Powered by Blogger.
Latest Post

Tak Sengaja Bikin Produk, 5 Orang Ini Mendadak Kaya Raya

Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, February 13, 2017 | 10:35 AM

Kontak Perkasa Futures - Kadang-kadang, produk bisnis yang paling sukses dan menguntungkan justru ditemukan secara kebetulan belaka. Siapa sangka, ketidaksengajaan berbuah kekayaan.

Lima orang ini tidak sengaja menemukan produk. Namun, produknya hingga saat ini malah dipakai masyarakat. Ketidak sengajaan ini malah membuat mereka bergelimang harta.

Berikut 5 tokoh dan produknya:

1. Harry Coover, lem Super
Hampir semua orang pernah menggunakan super glue atau lem super. Nah, jika kamu terbiasa memanfaatkannya, berterima kasihlah pada kimiawan Amerika Harry Coover yang menemukannya. Tahukah kamu, sebenarnya saat menciptakan lem super Harry tengah berusaha menciptakan sesuatu yang lain menggunakan bahan kimia yang disebut cyanoacrylate.

Setelah percobaan gagal, dia malah menemukan apa yang menjadikannya miliarder. Saking populernya, penemuannya itu menciptakan 2 miliar penjualan. Ini adalah salah satu kecelakaan penemuan paling menguntungkan sepanjang masa. 

2. Robert Chesebrough, Vaseline
Robert Chesebrough baru berumur 22 tahun ketika mencoba menekuni industri minyak. Suatu hari dia turun dalam sumur minyak dan menemukan sesuatu yang disebut pekerja sebagai batang lilin. Dia bersama orang lain melihat bagaimana zat tersebut bisa menyembuhkan luka. Jiwa kewirausahaan mengambil alih dan dia membawanya pulang untuk eksperimen.

Setelah trial dan error, dia mampu mengekstrak petroleum jelly yang kemudian menjadi bentuk pertama Vaseline. Pada 1880-an dia menjadi kaya karena menjual penemuan barunya.

3. Frank Epperson, Popsicle
Pada 1905, seorang anak bernama Frank Epperson meninggalkan campuran air dan bubuk soda di teras dengan tongkat dalam gelas. Dia tidak tahu pada saat itu dia tengah membuat es lolipop pertama.

Sekitar 1923 dia mulai melakukan gerakan. Dia mulai menjual suguhan beku yang kala itu dinamakan Eppsicles. Nama tersebut kemudian berubah dan dipatenkan menjadi Popsicle Corporation. Pada 1928, sudah ada lebih dari 60 juta penjualan Popsicle di seluruh dunia.

4. Joseph McVicker, Play-Doh
Pada 1952, seorang pria bernama Josep McVicker bekerja untuk sebuah perusahaan bernama Kutol. Adik iparnya memberi tahu sebuah ide baru. Saudaranya itu telah berhasil mencuri bahan pembersih non-toxic dari tempat dia bekerja. McVicker melihat itu sebagai kesempatan langsung untuk membuat uang.

McVicker menambahkan beberapa pewarna untuk adonan serta memberikan aroma yang menyenangkan. Segera setelah itu, dia mendirikan perusahaan sendiri dan mencetak jutaan uang. 

5. Percy Spencer, Oven Microwave
Percy Spencer adalah seorang insinyur Amerika yang sedang bereksperimen pada sesuatu yang dapat digunakan untuk mendeteksi pesawat musuh selama Perang Dunia 2. Selama eksperimen, dia tidak sengaja melelehkan permen batangan di sakunya dengan gelombang mikro yang ditransmisikan dari mesin.

Kemudian dia mengujinya pada popcorn dan telur. Akhirnya dia dan rekan-rekan yakin itu bisa digunakan sebagai produk memasak. Dia mematenkannya pada 1940 dan mendapatkan uang dari penemuan yang tidak sengaja - Kontak Perkasa Futures

today.line
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:35 AM

Tak Perlu Kekerasan Mendidik Pecinta Alam

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, February 10, 2017 | 10:35 AM

PT Kontak Perkasa Futures“Dilarang mengambil apapun kecuali foto, dilarang meninggalkan apapun kecuali jejak, dilarang membunuh apapun kecuali waktu.”

Etika universal beraktivitas di alam bebas ini menjadi semboyan penyelenggara Pendidikan Dasar (Diksar) The Great Camping Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi). Mereka tak hanya "mengambil" masa depan peserta didik, "meninggalkan" citra buruk, tapi juga “membunuh” peserta diksar. 

Tiga dari 34 mahasiswa peserta meninggal sesudah mengikuti pelatihan tersebut di Gunung Lawu, Lereng Selatan, Tawangmangu, pada 13-20 Januari 2017. Ada "indikasi kekerasan" menimpa Muhammad Fadhli, Syaits Asyam, dan Iham Nurpadmy Listia Adi—ketiganya berusia 20 tahun. Ini fakta yang tak bisa disebut kecelakaan semata dengan menghitung jumlah korban. Ini "kecolongan" besar bagi Mapala Unisi sebagai organisasi kampus.

Sejak 24 Januari, pihak kampus mulai melakukan penanganan kesehatan, termasuk dengan menyatakan sepuluh peserta dirawat inap dan yang lain rawat jalan. Temuan awal tim investigasi internal UII menyimpulkan "terdapat indikasi kekerasan yang dilakukan oleh oknum tertentu selama kegiatan." 

Menilik soal kegiatan alam bebas di Indonesia tak terpisahkan dari tiga organisasi tertua, yaitu Wanadri (Bandung) dan Mapala Universitas Indonesia yang sama-sama lahir pada 1964, dan disusul Aranyacala Universitas Trisakti (Jakarta) pada 1967. 

Bagaimana sebenarnya mereka menempa fisik dan mental para calon anggotanya?

Beda Cara Satu Tujuan

Kegiatan alam bebas, selain sebuah hobi, juga punya tujuan dalam membentuk karakter fisik, mental, inteligensi seseorang, kadang ditambah unsur 'machoisme' yang seringkali menempatkan peserta didik dalam wilayah abu-abu apakah tengah menjalani gemblengan ataukah kekerasan.

Perhimpunan pendaki gunung dan organisasi pencinta alam di atas memakai dua mazhab berbeda dalam metode pendidikan di alam bebas. Wanadri mewakili metode yang mengadopsi garis dasar kepanduan dan pendidikan militer. Sementara Mapala UI dan Aranyacala mengadopsi metode pendidikan alam bebas berlatar komunitas akademis di kampus.

Ichsan, yang mendapatkan pendidikan dasar Wanadri tahun 2001, mengisahkan bagaimana ia menjalani proses tersebut hingga lulus dan berhak menerima lencana “api rawa”nama untuk angkatan putra 2001 Wanadri.

Sebelum menjalani diksar, Ichsan harus melalui proses seleksi ketat, dari ujian tertulis kemampuan dasar alam bebas, uji psikotes, uji fisik, hingga tes kesehatan. Untuk proses ini Wanadri mengajak beberapa lembaga profesional termasuk dari Kodam Siliwangi dan jurusan kedokteran, yang memeriksa kesehatan secara umum untuk memastikan kesiapan jasmani para calon peserta. Proses ini juga memerlukan persetujuan tertulis dari calon anggota dan keluarganya.

“Kita enggak mau ambil risiko dengan kegiatan kita, udah kayak masuk tentara, benar-benar profesional proses seleksinya,” kata Ichsan yang pernah menjadi instruktur Wanadri kepada Tirto di kediamannya, Pondok Petir, Depok.

Selama proses pendidikan, kesehatan para peserta selalu diawasi oleh tim dokter pendamping. Tindakan fisik sebagai bagian dari hukuman memang kadang diperlukan dalam proses pendidikan Wanadri, tapi dilakukan dengan terukur, bukan untuk menyakiti peserta diksar apalagi sebagai aksi sengaja.

“Ada hukuman fisik, tapi itu diberikan ketika peserta didik sudah dianggap membahayakan dirinya atau peserta lain,” katanya.

Galih Donikara, salah satu anggota senior Wanadri, menggambarkan proses pendidikan di Wanadri atau kegiatan alam bebas. Pada umumnya kegiatan macam ini harus berpatokan pada tiga hal: alam, penyelenggara, dan peserta. 

Alam mengandung dan mengundang bahaya sehingga faktor kesiapan meminimalisirnya sangat penting dalam kegiatan alam bebas. Penyelenggara dituntut selalu siap dalam situasi darurat, dari peralatan, perbekalan, metode pendidikan yang sesuai, dan lainnya. Terakhir adalah peserta yang sudah diseleksi ketat untuk menekan risiko terburuk yang menanti di alam bebas. Metode latihan Wanadri termasuk pula latihan bertahan hidup di hutan, misalnya menangkap ular. 

“Untuk metode mendidik, persoalannya ada yang mengadopsi gaya militer, tapi tak tahu ada ukurannya, tidak tahu porsi hukumannya, tahapannya seperti apa,” kata Galih menanggapi kasus Mapala Unisi.

Mapala UI, organisasi pencinta alam kampus tertua di Indonesia, menganut pola didik secara bertahap. Seorang senior di Mapala UI pernah berujar: “Cara survival terbaik adalah dengan manajemen perjalanan yang baik. Seseorang tak akan tersesat di gunung atau mati kelaparan kalau mempersiapkan perjalanan dengan baik.”

Pendidikan dasar di Mapala UI bernama Badan Khusus Pelantikan. Ia berlangsung kurang lebih setahun, mencakup kurikulum pendidikan, jadwal latihan, materi kelas, dan materi lapangan. Seorang calon anggota harus melewati tahapan perjalanan pendek, panjang, hingga ekspedisi; semuanya disiapkan dengan pola manajemen perjalanan yang ketat. Mapala UI tak mengenal proses pelatihan dengan cara hukuman fisik atau kekerasan.

“Hingga kini Mapala UI dapat meneruskan regenerasi tanpa kekerasan fisik, mengedepankan pendampingan," kata Yohanes Poda Sintong, Ketua Umum Mapala UI dalam keterangan resminya.

“Kita kayak kuliahan seperti sistem SKS. Ada target indikator yang perlu dicapai, baik fisik, materi alam bebas, dan team building. Gaya keras-keras itu sudah tidak zaman,” kata Soleh, anggota senior Mapala UI, kepada Tirto.

Selain persoalan metode mendidik, organisasi semacam Wanadri, Mapala UI, hingga Aranyacala Trisakti tak terlepas dari persepsi sebagai organisasi yang hierarkis dan menganut senioritas. Panggilan 'Abang', 'Akang', 'Mas' untuk mereka yang lebih tua jadi hal lazim. Di Aranyacala ada istilah “super senior” dan di Mapala UI “Toku” atau “ML” untuk untuk mereka yang paling dituakan. 

“Senioritas, bagaimanapun, tetap ada, di tempat kerja pun sama. Ini lebih semacam penghormatan saja,” kata Slamet Gunung, salah satu jajaran angkatan pertama Aranyacala Trisakti.

“Dari pendidikan dasar yang pernah saya lewati, saya rasakan manfaatnya yang terus membekas," kata Ichsan dari Wanadri. "Semua harus safety first sebelum bertindak di kehidupan sehari-hari. Ini ibarat kita pasang anchor (pengikat) untuk tali, kalau bisa ada backup-nya atau sebanyak-banyaknya biar tenang dan aman.” 

Seseorang yang berkegiatan di alam bebas memang butuh fisik dan mental yang prima. Dan proses mendidiknya tidak harus dengan kekerasan fisik yang menyakiti atau mencederai, apalagi mematikan - PT Kontak Perkasa Futures

Sumber:tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:35 AM

90 Persen Karyawan di Perusahaan Tiongkok Digantikan Robot

Written By Kontak Perkasa Futures on Thursday, February 9, 2017 | 11:25 AM

PT Kontak Perkasa Yogyakarta - Sebuah pabrik di Dongguan, Tiongkok, mengaku tidak menyesal telah memberhentikan hampir semua para pekerjanya dan mengganti peran mereka dengan memanfaatkan robot.

Dilansir Nextshark, Changying Precision Technology Company telah mengganti pekerjanya sebanyak 590 orang, atau 90% dari total pekerja yang ada di pabrik tersebut dengan robot. Kini, pabrik itu hanya mempekerjakan 60 orang yang bertugas untuk mengawasi robot agar dapat bekerja secara optimal.

Pabrik di Dongguan itu merupakan sebuah perusahaan yang meproduksi ponsel. Pihak perusahaan mengaku dengan menggunakan robot untuk mengganti tenaga kerja manusia, lebih menguntungkan.

Robot tersebut berhasil membuat produktivitas pabrik meningkat 250 %, jika sebelumnya seorang pekerja hanya mampu memproduksi 8 ribu buah ponsel, kini dengan memanfaatkan robot, pabrik tersebut dapat memproduksi 21 ribu ponsel dalam sebulan.

Kegagalan produksi diakui pihak perusahaan juga menjadi turun, jika sebelumnya 25% hasil produksi mengalami kegagalan, kini kegagagalan produksi hanya mencapai 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan buatan dari robot tersebut mampu melakukan pekerjaan jauh lebih baik karena sangat minim melakukan kesalahan diabandingkan tenaga kerja manusia.

Terkesan dengan kinerja robot yang beroperasi di pabriknya, General Manager Luo Weiqiang menyampaikan rencanya bahwa untuk selanjutnya mereka akan mengurangi lagi karyawan manusia sebanyak 20 orang.

Kabar tentang peran robot yang mengambil jatah pekerjaan bagi manusia di Tiongkok bukan merupakan hal yang baru. Tahun lalu, Foxconn, pabrik yang merakit iPhone memberhentikan 60 ribu karyawannya dan menggantikan peran mereka dengan robot.

Secara keseluruhan sekitar 600 perusahaan di Kunshan, jantung industri elektronik yang berada di Tiongkok, menyatakan rencana ke depan untuk menghilangkan ribuan pekerja manusia agar dapat menekan biaya pengeluaran perusahaan guna membayar gaji tenaga kerja manusia.

Teknologi memang sangat membantu kinerja pabrik-pabrik elektronik di Tiongkok, namun hal yang perlu dicatat adalah dengan adanya robot-robot di Tiongkok tersebut, justru semakin menambah kesulitan bagi warga di sana untuk mendapatkan pekerjaan - PT Kontak Perkasa

Sumber:citizen6.liputan6
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 11:25 AM

Penjara Yang Terbeli

Written By Kontak Perkasa Futures on Wednesday, February 8, 2017 | 10:09 AM

Kontak Perkasa Futures - Sejak peradaban berkembang, hampir semua peradaban kuno menggunakan konsep penjara untuk menghukum orang-orang jahat— setidaknya yang mereka anggap begitu. Penjara yang dimaksud adalah segala upaya menghilangkan kemerdekaan orang tersebut, untuk mengganjar mereka yang dianggap tak taat hukum pada saat itu, di tempat khusus.

Dari data yang dirangkum prisonhistory.net, sistem penjara yang pertama kali tercatat ada di daerah Mesir dan bekas Mesopotamia. Mereka sudah ada sejak 200 tahun sebelum masehi. Di masa itu, penjara cuma digunakan sebagai tempat persinggahan sebelum seseorang didakwa mati atau jadi budak. Biasanya penjara-penjara itu berada di bawah tanah, sesuatu yang membuat orang-orang ngeri mendengar kata "penjara".

Berkembangnya pengetahuan juga berdampak pada sistem penjara di muka bumi. Yunani menjadi pelopor yang mengubah konsep penjara bawah tanah. Mereka lebih memilih bentuk sederhana berupa kandang dibuat dari kayu. Namun, kesan seram penjara tidak serta-merta hilang. Kaki-kaki tahanan biasanya diikat ke kandang, sebagai simbol hilangnya kemerdekaan.

Di era Kekaisaran Roma, konsep penjara lebih kompleks. Tak hanya dikurung, metode penyiksaan tahanan lebih dipertajam. Tak hanya ditahan di kandang, tahanan biasanya juga dirantai di dinding, untuk sementara waktu, atau seumur hidup bagi yang sial. Tahanan bahkan bisa diperjualbelikan untuk jadi budak, yang artinya seumur hidup kemerdekaannya diatur oleh manusia lain yang dipanggilnya majikan.

Penjara yang sebenarnya bagian dari sistem keadilan kembali berubah konsep ketika makna keadilan juga berkembang di peradaban manusia. Kekerasan terhadap para tahanan pelan-pelan mulai ditata ulang. Tindak kejahatan mulai diklasifikasikan, seturut dengan jenjang hukuman yang juga diseragamkan. Keputusan bersalah seseorang lantas tak lagi ditentukan oleh penguasa belaka. Sistem pengadilan mulai dikembangkan.

Orang pertama yang mengembangkan sistem itu adalah Raja Henry II dari Kerajaan Inggris Raya, pada 1166. Kemudian salah satu aturan pemenjaraan yang paling berpengaruh lahir pada 1215, ketika Raja John—King of England—menandatangani Magna Carta, piagam yang menegaskan tak akan ada manusia yang dihukum tanpa melalui proses peradilan.

Pengaruh piagam ini masih berdampak hingga kini, masa ketika fungsi penjara sudah jauh lebih berkembang. Tak hanya menahan tersangka kriminal, penjara juga jadi tempat mengurung tahanan politik, tahanan perang, dan musuh negara. Bentuknya pun juga bermacam-macam, sesuai hukum yang dijunjung di tanah ia dibangun.

Tapi, yang tak berubah sejak konsep penjara itu ada di muka bumi ini adalah: kenyataan bahwa penjara digunakan sebagai tempat mengurung manusia yang dicabut (sebagian) hak merdekanya. 

Tapi apakah kesan ngeri yang dulu sengaja dilekatkan pada penjara masih ada? Atau sudah patah taringnya? Jawaban atas pertanyaan itu masih dalam perdebatan. Setidaknya, begitu yang terjadi di Indonesia.

Dalam artikel "Misalkan Buni Masuk Bui", Dea Anugerah dari Tirto menuliskan pengalaman sang ayah yang pernah merasakan kekejaman penjara Indonesia. “Selain kena pelasah sampai terkaing-kaing dan berak darah, mereka lazim dipaksa merancap dengan balsam otot atau cabai giling sebagai pelumas, disaksikan banyak orang. Belum lagi kemungkinan liang bo’ol yang terancam menjadi lebih lentur. Cerita itu nyata, tetapi ia tak semengerikan kisah-kisah yang tak diketahui khalayak.” Ia mengulang cerita ayahnya tentang nasib narapidana kasus pemerkosaan yang jadi kasta paling rendah dalam penjara.

Ia juga mengutip laporan Human Right Watch, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang menulis: Penyiksaan adalah bagian yang tak terpisahkan dari sistem penjara Indonesia ... Laporan-laporan mengenainya terlampau konsisten untuk dianggap bualan, dan kalau perlu bukti tambahan, kami sudah melihat bekas-bekas luka di tubuh para narasumber kami.

Laporan itu menegaskan satu hal: Jarak sepanjang lebih dari dua dekade di antara laporan HRW dan cerita Si Abang (ayah Dea -red) membuktikan bahwa waktu hanya bergerak di luar penjara. Di dalam penjara, detik tak pernah beranjak.

Cerita seram tentang penjara sudah diabadikan dalam ragam folklore yang beredar dari mulut ke mulut. Tapi kekejaman itu tidak merata terjadi. "Kasta" nyata adanya. Dan uanglah alat utama yang mengatur perputaran kasta itu. Narapidana tindak pidana korupsi umumnya berada di puncak teratas. Kehidupan mereka tidak semengerikan napi lain.

Lihatlah kemewahan dan fasilitas serba lengkap yang pernah terungkap dari sel Artalyta Suryani, serta keleluwasaan Gayus Tambunan dan Anggoro Widjojo keluar-masuk lapas. Kenyataan ini menggambarkan kondisi ketidakadilan yang terjadi dalam penerapan hukum di Indonesia. Sebab, yang dilakukan para koruptor tersebut masih difasilitasi oleh konstitusi Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan diatur hak narapidana yang tidak dihukum seumur hidup. Di antaranya: mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. Poin ini yang kemudian banyak dimanfaatkan para napi-napi berduit untuk mencurangi penjaranya sendiri.

Penerapan hukum yang tumpul ke atas tajam ke bawah ini bisa jadi mengurangi esensi penjara yang juga punya tujuan memberi efek jera pada para pelanggar hukum. Penjara yang harusnya terasa seperti hukuman rupanya bisa kehilangan efek ngerinya. Sehingga seorang koruptor bisa saja ingin cepat-cepat dipenjarakan, dan tersenyum santai saat dikerubungi pewarta, seperti yang dilakukan Choel Mallarangeng.

Mungkin, kalau sudah begini, pemiskinan koruptor seperti yang tertera dalam Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sudah tidak cukup lagi. Ide memenjarakan mereka di pulau terpencil dengan sistem keamanan superketat mungkin bisa diterapkan segera. Agar taring penjara tak hanya tajam pada tahanan yang tak punya duit, tapi juga pada mereka yang berduit karena mencuri hak orang lain - Kontak Perkasa Futures

Sumber:tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:09 AM

Eksportir jual Produk Ke mesir Wajib Penuhi Aturan Ini

Written By Kontak Perkasa Futures on Tuesday, February 7, 2017 | 9:29 AM

PT Kontak Perkasa FuturesKementerian Perdagangan (Kemendag) meminta para pelaku usaha yang melakukan kegiatan ekspor impor ke Mesir agar memenuhi peraturan baru tentang persyaratan tambahan yang diterbitkan oleh pemerintah Mesir. Hal ini setelah terbitnya Dekrit Nomor 992/2015 dan Dekrit Nomor 43/2016 yang mengatur kegiatan ekspor impor 25 kelompok produk.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Dody Edward mengatakan, peraturan tambahan ini bertujuan mempromosikan produksi lokal Mesir dan mengurangi ketergantungan pada impor serta memperkuat posisi mata uangnya. Peraturan-peraturan tersebut telah ditetapkan pada 16 Januari 2016 dan berlaku secara efektif mulai 16 Maret 2016.

"Eksportir diwajibkan melakukan registrasi melalui the General Organization for Export and Import Control (GOEIC) sebelum mengirim barang ke Mesir. Selain itu, dokumentasi kepabeanan terkait hanya dapat dilakukan di bank yang ditunjuk," ujar dia.

Menurut Dody, peraturan-peraturan tersebut akan berdampak langsung, baik terhadap importir Mesir maupun terhadap eksportir Indonesia untuk tujuan Mesir. Oleh sebab itu dia berharap para eksportir dapat segera menyesuaikan diri dengan mengadopsi pesrsyaratan baru tersebut.

"Segera menyesuaikan diri dengan persyaratan tambahan guna menghindari penundaan masuknya barang di pelabuhan yang berujung penolakan barang di pasar Mesir," kata dia.

Dody menambahkan paling tidak ada 3 ketentuan lain yang harus dipenuhi selain registrasi melalui GOEIC. Pertama, seluruh kegiatan eksportasi produk ke Mesir diwajibkan menyertakan dokumen ekspor yang terdiri atas SIUP, TDP, ISO/Uji Mutu, Sertifikat Merk Dagang, Surat Dinas Tenaga Kerja, Surat Kuasa Inspeksi dan Surat Kuasa Registrasi yang diterjemahkan dalam Bahasa Arab.

Kedua, dokumen tersebut harus dilegalisasi oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehakiman, KADIN, dan Kedutaan Besar Mesir. Dan ketiga, biaya registrasi yang harus dibayar sebesar US$ 50 atau EGP 300 untuk government fee serta US$ 1.000, Euro 1.000, atau EGP 10 ribu jika pendaftaran diwakilkan kepada badan hukum.

Jika keaslian dokumen dicurigai, lanjut Dody, pemerintah Mesir dapat melakukan inspeksi ke perusahaan atau pabrik setelah mendapatkan persetujuan dari kementerian yang terkait dengan perdagangan luar negeri negara asal eksportir.

Sementara itu, Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag, Pradnyawati menegaskan pihaknya akan terus menyosialisasikan dan memantau perkembangan terbaru peraturan ini dan berkoordinasi dengan Kementerian dan lembaga (K/L) terkait, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir, dan Atase Perdagangan Mesir.

Berikut daftar produk atau barang impor dengan persyaratan khusus :
1. Susu dan produk susu untuk penjualan eceran
2. Buah buahan kering dan buah buahan yang diawetkan disiapkan untuk penjualan eceran
3. Minyak dan lemak nabati disiapkan untuk penjualan eceran
4. Produk kembang gula
5. Coklat dan produk makanan olahan yang mengadung kakao disiapkan untuk penjualan eceran
6. Produk makanan kue dan produk olahan sereal, roti, dan produk roti
7. Jus buah disiapkan untuk penjualan eceran
8. Produk air alami, air mineral, dan air soda
9. Produk kosmetik, produk perawatan mulut dan gigi, produk deodoran, produk perlengkapan toilet dan parfum
10. Produk sabun dan produk deterjen untuk digunakan sebagai sabun, untuk penjualan eceran
11. Produk sendok garpu dan peralatan dapur
12. Bathtub, wastafel, toilet, kursi toilet dan kelengkapannya
13. Kertas toilet, kertas kosmetik, popok, dan handuk
14. Blocks dan ubin perlengkapan rumah
15. Peralatan tableware kaca
16. Produk besi baja
17. Peralatan rumah tangga/home appliances (kompor, penggorengan, AC, kipas angin, mesin cuci, blender, pemanas ruangan)
18. Produk furnitur rumah dan kantor
19. Produk sepeda biasa, sepeda motor, dan sepeda bermotor
20. Produk jam tangan
21. Produk lampu listrik
22. Mainan
23. Produk tekstil, pakaian, karpet, selimut, kain furnishing
24. Produk penutup lantai
25. Produk alas kaki

"Jika peraturan ini berpeluang menjadi hambatan dan tidak sesuai dengan ketentuan World Trade Organization (WTO,) Kemendag siap melakukan pembelaan," tandas dia - PT Kontak Perkasa Futures

Sumber:bisnis.liputan6
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:29 AM

Manfaat Sisik Gurami Bagi Gigi Manusia

Written By Kontak Perkasa Futures on Monday, February 6, 2017 | 9:52 AM

PT Kontak PerkasaSisik ikan yang biasa dibuang dan tak bernilai manfaat bisa berubah 180 derajat bila di tangan orang-orang kreatif dan berinovasi. Sisik ikan gurami jadi contoh nyata, bahwa bahan yang sering menjadi sampah bisa bermanfaat bagi dunia kesehatan.

Riset pemanfaatan sisik gurami untuk obat penguat gigi mengantarkan dua mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Diana Fitri Muslimah dan Adityakrisna Yoshi Putra Wigianto, memenangi Kompetisi Riset Mahasiswa Kedokteran Gigi tingkat ASEAN dua pekan lalu. 

Makalah riset buatan dua mahasiswa semester akhir ini yang berjudul “The Effect of Nanocalcium Paste form Osphronemus Goramy L. Scale for Remineralizing White Spot Lesion,” mengungguli karya peserta lain dari 29 kampus asal Indonesia dan sejumlah negara ASEAN.

Karya Diana dan Adityakrisna diganjar juara pertama dalam kompetisi yang digelar oleh FKG UGM untuk ketiga kalinya ini. Nilai mereka mengungguli karya riset milik dua tim asal International Medical University (IMU) Malaysia yang meraih juara kedua dan ketiga. 

“Semula kami cari tema tentang pemanfaatan bahan limbah. Lalu, ada teman kami yang bilang ibunya sering membuang sisik gurami, kami tertarik dengan tema ini karena gurami dikonsumsi secara massal di Indonesia,” kata Diana kepada Tirto. 

Berbekal informasi lapangan, keduanya menemukan sejumlah bahan pustaka yang bertebaran mengenai kandungan sisik gurami. Salah satunya, ada riset mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyimpulkan sisik ikan air tawar ini memiliki kandungan kalsium jauh lebih tinggi ketimbang kulit ikan pada umumnya. Sisik gurami mengandung rata-rata 5-7,5 persen kalsium. Kadar fosfat juga ada di sisik gurami, tapi tak sampai 5 persen. Sedangkan sisik ikan air tawar pada umumnya hanya mengandung maksimal 2 persen.Dengan kandungan kalsium dan fosfat tinggi, sisik gurami bisa bermanfaat untuk bahan obat pemulih kekuatan gigi. 

Proses terjadinya gigi berlubang biasa diawali dengan kemunculan white spot, yakni memutihnya lapisan terluar atau email gigi. Proses ini muncul karena kemerosotan kadar mineral gigi. Agar tak berujung ke pembentukan lubang, yang berdampak pada rasa nyeri dan ngilu maka gigi perlu segera mengalami remineralisasi. Mineral utama pembentuk kekuatan email gigi adalah Crystal Hydroxy-Apatite yang mengandung perikatan senyawa kalsium dan fosfat. 

Obat penguat email gigi, yang umum dijual di pasaran saat ini antaralain pasta Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phospate (CPP-ACP). Persediaan produk ini di pasaran Indonesia masih didominasi barang impor. Pasta bermanfaat menutup kembali lubang-lubang halus di lapisan email atau enamel gigi. 

Kesimpulan riset ini menyakini sisik gurami bisa menjadi bahan murah untuk pembuatan pasta semacam CPP-ACP karena juga mengandung kalsium dan fosfat dengan jumlah yang tinggi. Bagaimana mengolahnya jadi zat yang bermanfaat?

Cara Mengolah Sisik Gurami
Mengolah sisik gurami jadi zat yang bermanfaat untuk kesehatan gigi jadi bagian riset mereka. Sisik gurami dipisahkan dari daging dan kemudian dikeringkan hingga kadar airnya lenyap. Setelah itu, sisik gurami dihaluskan dengan mesin menjadi bubuk halus. 

Bubuk sisik gurami itu lalu dicampur dengan zat asam agar unsur kalsium dan fosfatnya terpisah dari senyawa lain. Natrium Hidroksida dicampur ke bahan olahan sisik gurami hingga larutannya jadi jenuh. Tujuannya agar terjadi proses pembentukan ulang partikel sehingga bentuknya menjadi sangat halus. Pemecahan partikel sisik gurami menjadi ukuran sangat halus sangat penting agar bahan olahan ini bisa masuk ke lubang-lubang halus di email gigi yang sedang mengalami tahap white spot. 

Bahan olahan sisik gurami diaduk bersama gliserin, yakni bahan pasta, agar bisa lebih mudah menempel di lapisan email gigi. Proporsinya, 60,6 persen mineral sisik gurami mendominasi kandungan pasta. 

“Kalau pakai pasta, peresapan kalsium dan fosfat ke email gigi lebih maksimal karena lengket lebih lama,” kata Diana. 

Kedua peneliti muda tersebut menguji efektivitas pasta penguat email gigi rasa gurami ini ke hewan marmut. Marmut menjadi pilihan uji coba karena struktur mineral pembentuk Crystal Hydroxy-Apatite pada email gigi hewan ini sama dengan yang dimiliki manusia. 

“Email gigi marmut bagian dalam yang menghadap lidah memang lebih tipis dibanding punya manusia, tapi email bagian luarnya sama,” katanya.

Gigi marmut kemudian diberi zat asam agar mengalami demineralisasi. Sebagian diolesi pasta sisik gurami sebanyak dua hari sekali dalam enam hari dan sebagian lainnya tidak. Ternyata, selama enam hari, muncul perbedaan signifikan. Gigi marmut yang diolesi pasta sisik gurami mengalami remineralisasi sebanyak 30 persen. Sedangkan yang tidak diolesi tak mengalami perkembangan. Mereka menyimpulkan efektivitas penguat gigi berbahan sisik gurami menyerupai produk penguat gigi di pasaran. 

Namun, sisik gurami tidak bisa begitu saja diklaim aman bila digunakan untuk manusia, mereka belum melakukan uji lanjutan mengenai efek toksitas dan kelayakan lain untuk penggunaannya bagi manusia. Sehingga butuh biaya besar untuk uji lanjutan agar pasta buatan mereka bisa layak masuk ke pasar umum. Ihwal biaya ini jadi momok bagi para peneliti di Indonesia.

Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi kalangan kampus dan pemerintah, agar riset-riset bermanfaat untuk dunia kesehatan ini bisa diterapkan dalam dunia nyata dan bisa masuk skala industri. Agar ide cemerlang para mahasiswa ini tak hanya berakhir di dalam laci atau sebuah plakat penghargaan saja - PT Kontak Perkasa

Sumber : Tirto
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 9:52 AM

Buaya 3 Meter Muncul di Sungai Opak, Bantul

Written By Kontak Perkasa Futures on Friday, February 3, 2017 | 10:37 AM

Kontak Perkasa Futures Yogyakarta - Setelah warga di sekitar Pantai Jatilawang yang merupakan wilayah perbatasan Kabupaten Purworejo dan Kulonprogo digegerkan akibat kemunculan buaya besar, kali ini fenomena itu melanda Bantul. Kabarnya, buaya sepanjang kurang lebih tiga meter kini tengah berkeliaran di kawasan sekitar muara Sungai Opak, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek.

Dwi, salah satu anggota SAR Pantai Samas mengaku mendengar informasi itu dan baru mengecek kebenaran informasi itu. Pasalnya, jika kabar itu terus beredar tanpa ada kebenaran buktinya, ia khawatir akan mempengaruhi kunjungan wisatawan nantinya.

“Ini kan kawasan wisata. Kalau ada wisatawan tentunya bikin takut pengunjung,” ungkapnya.

Ia pun mengimbau kepada warga yang kebetulan melihat sosok reptil amfibi itu, untuk segera melaporkan kepada petugas, terutama anggota SAR terdekat.

Terkait keberadaan buaya itu, Redi Handoko, pemerhati reptil asal Bantul berpendapat, jika memang buaya yang dilihat oleh warga itu betul-betul ada, hampir bisa dipastikan itu bukan buaya yang pernah terlihat di kawasan Kulonprogo beberapa pekan lalu. Pasalnya, lokasi munculnya buaya yang dilihat warga itu berada di Tirtohargao.

“Sedangkan informasi terakhir kemunculan buaya ada di sekitar muara Sungai Progo, tiga hari lalu. Nah, kalau masih di muara Sungai Progo, kami masih bisa memperkirakan itu adalah buaya yang pernah terlihat di Jatimalang lalu,” kata pria yang juga merupakan Ketua dari komunitas Bantul Reptil itu.

Itulah sebabnya, lantaran habitat buaya yang terbentang antara muara Sungai Progo dan Sungai Opak terpisah oleh permukiman warga, diperkirakannya, kecil kemungkinan jika buaya yang dilihat warga di muara Sungai Opak itu adalah buaya yang sama dengan yang ada di Jatimalang.

Meski berbeda, namun jenis buaya yang dilihat warga di muara Sungai Opak itu besar kemungkinan sama dengan yang di Jatimalang, yakni buaya muara. Dijelaskannya, selain ukuran yang lebih besar, buaya muara memang salah satu jenis buaya dengan tingkat keganasan yang sangat berbahaya.

Selain itu, lantaran habitat hidupnya yang kini semakin terdesak, membuka kemungkinan buaya muara banyak menghabiskan waktunya di air asin (laut). Jika itu memang terjadi, maka tingkat bahaya buaya itu pun semakin tinggi.

“Kalau buaya muara itu terkenal ganasnya, sedangkan buaya air asin itu terkenal agresifnya. Sampai hari ini, kawan-kawan Barep terus mencari keberadaan buaya itu,” ucapnya - Kontak Perkasa Futures

Sumber:harianjogja
Written by: Kontak Perkasa Futures
PT.Kontak Perkasa Futures, Updated at: 10:37 AM
 
Copyright © 2011. PT.Kontak perkasa Futures Yogyakarta All Rights Reserved
Disclaimer : Semua Market Reviews atau News di blog ini hanya sebagai pendukung analisa,
keputusan transaksi atau pengambilan harga sepenuhnya ditentukan oleh nasabah sendiri.
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger