengan dampaknya terhadap hutan dan gambut, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), dan kesejahteraan petani kecil.

Selain dampak-dampak tersebut, membicarakan sawit berkelanjutan/lestari akan timpang jika analisa gender belum digunakan dalam proses penerapannya. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dalam perkebunan sawit merupakan salah satu aspek penting yang belum cukup mendapatkan perhatian berbagai pihak. Berbagai isu yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai masih sedikitnya informasi tentang bagaimana dampak tata kelola sawit pada perempuan, bagaimana pemenuhan hak atas petani sawit/pekerja sawit perempuan saat terjadi transfer lahan untuk sawit, serta perlakukan terhadap pekerja perempuan di perkebunan sawit.

Diskusi panel yang digelar hari ini mengangkat tema “Percepatan Penerapan Sawit Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang di Indonesia”, dan menggarisbawahi bahwa penerapan sawit berkelanjutan di Indonesia telah dan akan terus membantu mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan, mencegah deforestasi dan konversi gambut, sekaligus memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (ST2013) mengungkap fakta menarik, sekitar 23 persen atau 7,4 juta petani di Indonesia adalah perempuan. Dalam target Sustainable Development Goals (SDGs) juga berfokus pada pencapaian kesetaraan gender yang memberdayakan seluruh perempuan, menghentikan diskriminasi terhadap perempuan di mana pun, mengeliminasi segala bentuk kekerasan pada perempuan dalam lingkup publik maupun pribadi, termasuk perdagangan, kekerasan seksual dan segala macam bentuk eksploitasi lainnya.

“Kritikan global terhadap Indonesia bisa dilihat dari kacamata positif perempuan Indonesia yang ingin membangun generasi selalu baik, dan bahwa Indonesia yang bisa memberikan banyak dampat terhadap perdagangan global selalu berbenah diri untuk perbaikan di berbagai aspek produksi minyak sawit dan komoditas unggulan lainnya”, ujar Tiur Rumondang dari Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

Sedangkan Diah Suradiredja dari Kehati/ISPO menuturkan, “Masih banyak tantangan untuk membangun aspek berkelanjutan dalam ISPO, apalagi ada indikasi 3,5 juta hektar kebun kelapa sawit di kawasan hutan. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui memadukan pendekatan lanskap dan peninjauan lapangan secara serius yang merangkum penilaian keanekaragaman hayati sekaligus mekanisme penyelesaian legalitas lahan dan penegakan hukum”.

Nurdiana Darus dari Rainforest Alliance menyampaikan bahwa usaha untuk mencapai kelapa sawit keberlanjutan tidak mungkin dapat tercapai tanpa peran pemerintah, terutama pemerintah daerah. Kolaborasi antara para pengusaha kelapa sawit dengan donor dan organisasi masyarakat sipil hanya bisa mencapai kesuksesan bilamana program-program tersebut dikomandani oleh pemerintah.

"Pemerintah daerah mempunyai peran utama dalam tercapainya target pembangunan yang berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dan kami melihat pergerakan yang sangat positif dengan adanya delapan kabupaten dari Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi yang telah mempelopori terbentuknya Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dimana target utama platform tersebut adalah tercapainya pembangunan berimbang antara aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan,” katanya.

Sementara itu, Desi Kusumadewi dari IDH-The Sustainable Trade Initiative mengungkapkan, “Pendekatan yuridiksi yang dipimpin pemerintah dan didukung oleh seluruh aktor di sepanjang rantai pasok, termasuk pasar, institusi keuangan dan LSM, menciptakan kekuatan yang luar biasa untuk menjadikan yuridiksi tersebut sebagai Verified Sourcing Area minyak sawit berkelanjutan di dunia, sekaligus meraih kesempatan untuk peningkatan perekonomian, kesejatheraan petani dan perlindungan lingkungan."

Melihat sudut pandang yang disampaikan oleh keempat tokoh perempuan pada diskusi ini, masih banyak tantangan kedepan yang harus dibenahi oleh seluruh pihak yang terlibat dalam sektor sawit khususnya dalam upaya penerapan sawit berkelanjutan yang pada akhirnya dapat mengusung kesetaraan dan keadilan gender. Diskusi ini diharapkan juga dapat dijadikan sebagai wadah  ‘call for action’ bagi multistakeholders sawit, baik perusahaan, NGO dan pemerintah untuk memaksimalkan upaya membiasakan kesetaraan dan keadilan perempuan dalam percepatan penerapan sawit berkelanjutan.

Langkah-langkah yang sudah dan sedang dilakukan oleh Kartini-Kartini Indonesia di sektor sawit ini sedikit banyak telah mampu memperlihatkan opsi solusi bagi pengembangan sawit yang ramah lingkungan dan sosial di Indonesia serta sebagai bentuk nyata upaya apresiasi bagi petani dan pekerja perempuan di sektor sawit Indonesia.

Pada akhirnya, upaya-upaya ini diharapkan dapat membantu komoditas tersebut menjadi sangat produktif dan membawa nilai tambah, tetapi juga berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat - PT Kontak Perkasa
Sumber:nationalgeographic
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:42 AM

Petani Rumput Laut NTT Menang Gugatan di Australia

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, April 28, 2017 | 9:10 AM

Kontak Perkasa Futures - Rata-rata masyarakat di Indonesia mulai meninggalkan profesi petani yang ditekuni sejak dulu karena semakin canggihnya teknologi dan kemajuan peradaban. Salah satu alasan petani berpaling dari profesinya karena penghasilannya yang sangat minim. Pendapatan riil petani hanya Rp200 ribu per bulan, angka yang sangat kecil dibanding dengan harga bahan pokok yang terus meroket.

"Hasil penelitian dan bahan wawancara langsung dengan sejumlah petani di daerah tertentu diketahui bahwa petani merupakan profesi mulai ditinggalkan penduduk Indonesia, termasuk yang ada di NTT," kata Pengamat Pertanian Agribisnis Universitas Nusa Cendana Kupang Ir Leta Rafael Levis, M.Rur.Mnt di Kupang, Sabtu, (10/12/2016) seperti dilaporkan Antara.

"Pendapatan seperti itu itu berpotensi mengganggu target swasembada jagung yang ditargetkan secara nasional pada 2018," imbuh Dosen pada Fakultas Pertanian Undana Kupang itu.

Selain penghasilan yang minim, sebab lain petani mulai meninggalkan profesi ini karena perkembangan iklim dalam tiga tahun terakhir ini yang tidak beraturan yang menurut para ahlinya disebabkan oleh fenomena el-nino dan la-nina.

Dia mengatakan dengan tipe curah hujan moonsonal (memiliki satu puncak hujan) itu, NTT tidak luput dari fenomena ini. Normalnya musim kemarau yang berlangsung cukup lama hingga delapan bulan, sementara rata-rata musim hujan berlangsung selama 4 bulan (Desember-Maret) hampir tidak berjalan normal dalam tiga tahun terakhir ini.

Bahkan pada 2014 dan 2015, NTT mengalami musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan tahun normal, meskipun intensitas hujan tidak sebesar peningkatan di daerah lain yang menimbulkan banjir.

Pola musim seperti ini di NTT dipengaruhi oleh angin kering dari Australia menyebabkan konvergensi awan tidak seintens wilayah Indonesia yang lain.

"Pertanian di NTT katanya merupakan sektor paling rentan terhadap resiko iklim ekstrim, baik itu el-nino maupun La-nina dengan dampaknya masing-masing, seperti pada kondisi La Nina tentumenyebabkan kerusakan tanaman akibat banjir, dan meningkatkan intensitas serangan hama dan penyakit," katanya.

La Nina menyebabkan kelembaban dan curah hujan tinggi yang disukai oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pada daerah rawan banjir, kehadiran La Nina menyebabkan gagal panen akibat terendamnya tanaman.

Pengaruh kelebihan air terhadap tanaman akan lebih sensitif pada tanaman muda dibandingkan tanaman dewasa. Sehingga tingkat kerentanan terhadap La Nina juga tergantung pada saat kejadiannya, apakah anomali iklim terjadi pada fase awal perkembangan tanaman atau pada tahap dewasa.

Karena itu, pemerintah daerah perlu memainkan peran yang strategis guna menarik minat masyarakat menjadi petani jagung yang profesional dalam rangka mewujudkan target swasembada jagung 2018.

"Ya salah satu strategi untuk mewujudkan target swasembada jagung 2018 untuk memenuhi kebutuhan jagung sendiri tanpa impor maka pemerintah harus menciptakan peluang guna menarik minat masyarakat menjadi petani yang profesional," katanya - Kontak Perkasa Futures
Sumber:tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:10 AM

Gemar Mendaki Gunung? Kenali Gejala Acute Mountain Sickness

Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, April 27, 2017 | 11:47 AM

PT Kontak Perkasa Futures - Mendaki gunung merupakan sebuah aktivitas di luar ruangan yang cukup populer bagi masyarakat Indonesia. Bahkan aktivitas mendaki gunung seringkali dijadikan hobi yang rutin dilakukan oleh sebagian orang.

"Namun dalam mendaki gunung, kita juga harus memperhatikan kondisi tubuh kita, apakah layak untuk mendaki atau tidak. Kenali juga berbagai penyakit yang nantinya bisa menyerang pada saat pendakian. Penyakit ini biasa disebut altitude illness atau penyakit ketinggian," kata Mountain Guide di Indonesia Expeditions, Rahman Muchlis pada acara 'Sharing Tips dan Pengalaman Mendaki Gunung di Atas 4.000 mdpl' di Consina Store Buaran.

Penyakit ketinggian yang biasanya menyerang para pendaki di atas gunung adalah Acute Mountain Sickness atau biasa disebut AMS.

"Hal-hal yang bisa menyebabkan pendaki terkena penyakit ini adalah daya tahan tubuh pendaki terhadap perbedaan ketinggian dan kecepatan pendakian yang tidak teratur," ujar Rahman.

Menurut gejala dan levelnya, AMS masih terbagi menjadi tiga kategori yakni AMS ringan, AMS sedang dan AMS berat.

Rahman menjelaskan bahwa sebanyak 75 persen kasus yang ada, AMS ringan biasanya terjadi pada saat pendaki memasuki ketinggian 3.000 - 4.000 mdpl. Gejala munculnya AMS ringan biasanya muncul 12-24 jam setelah pendaki tiba di ketinggian tersebut.

Gejala yang muncul biasanya berupa sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, sesak nafas, tidur terganggu, dan lain sebagainya.

Solusi untuk mengatasi hal ini adalah pendaki harus tetap sadar dan tetap melakukan aktivitas ringan. "Disarankan untuk tidak langsung tidur jika mengalami gejala tersebut," kaa Rahman.

Sementara AMS sedang, lanjut Rahman, akan menyerang pendaki jika gejala pada AMS rendah tidak teratasi dengan baik.

Biasanya gejala yang muncul pada AMS sedang, pendaki akan merasakan sakit kepala parah, mual disertai muntah, penurunan kesadaran (ataksia), dan lain sebagainya.

Solusi jika pendaki mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah turun ke tempat yang lebih rendah untuk proses penyesuaian ketinggian atau aklimatisasi.

"Hal ini harus dilakukan untuk menghindari gejala ataksia mencapai titik puncaknya di mana si penderita tidak akan bisa berjalan dengan normal," ujar Rahman.

Rahman melanjutkan, AMS berat terjadi ketika si penderita mengalami sesak nafas dan kehilangan kesadaran total (penurunan status mental).

Dalam kasus ini, pendaki tersebut sudah tidak sadarkan diri dan harus segera ditandu menuju tempat yang lebih rendah dan harus ditangani serius oleh petugas medis.

"Sebenarnya untuk menghindari penyakit AMS cukup simpel. Pada saat mendaki, biasakan untuk berjalan sesuai ritme, tidak terburu-buru atau tergesa-gesa. Hal ini berguna bagi tubuh membiasakan ketinggian atau aklimatisasi. Sehingga kerja tubuh juga tetap berjalan dengan normal," saran Rahman - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:nationalgeographic
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 11:47 AM

Santai Sore di Sejuknya Taman Sriwedari Solo

Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, April 26, 2017 | 10:05 AM


PT Kontak Perkasa - Kota Solo punya banyak spot untuk menghabiskan waktu senggang di sore hari. Taman Sriwedari jadi salah satu destinasi yang sayang untuk traveler lewatkan.

Taman Sriwedari merupakan kawasan taman hiburan yang sempat nge-tren di zamannya. Di sini ada Gedung Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari, Taman Hiburan Rakyat Sriwiedari, dan juga rumah joglo besar yang bisa juga sebagai lokasi pementasan seni.

mengunjungi Taman Sriwedari saat libur panjang Jumat (15/4/2017) akhir pekan lalu. waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. Suasana Sriwedari saat itu cukup ramai pengunjung, mereka dudu-duduk di sekitar taman, serta menikmati aneka sajian kuliner yang ada di sana.

Sejarahnya, Taman Sriwedari merupakan taman kota yang didirikan oleh Raja Pakubuwono X. Sejak era Pakubuwono X, Taman Sriwedari menjadi lokasi tradisi hiburan rakyat 'Malem Selikuran'. Sriwedari juga pernah menjadi lokasi penyelenggaraan PON I di tahun 1948.

Namun sayang, Taman Sriwedari saat ini tengah menjadi sengketa antara Pemerintah Kota Solo dan juga ahli waris dari pihak KRMH Wirjodiningrat, selaku adik ipar dari Pakubuwono X. Sampai sekarang, kisruh ini belum kunjung usai.

Sangat disayangkan memang, padahal secara keseluruhan lokasi Taman Sriwedari ini menarik untuk dijelajahi. Ada arena taman bermain yang cocok untuk anak-anak. Ada pula gedung pertunjukan wayang orang yang sangat bersejarah.

Sore itu, langit Solo mendung tebal. Kunjungan kami di Taman Sriwedari harus diakhiri lebih cepat, karena hujan turun dengan derasnya. Terbersit satu harapan dari dalam hati, Taman Sriwedari bisa direvitalisasi dan hidup kembali seperti pada masa jayanya dulu.

Taman Sriwedari bisa menjadi pilihan liburan yang cukup murah meriah di Solo. Kawasannya sejuk, dan cocok sebagai liburan keluarga. Asalkan dilakukan perbaikan di sana sini, bukan tidak mungkin Taman Sriwedari akan jaya kembali - PT Kontak Perkasa
Sumber:travel.detik
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:05 AM

Temukan Fosil Gajah saat menggali Makam

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, April 25, 2017 | 9:35 AM


Kontak Perkasa Futures, Yogyakarta - Ada banyak cerita unik soal penemuan fosil di Sangiran. Salah satunya, saat hendak menggali makam, ternyata di dalam lubang itu malah ketemu fosil gajah.

Tersembunyi di kedalaman tanah Sangiran, banyak tersimpan sisa-sisa tulang makhluk hidup yang telah membatu, atau biasa disebut fosil. Fosil-fosil ini berasal dari manusia, hewan, hingga tumbuhan yang berasal dari era pra sejarah, sekitar ratusan ribu hingga jutaan tahun silam.

Cerita penemuannya pun cukup unik dan menarik untuk disimak. Salah satunya dituturkan oleh Dody Wiranto, Kepala Seksi Pemanfaatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.

Kepada detikTravel, Dody bercerita pada satu waktu, ada warga Sangiran yang menemukan fosil gading gajah saat sedang menggali makam untuk kerabatnya yang meninggal. Penggalian makam pun terpaksa ditunda dan lokasinya mesti dipindah, karena fosil gajah dianggap lebih penting untuk lebih dahulu diselamatkan.

"Saat sedang gali makam, mayatnya udah mau dimasukin ke lubang, eh ada fosil gajah. Ya sudah nggak jadi dikubur. Kita datangi, kita selamatkan dulu fosil gajahnya. Kita pentingkan itu dulu. Padahal sudah jam 6, udah gelap itu," cerita Dody di kantornya Cluster Krikilan, Kamis (20/4) kemarin.

Lain cerita Dody, lain juga cerita Sutanto (61) alias Pak Tanto, warga asli Sangiran yang kerap menemani peneliti asing melakukan penelitian di Sangiran. Menurut cerita Pak Tanto, orangtuanya dulu ikut dalam ekspedisi Von Koenigswald dalam mencari fosil manusia purba di tahun 1934.

Von Koenigswald punya cara tersendiri agar para warga mau untuk mencari fosil. Di zaman itu, mencari fosil bukanlah aktivitas yang lazim dilakukan oleh warga asli Sangiran. Harus ada iming-iming imbalan, agar warga mau menemukan fosil.

"Waktu Von Koenigswald datang ke sini, dia bawa uang banyak terus disebar-sebar di bukit-bukit, di lereng-lereng. Kata dia uang itu boleh buat kalian, tapi kalau nemu fosil, harus diserahkan ke Von Koenigswald. Uangnya macem-macem ada kepeng, sen, ada benggol," kenang Tanto.

Cerita penemuan fosil berikutnya dikisahkan oleh Sukadi, anak dari Tukiman, seorang petani yang menemukan fosil S-17 alias Sangiran 17 di tahun 1969. Asal traveler tahu, fosil Sangiran 17 merupakan fosil Homo Erectus terlengkap yang pernah ditemukan di Indonesia.

Berkat fosil S-17, para peneliti bisa merekonstruksi wajah dari Homo erectus yang hidup ratusan ribu tahun silam. Sukadi bercerita, ayahnya dulu menemukan fosil S-17 secara tidak sengaja, sewaktu sedang mengerjakan parit di lahan persawahan.

"Ditemukannya tahun 1969, waktu itu bapak mau bikin parit pakai linggis. Nggak sengaja linggisnya kena tulang, dia nggak tahu itu apa, makanya sekarang fosil S-17 itu ada lubangnya, karena kena linggis bapak tadi," kisah Sukadi kepada detikTravel, Jumat (21/4/2017).

Kini, fosil S-17 disimpan di Museum Geologi Bandung. Kisah-kisah penemuan fosil di Sangiran, baik yang sengaja dicari maupun tidak, pelan-pelan membuka tabir sejarah kehidupan manusia purba di masa lampau. Sekarang, kita bisa menikmati dan memetik pelajaran sejarah dari fosil-fosil ini, bila berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran - Kontak Perkasa Futures

Sumber:travel.detik
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:35 AM

Alasan Disarankan Bilas Sebelum Berenang

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, April 21, 2017 | 10:04 AM


PT Kontak Perkasa Futures - Mereka yang berenang mungkin pernah merasa tenggorokan kering dan perih serta sulit bernapas. Tak sedikit yang panik karena mengira itu gejala sesak napas atau serangan jantung. Padahal penyebabnya adalah pengaruh klorin di air kolam renang.

“Lingkungan yang penuh klorin membuat orang merasa seperti tercekik atau sulit bernapas,” kata Dr. James Hull, dokter spesialis pernapasan di RS Royal Brompton di London, Inggris. Tapi dalam banyak kasus, bukan klorin yang memicu masalah tersebut melainkan reaksi kimiawi yang terbentuk ketika klorin ‘bersinggungan’ dengan zat-zat lain.

Kebanyakan zat lain tersebut dibawa oleh para perenang yang tidak membilas diri dulu sebelum masuk ke kolam. “Zat itulah yang kemudian meracuni air dan membahayakan perenang,” kata Hull seperti dilansir Dailymail. Sebab, dia menjelaskan, klorin yang berinteraksi dengan keringat, air seni, serta produk kecantikan membentuk kloramin yang mengambang di permukaan air dalam bentuk gas dan bisa terhirup.

Kloramin lebih berat dari udara. Zat ini mengapung di atas permukaan air sehingga sangat mudah terhirup. Banyak yang percaya kloramin bisa menyebabkan masalah pada paru-paru.

Sebuah penelitian di Swedia pada 2013 mempelajari kesehatan 146 pekerja di 46 kolam renang dalam ruangan dan 17 persen diantaranya mengalami gangguan pernapasan di tempat bekerja tapi tidak terjadi di rumah.

Sebuah laporan yang dimuat di jurnal Expert Review of Respiratory Medicine pada 2012 menunjukkan sensitivitas yang tinggi terhadap aliran udara di kalangan perenang. Riset para ilmuwan di Kanada tentang paru-paru para atlet renang mendapati setelah latihan, atlet-atlet itu menunjukkan gejala yang mirip asma.

Hull juga menyarankan mereka yang merasa kesulitan bernapas saat berenang segera memeriksakan diri ke dokter, terutama para lansia. Musababnya, bukan tak mungkin kesulitan bernapas itu memang benar berkaitan dengan masalah jantung, bukan sekedar akibat kloramin.

Memilih kolam renang terbuka lebih baik dibanding di dalam ruangan atau tertutup karena sirkulasi udara yang lebih sempurna. Hull mengimbau siapapun yang akan menceburkan diri ke kolam renang sebaiknya membilas diri dulu agar kotoran atau kosmetika di tubuh tak terbawa ke air dan membahayakan pemakai kolam yang lain - PT Kontak Perkasa Futures
Sumber:cantik.temo
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:04 AM

Di Tengah Perang Pun Mereka Tetap Gemar Membantu Orang Asing

Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, April 20, 2017 | 8:55 AM

PT Kontak Perkasa - Dalai Lama ke 14, Tenzin Gyatso, pernah berkata bahwa esensi dari praktik spiritual adalah perilaku kita terhadap orang lain.

“Saat kamu memiliki motivasi yang jujur dan murni, maka perilakumu bekerja berdasarkan kebaikan, niat tulus, cinta dan rasa hormat. Praktik berbuat baik membuat kesadaran bahwa kita semua satu dan pentingnya orang lain yang mendapatkan manfaat dari perilakumu,” katanya.

Ucapan ini merupakan jawaban atas pertanyaan jurnalis Catherine Ingram, di Dharamsala, India pada 2 November 1988.

Sikap baik terhadap orang lain adalah wujud paling tinggi dalam relasi manusia. Ada banyak bentuk kebaikan yang dilakukan oleh orang asing terhadap orang asing lainnya yang terinspirasi dari sikap welas asih. Misalnya Caffè Sospeso, sebuah tradisi yang ada di kafe-kafe kelas pekerja di Naple, di mana seseorang membayar dua cangkir kopi, tapi hanya membawa satu saja. Jatah satu kopi yang lain diberikan kepada orang asing yang membutuhkan. Kebiasaan ini mampu membantu pengemis dan orang miskin yang membutuhkan kopi. Tak jarang, pemilik toko pun memberi makanan ringan.

World Economic Forum baru-baru ini meluncurkan laporan dari CAF World Giving Index yang menunjukkan negara-negara mana saja di dunia yang paling gemar membantu orang asing. Tidak sekadar membantu, laporan ini juga menunjukkan sikap ini adalah tradisi yang mendarah daging bagi orang-orang di negara tertentu dan menjadi bagian identitas agama atau kebudayaan mereka.

Pengantar dalam laporan itu menunjukkan tren keinginan membantu orang lain semakin meningkat, meski dunia sedang dalam ketakutan akibat teror. Stéphanie Thomson, editor dari situs World Economic Forum, menyebut bahwa ada data yang menunjukkan bahwa negara yang sedang mengalami pertikaian, tidak stabil, dan kerap dianggap berbahaya, tapi warganya adalah yang paling mungkin membantu orang asing di jalanan.

Dari 10 daftar negara dengan masyarakat paling ramah terhadap orang asing versi CAF World Giving Index, diketahui bahwa ada empat negara yang berada dalam kondisi buruk menurut Fragile States Index. Dua negara paling berbahaya dan rapuh tersebut adalah Irak dan Libya.

Warga kedua negara itu merupakan yang paling baik, mau membantu, dan berniat menolong orang asing jika membutuhkan. Orang-orang di negeri-negeri ini mengaku pernah membantu orang asing setidaknya dalam seminggu terakhir, padahal Irak dan Libya selama ini dilihat sebagai negara yang mengalami berbagai konflik, serangan teroris, dan kondisi politik yang buruk.

Bahkan sebelum perang berkecamuk, Libya dan Irak merupakan negara dengan kebudayaan berbagi antar-masyarakat yang demikian kuat. Menurut laporan CAF, masyarakat di kedua negara itu pernah disurvei sebelum perang, dan hasilnya menunjukkan 72 persen masyarakat Libya menyebut bersedia membantu orang asing jika bisa. Bahkan, saat perang, 79 persen masyarakat bersedia membantu orang lain apapun alasannya. Kebiasaan membantu ini tidak hanya karena tradisi setempat, tapi juga ajaran agama yang mereka anut.

Dalam film dokumenter berjudul Alone Through Iran - 1144 Miles of Trust, yang berkisah tentang Kristina Paltén, seorang perempuan Swedia yang menembus Iran dengan berlari sendirian, menemukan bahwa prasangka terhadap orang islam selama ini adalah hal yang salah dan buruk.

Saat menembus kota-kota di Iran, ia menemukan kebaikan, bantuan, dan kehangatan. Tidak jarang Paltén diberi tempat tinggal, makanan, dan juga kawalan di daerah berbahaya. Dari pertemuan dengan banyak orang Islam di Iran, Paltén menemukan wajah damai Islam, keramahan umat muslim, dan betapa berbeda gambaran teroris yang selama ini ia percaya.

Laporan dari CAF World Giving Index juga menunjukkan bahwa ada perasaan saling membantu saat krisis terjadi antar masyarakat yang mengalami masalah bersama. Ada indikasi bahwa semakin tinggi resiko atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat maka semangat untuk saling membantu semakin tinggi, mendorong mereka untuk bersatu dan memperkuat satu sama lain.

Dalam riset yang dilakukan peneliti di Universitas Freiburg pada 2012 menunjukkan bahwa kelompok masyarakat yang menghadapi stres bersama memiliki tendensi untuk saling mempercayai satu sama lain. Mereka juga cenderung akan berbagi hal-hal yang dimiliki, dan meningkatkan interaksi untuk saling mendukung. Data dari CAF juga menunjukkan masyarakat di Yunani, Yaman, dan Palestina merupakan negara-negara yang terpapar krisis tapi sangat baik terhadap orang asing.

D luar kategori negara paling ramah, tahun ini Myanmar menjadi negara paling dermawan versi CAF. Mereka memiliki tradisi untuk memberikan derma terhadap biksu Buddha yang seringkali adalah orang asing.

Di Indonesia, tradisi membayar zakat, sedekah, dan infak membuat Indonesia menjadi negara dengan warga yang juga dermawan, tepatnya berada di peringkat ketujuh. Menurut CAF, ada kemungkinan bagusnya ranking itu karena survei dilakukan berdekatan dengan bulan Ramadan, sebab di tahun sebelumnya, kedermawanan Indonesia ada di peringkat ke-22 - PT Kontak Perkasa
Sumber:tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 8:55 AM
 
Copyright © 2011. PT.Kontak perkasa Futures Yogyakarta All Rights Reserved
Disclaimer : Semua Market Reviews atau News di blog ini hanya sebagai pendukung analisa,
keputusan transaksi atau pengambilan harga sepenuhnya ditentukan oleh nasabah sendiri.
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger